Jika saat ini Anda sedang menjajaki investasi di pasar modal, maka penting sekali untuk mengenali Bullish dan Bearish. Kedua istilah ini sempat mencuat dalam perbincangan tren pasar modal. Memahami keduanya juga akan berperan penting untuk investor memaksimalkan potensi investasi di pasar modal.
Bullish dan bearish adalah dua istilah yang sering digunakan dalam analisis pasar keuangan, khususnya pasar saham. Istilah ini menggambarkan sentimen dan ekspektasi investor terhadap pasar. Di artikel ini, Panda akan mengulas keduanya dengan lebih lengkap.
Arti dari Bullish adalah…
Kedua istilah bullish dan bearish sendiri berasal dari Bahasa Inggris. Secara garis besar, istilah ini menggambarkan bagaimana kinerja pasar saham secara umum. Apakah nilai dari saham sedang terapresiasi (naik) atau justru terdepresiasi (turun).
Bullish berasal dari kata bull yang dalam bahasa Inggris berarti banteng jantan. Istilah ini melambangkan sifat banteng yang selalu menyerang ke atas dengan tanduknya. Oleh karena itu, bullish merujuk pada kondisi pasar yang optimis dimana harga aset cenderung naik.
Pasar saham sendiri cenderung berada di kondisi bullish saat situasi ekonomi sedang berjalan baik. Tren bullish ditandai dengan adanya kenaikan harga saham berkesinambungan. Hal ini biasanya berkaitan dengan tingginya permintaan atas saham, sehingga berpotensi mendorong kenaikan harga. Para investor cenderung percaya bahwa tren ini kemungkinan akan berlanjut dalam jangka panjang.
Arti Bearish adalah…
Berbeda dengan Bullish, bearish berasal dari kata ‘bear’ yang berarti beruang. Beruang dikenal dengan gerakan mengayunkan cakarnya ke bawah saat menyerang. Karena itu, bearish merujuk pada kondisi pasar yang pesimis dimana harga aset cenderung turun.
Dalam konteks keuangan, bearish adalah kondisi pasar saham dimana grafik menunjukkan tren menukik ke bawah atau melemahnya tren pasar. Tren Bearish menggambarkan bahwa sedang ada aksi jual dalam volume besar.
Intinya, bullish mencerminkan sentimen optimistis investor, sedangkan bearish merefleksikan sentimen pesimistis investor. Selain itu, bullish dan bearish juga tidak hanya menggambarkan kondisi pasar modal semata. Melainkan juga memberi gambaran kondisi perekonomian sebuah negara, bahkan kondisi ekonomi secara global.
Ciri-Ciri Tren Pasar Bullish
Pasar bullish ditandai dengan beberapa ciri khas berikut ini:
1. Harga Saham Cenderung Naik
Ketika pasar sedang bullish, harga saham cenderung mengalami kenaikan. Mengapa? Karena saat pasar optimis, permintaan saham akan meningkat sehingga harga pun ikut terdorong naik oleh permintaan yang besar. Tidak jarang kenaikan harga saham mencapai dua digit ketika sedang bullish.
2. Investor Optimis
Sentimen pasar bullish membuat investor merasa optimis soal prospek investasi saham. Mereka yakin bahwa kondisi ekonomi bagus, profitabilitas perusahaan baik, sehingga harga saham layak dibeli. Selain itu, investor percaya bahwa harga saham masih akan terus naik ke depannya.
3. IHSG Meningkat
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sering kali menjadi indikator utama kondisi pasar saham Indonesia. Ketika IHSG menunjukkan tren kenaikan atau bahkan mencetak rekor tertinggi baru, ini mengindikasikan pasar sedang bullish.
4. Volume Perdagangan Tinggi
Volume perdagangan saham yang tinggi juga menjadi ciri pasar bullish. Hal ini menunjukkan banyak investor yang aktif bertransaksi karena terdorong optimisme. Semakin ramai perdagangan saham, semakin tinggi pula volume perdagangannya.
Ciri-Ciri Tren Pasar Bearish
Pasar bearish ditandai dengan beberapa ciri-ciri berikut:
1. Harga Saham Cenderung Turun
Dalam pasar bearish, harga saham mayoritas perusahaan tercatat mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya. Penurunan harga saham terjadi karena permintaan lebih rendah daripada penawaran saham di pasar.
2. Investor Pesimis
Sentimen investor cenderung negatif dan pesimis tentang prospek pasar dan kondisi ekonomi ke depan. Investor enggan membeli saham baru atau menambah posisi saham yang dimiliki.
3. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Menurun
IHSG sebagai indeks pasar saham menunjukkan tren penurunan dalam jangka waktu tertentu. Penurunan IHSG mencerminkan pelemahan secara keseluruhan di pasar saham.
4. Volume Perdagangan Rendah
Jumlah saham yang diperdagangkan setiap harinya cenderung lebih sedikit. Volume perdagangan yang rendah mengindikasikan kurangnya minat investor untuk bertransaksi saham.
Ciri-ciri di atas menunjukkan sentimen negatif dan minat berkurang dari para investor di pasar modal. Kondisi ini disebut sebagai pasar bearish atau pasar yang cenderung menurun.
Penyebab Pasar Bullish
Kondisi perekonomian yang membaik merupakan salah satu faktor utama yang mendorong pasar saham memasuki tren bullish. Misalnya, tingkat pengangguran dan inflasi yang rendah menandakan sentimen konsumen yang positif dan daya beli yang tinggi. Hal ini dapat memicu lonjakan pendapatan dan laba emiten sehingga harga sahamnya naik.
Laporan keuangan emiten yang positif juga menjadi pemicu pasar bullish. Jika kinerja keuangan emiten melampaui ekspektasi analis dan investor, maka harga sahamnya pun cenderung naik karena dinilai prospektif. Di samping itu, dividen yang tinggi atau aksi korporasi seperti stock split juga kerap menjadi katalis sentimen bullish.
Terkadang, pasar bullish didorong euforia berlebihan (irrational exuberance) di kalangan investor. Ketika sentimen pasar terlalu optimistis, para investor cenderung mengabaikan valuasi yang wajar dan mengangkat harga saham melampaui nilai fundamentalnya.
Selain itu, kebijakan pemerintah yang mendukung iklim investasi dan pasar modal juga dapat menciptakan sentimen bullish. Misalnya, deregulasi investasi asing, insentif pajak, stimulus fiskal, dan relaksasi peraturan. Hal ini membuat investor lebih tertarik menanamkan modal di pasar saham domestik.
Penyebab Pasar Bearish
Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan pasar saham memasuki tren bearish:
1. Kondisi ekonomi memburuk
Salah satu penyebab utama pasar bearish adalah memburuknya kondisi perekonomian suatu negara. Misalnya pertumbuhan ekonomi yang melambat, tingkat pengangguran yang tinggi, inflasi yang meningkat, atau defisit perdagangan yang membesar. Hal ini akan berdampak negatif terhadap perusahaan-perusahaan secara keseluruhan.
2. Laporan keuangan emiten jelek
Laporan keuangan emiten yang buruk juga dapat memicu pasar bearish. Jika banyak perusahaan mengeluarkan laporan keuangan dengan laba yang menurun tajam atau merugi, maka investor akan khawatir dan cenderung menjual saham mereka.
3. Ketakutan berlebih
Kadangkala pasar bearish timbul karena faktor psikologis yaitu ketakutan berlebih. Walaupun kondisi ekonomi relatif stabil, namun sentimen negatif yang berlebihan dapat memicu aksi jual.
4. Kebijakan pemerintah tidak mendukung
Kebijakan atau peraturan pemerintah tertentu juga bisa memicu pasar bearish, misalnya kenaikan pajak yang signifikan bagi perusahaan atau investor, atau kebijakan yang membatasi aktivitas ekonomi dan investasi. Hal ini membuat pelaku pasar menjadi pesimistis.
Apa yang Harus Investor Lakukan untuk Menghadapi Tren Bullish?
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan trader saat pasar sedang bullish:
1. Buy and Hold
Strategi yang paling sederhana dalkam menghadapi bullish adalah buy and hold. Saat pasar sedang bullish, harga akan cenderung naik dalam jangka panjang. Oleh karena itu, strategi yang paling sederhana adalah membeli saham yang bagus seperti saham blue chip, lalu menahannya dalam jangka panjang.
Investor tidak perlu melakukan banyak aksi jual-beli. Cukup beli saham berkualitas kemudian tahan. Dengan sendirinya harga saham akan meningkat seiring tren bullish pasar.
2. Rata-rata Ke Bawah (Averaging Down)
Strategi lainnya adalah rata-rata ke bawah atau averaging down. Artinya, jika harga saham yang sudah dibeli mengalami penurunan, investor bisa menambah posisinya. Dengan begitu, harga rata-rata pembelian menjadi lebih murah.
Saat harga nanti kembali naik, keuntungan yang didapatkan akan lebih besar. Strategi ini bisa dilakukan selama yakin bahwa pasar sedang bullish sehingga penurunan harga bersifat sementara.
3. Call Option
Strategi lainnya adalah dengan membeli call option. Call option adalah kontrak untuk membeli saham di masa depan pada harga yang sudah ditentukan. Saat pasar bullish, harga saham cenderung terus naik.
Oleh karena itu, strategi membeli call option bisa menghasilkan keuntungan besar. Investor hanya perlu membayar premi call option yang relatif kecil untuk kemudian membeli saham di masa depan pada harga lebih murah dari harga pasar saat itu.
Strategi Menghadapi Kondisi Bearish
Saat pasar dalam kondisi bearish atau turun, ada beberapa strategi yang bisa investor terapkan :
1. Short Selling
Short selling adalah strategi jual dulu baru beli. Caranya adalah meminjam saham dari broker, kemudian menjualnya. Setelah harganya turun, baru membeli kembali saham tersebut dengan harga lebih murah untuk mengembalikan ke broker. Selisih harga jual dan beli dapat menjadi keuntungan investor.
2. Put Option
Put option adalah kontrak opsi yang memberi hak untuk menjual aset pada harga tertentu. Investor membeli put option jika memperkirakan harga akan turun. Jika harga jatuh di bawah harga strike, put option bisa dieksekusi untuk mendapatkan keuntungan.
3. Take Profit
Take profit adalah menutup posisi investasi untuk mengunci keuntungan. Hal ini penting dilakukan pada saat pasar bearish agar tidak terjebak dalam kerugian. Investor harus menetapkan target take profit yang realistis sebelum membuka posisi.
Kesimpulan
Pada umumnya, bullish menggambarkan suasana pasar yang optimis dan harga aset cenderung naik. Bullish terjadi ketika harga saham atau aset lainnya naik secara signifikan dalam jangka waktu tertentu.
Sebaliknya, bearish menggambarkan suasana pasar yang pesimis dan harga aset cenderung turun. Bearish terjadi ketika harga saham atau aset lainnya turun secara signifikan dalam jangka waktu tertentu.
Penting bagi investor untuk memahami indikator teknikal bullish bearish dan menyesuaikan strategi investasi mereka dengan kondisi pasar saat ini. Investor juga membutuhkan analisis fundamental untuk melihat gambaran besar perekonomian. Dengan begitu, para investor dapat memaksimalkan keuntungan mengikuti tren di pasar modal, serta menghindari kerugian karena asal beli dan jual tanpa perhitungan yang matang.
Memahami cara investasi reksadana adalah langkah penting bagi siapa pun yang ingin meraih keuntungan optimal dari jenis investasi ini. Dari sekian banyak jenis investasi, reksadana kini menjadi konsep yang semakin difavoritkan. Selain kemudahan untuk memulainya, Anda juga bisa memulai investasi ini dengan modal yang minim.
Tidak heran, reksadana cukup populer di kalangan milenial. Setelah sebelumnya mengulas secara lengkap tentang apa itu reksadana, di panduan ini Panda akan mengulas secara khusus cara mudah investasi reksadana di artikel ini.
Pengertian Reksadana
Definisi dari reksadana adalah instrumen investasi yang mengumpulkan dana dari sejumlah investor untuk diinvestasikan dalam berbagai instrumen keuangan. Mulai dari saham, obligasi, dan pasar uang.
Untuk bertumbuh, reksadana dikelola oleh manajer investasi profesional yang menawarkan keuntungan diversifikasi dan pemantauan portofolio yang terkelola dengan baik. Dengan keahlian manajer investasi ini, reksadana tidak hanya menjadi wadah untuk menyimpan dana, tetapi juga merupakan mekanisme cerdas dalam mengoptimalkan pertumbuhan keuangan investor.
Cara Kerja Reksadana
Untuk memahami cara kerja reksadana, penting untuk menyadari bahwa investor tidak langsung memiliki aset di dalam reksadana. Sebaliknya, mereka memiliki unit penyertaan yang mewakili kepemilikan mereka di dalam portofolio reksadana. Nilai unit penyertaan ini fluktuatif dan tergantung pada kinerja aset yang dimiliki oleh reksadana.
Sebagai gambaran lebih lanjut, kurang lebih sebagai berikut alur dari pola kerja reksa dana :
1. Penghimpunan Dana untuk Keberagaman Investasi
Reksadana mengumpulkan dana dari sejumlah investor yang berbeda untuk diinvestasikan dalam berbagai instrumen keuangan. Melalui konsep ini, setiap investor, meskipun mungkin memiliki jumlah investasi yang lebih kecil, dapat merasakan manfaat diversifikasi yang luas. Hal ini membantu mengurangi risiko terkait dengan fluktuasi pasar tertentu.
2. Peran Manajer Investasi yang Profesional
Seorang manajer investasi berpengalaman dan profesional akan bertugas mengelola dana investor yang terkumpul. Mereka bukan hanya memilih instrumen keuangan yang tepat, tetapi juga terus memantau dan mengoptimalkan portofolio berdasarkan kondisi pasar. Ini memastikan bahwa manajer investasi akan mengelola dana investor dengan bijaksana dan responsif terhadap perubahan kondisi ekonomi.
3. Unit Penyertaan Sebagai Ukuran Kepemilikan
Alih-alih memiliki aset secara langsung, investor memiliki unit penyertaan yang mencerminkan kepemilikan mereka di dalam reksadana. Nilai unit penyertaan berfluktuasi sesuai dengan kinerja portofolio reksadana. Ini menciptakan keterlibatan finansial yang proporsional tanpa kompleksitas kepemilikan langsung.
4. Pengelolaan Risiko melalui Diversifikasi
Salah satu keunggulan utama reksadana adalah kemampuannya untuk mengelola risiko melalui diversifikasi. Dengan menginvestasikan dana dalam berbagai instrumen seperti saham, obligasi, dan pasar uang, reksadana menciptakan portofolio yang tangguh dan responsif terhadap perubahan pasar.
5. Likuiditas dan Fleksibilitas
Reksadana memberikan tingkat likuiditas yang tinggi, memungkinkan investor untuk membeli atau menjual unit penyertaan dengan relatif mudah. Fleksibilitas ini mempermudah pengelolaan portofolio sesuai dengan kebutuhan dan tujuan investasi individu.
6. Distribusi Pendapatan dan Kenaikan Nilai Bersama
Sebagian besar reksadana mendistribusikan pendapatan kepada pemegang unit penyertaan. Ini dapat berupa dividen saham, bunga obligasi, atau keuntungan lainnya. Selain itu, kenaikan nilai bersama (capital gain) dari portofolio juga memberikan potensi keuntungan tambahan.
Cara Mulai Investasi Reksadana
Investasi reksadana adalah langkah bijak untuk meraih pertumbuhan finansial yang stabil. Tapi bagaimana cara mulai investasi reksadana untuk pemula? Di panduan ini, Panda akan mencoba mengulasnya secara efektif ya!
1. Tentukan Tujuan dan Profil Risiko
Sebelum memulai investasi reksadana, identifikasi dengan jelas tujuan keuangan Anda. Untuk memudahkan Anda, cobalah untuk memulainya dengan melibatkan pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
Tujuan Investasi
Apa tujuan utama Anda dalam berinvestasi? (Contoh: Dana pendidikan anak, persiapan pensiun, pembelian rumah)
Berapa lama Anda berencana untuk menahan investasi ini? (Jangka pendek, menengah, atau jangka panjang)
Profil Risiko
Seberapa nyaman Anda dengan fluktuasi nilai investasi Anda? (Tingkat toleransi risiko)
Bagaimana reaksi Anda terhadap penurunan pasar yang signifikan? Apakah Anda bersedia menahan investasi atau cenderung panik dan menjual?
Apakah Anda lebih suka investasi yang lebih stabil tetapi dengan pertumbuhan yang lebih lambat? Atau bersedia mengambil risiko untuk potensi pertumbuhan yang lebih tinggi?
Kondisi Keuangan
Berapa jumlah dana yang siap Anda investasikan? (Rencana investasi awal)
Apakah Anda memiliki cadangan keuangan untuk kebutuhan mendesak sebelum berinvestasi?
Pengetahuan dan Pengalaman
Seberapa baik Anda memahami pasar keuangan dan instrumen investasi? (Pengetahuan tentang investasi)
Apakah Anda memiliki pengalaman sebelumnya dalam berinvestasi, khususnya dalam reksadana?
Keperluan Dana
Kapan Anda berencana untuk menggunakan dana hasil investasi? (Jangka waktu penggunaan dana)
Seberapa fleksibel Anda terhadap penggunaan dana investasi? (Misalnya, apakah itu untuk kebutuhan mendesak atau tujuan yang lebih terencana?)
Keadaan Pribadi dan Keluarga
Apakah ada peristiwa mendadak atau perubahan dalam kehidupan pribadi atau keluarga yang mungkin mempengaruhi kebutuhan dana?
2. Pelajari Jenis-Jenis Reksadana
Setiap jenis reksa dana memiliki karakteristik unik yang dapat sesuai dengan tujuan investasi dan tingkat risiko yang investor tentukan.
2.1 Reksadana Saham : Investasi untuk Pertumbuhan Tinggi
Reksadana saham merupakan pilihan investasi dalam reksa dana dengan potensi pertumbuhan tertinggi. Dana ini mengalokasikan sebagian besar asetnya ke dalam saham perusahaan. Jika Anda memiliki toleransi risiko yang tinggi dan tujuan investasi jangka panjang, reksadana saham bisa menjadi pilihan yang menarik.
2.2 Reksadana Obligasi : Stabilitas Pendapatan dan Rendah Risiko
Reksadana obligasi lebih fokus pada instrumen utang, seperti obligasi pemerintah atau perusahaan. Investasi ini cenderung memberikan pendapatan tetap dengan risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan reksadana saham. Cocok untuk investor yang mencari stabilitas dan pendapatan teratur.
2.3 Reksadana Pasar Uang: Likuiditas dan Keamanan Investasi
Reksadana pasar uang berinvestasi dalam instrumen keuangan dengan jangka waktu pendek dan risiko yang rendah. Meskipun potensi imbal hasilnya lebih rendah, likuiditas tinggi membuatnya cocok untuk kebutuhan dana darurat atau investasi jangka pendek.
2.4 Reksadana Campuran: Kombinasi Strategis untuk Diversifikasi
Reksadana campuran menggabungkan elemen saham dan obligasi dalam satu portofolio. Dengan cara ini, instrumen akan memberikan tingkat diversifikasi yang lebih tinggi, sekaligus mengurangi risiko dibandingkan dengan reksadana saham murni. Cocok untuk investor yang mencari keseimbangan antara pertumbuhan dan stabilitas.
3. Pilih Manajer Investasi yang Terpercaya
Pilihlah manajer investasi yang memiliki rekam jejak yang solid dan pemahaman mendalam tentang pasar keuangan. Pengalaman yang panjang dan hasil kinerja yang konsisten dapat menjadi indikator kehandalan.
Tinjau juga kinerja masa lalu dan filosofi investasi mereka. Apakah mereka cenderung untuk investasi jangka panjang atau lebih suka strategi perdagangan aktif? Sesuaikan dengan tujuan investasi Anda.
4. Tentukan Jumlah Investasi
Memutuskan jumlah investasi yang tepat adalah langkah penting dalam merencanakan investasi reksadana Anda. Pertama- tama, pertimbangkan kondisi keuangan Anda secara keseluruhan. Tinjau pendapatan, pengeluaran, dan cadangan keuangan yang Anda miliki.
Selanjutnya, Anda juga bisa mengidentifikasi tujuan keuangan melalui investasi dan sejauh mana bersedia mengambil resiko. Toleransi risiko yang tinggi mungkin memungkinkan Anda untuk berinvestasi lebih agresif, sedangkan toleransi risiko yang rendah mungkin menunjukkan preferensi untuk pendekatan konservatif.
Yang tidak kalah pentingnya, pilih jumlah yang konsisten sesuai dengan tujuan investasi Anda. Pastikan bahwa jumlah tersebut dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian tujuan keuangan Anda.
5. Menentukan Agen Reksadana atau Platform Aplikasi
Pastikan agen reksadana yang Anda pilih memiliki lisensi dan mematuhi regulasi yang berlaku. Lisensi yang sah menunjukkan kepatuhan terhadap standar industri dan hukum.
Selanjutnya, pilihlah agen yang telah memiliki rekam jejak yang baik dan memiliki pemahaman mendalam tentang pasar keuangan. Pertimbangkan juga jaringan produk reksadana yang ditawarkan, biaya dan komisi serta layanan pelanggan.
Pertimbangkan juga untuk memilih platform digital untuk mengelola investasi Anda secara online. Fasilitas ini dapat mempermudah pemantauan portofolio dan pengelolaan dana. Anda dapat mempertimbangkan pilihan dari 5 Aplikasi Untuk Investasi Saham dan Reksa Dana dan memulai investasi reksadana Anda.
6. Buka Rekening Efek
Sebelum mulai berinvestasi, langkah penting berikutnya adalah membuka rekening efek. Proses ini melibatkan pengisian formulir, verifikasi kelengkapan dokumen, dan mungkin ada sedikit biaya administrasi.
Untuk investasi reksadana via aplikasi, biasanya platform akan mengarahkan calon investor untuk mempunyai rekening efek terlebih dahulu. Mereka bahkan mengintegrasikan proses pendaftaran lewat aplikasi untuk kemudahan dan kenyamanan investor.
Dengan rekening efek, investor akan mempunyai akses yang lebih luas dan kontrol untuk mengelola portofolio sesuai dengan tujuan finansial masing-masing.
7. Pilih Reksadana yang Sesuai
Di tahap ini, Anda sudah mulai siap berinvestasi. Masih ingatkan di tahap awal tadi Anda sudah mengidentifikasi tujuan dan profil resiko investasi Anda?
Nah di tahap ini, Anda akan mulai investasi reksadana pertama Anda berbekal identifikasi Anda tadi. Anda bisa melakukan top up ke rekening efek Anda, lalu membeli reksadana dengan jenis yang sesuai dengan profil resiko Anda dan melalui manajer investasi yang sudah Anda pelajari kinerjanya.
Di awal investasi, seringkali kita masih perlu ‘coba- coba’. Namun berbekal tahapan awal tadi, setidaknya Anda sudah punya modal awal. Jangan terlalu khawatir. Tugas Anda selanjutnya ada di poin nomor 8.
8. Monitor dan Evaluasi Portofolio
Investasi bukanlah keputusan sekali jalan. Pantau secara berkala kinerja portofolio Anda dan evaluasi apakah masih sesuai dengan tujuan investasi Anda.
Beberapa langkah yang dapat membantu Anda dalam monitor dan evaluasi portofolio reksadana :
Atur Jadwal Pemantauan Berkala untuk melihat perkembangan investasi secara konsisten dan mengambil tindakan jika diperlukan.
Periksa Kinerja Investasi dan bandingkan hasilnya dengan tujuan yang Anda tetapkan sebelumnya.
Evaluasi Pencapaian Tujuan Keuangan. Jika ada perubahan dalam prioritas keuangan, pertimbangkan untuk menyesuaikan strategi investasi.
Analisis Komponen Portofolio, termasuk performa individual dari setiap instrumen investasi. Pantau perubahan di pasar keuangan dan ekonomi secara keseluruhan.
Evaluasi Risiko dan Diversifikasi meminimalkan risiko tertentu dan mengoptimalkan pertumbuhan.
Bandingkan kinerja portofolio dengan benchmark yang relevan untuk menilai sejauh mana portofolio Anda telah melebihi atau tertinggal dibandingkan dengan pasar secara keseluruhan.
Perbarui Rencana Investasi jika ada perubahan signifikan dalam situasi keuangan.
Jika perlu, konsultasikan dengan penasihat keuangan untuk mendapatkan pandangan profesional.
Kesimpulan
Cara investasi reksadana telah membuka pintu bagi berbagai kalangan investor untuk berpartisipasi dalam pasar keuangan dengan lebih mudah. Melalui pilihan ini, investor dapat dengan cepat mengalokasikan dana mereka ke berbagai instrumen keuangan tanpa harus secara langsung mengelola portofolio mereka.
Keunggulan utama dari investasi reksadana adalah kemudahan diversifikasi yang memungkinkan penyesuaian investasi dengan tujuan keuangan dan toleransi risiko masing-masing. Pilihan beragam jenis reksadana juga memberikan fleksibilitas yang diperlukan untuk menyusun portofolio yang sesuai dengan preferensi dan kebutuhan investor.
Siap untuk memulai investasi reksadana Anda? Semoga bermanfaat!
Jika bicara tentang investasi yang minim resiko dan cocok untuk pemula, reksadana adalah salah satunya. Berbeda dengan saham yang cenderung memberi return tinggi tapi sekaligus resiko lebih tinggi, reksa dana memang memberi return yang cenderung lebih rendah tapi terbilang stabil.
Dengan pertimbangan ini lah, reksa dana menjadi pilihan investasi favorit banyak orang. Terutama untuk pemula, reksadana juga menjadi pilihan investasi untuk mengasah jam terbang. Apakah kamu tertarik untuk mempelajari reksa dana lebih lanjut? Kali ini Panda akan menjadi sahabat baik yang mengulas jenis investasi ini secara lengkap.
Pengertian Reksadana
Dalam dunia investasi, reksadana adalah sebuah instrumen yang telah menjadi pilihan utama bagi banyak investor. Bukan tanpa alasan, selain bisa memulai dengan modal yang kecil, jenis investasi ini juga cenderung minim resiko daripada saham.
Reksadana adalah suatu bentuk investasi kolektif yang berhasil mengumpulkan dana dari berbagai investor, dan dikelola oleh para manajer investasi. Konsep dasar dari reksa dana adalah menciptakan peluang bagi individu dengan modal terbatas untuk dapat memiliki dan mengelola portofolio investasi yang terdiversifikasi secara efektif. Mulai dari saham, obligasi, serta produk keuangan dan investasi lainnya.
Terkait dengan pengertian reksadana ini, ada tiga hal yang dapat kita cermati, yaitu :
Pertama : ada dana individu yang dikelola.
Kedua : ada dana yang diinvestasikan dalam portofolio efek.
Ketiga : ada manajer investasi yang mengelola dana- dana tersebut dengan cerdik.
Jenis-Jenis Reksadana
Untuk berinvestasi dengan tepat, penting sekali untuk memahami jenis- jenis reksadana sejak awal. Pasalnya, setiap jenis memiliki karakteristik unik dan tujuan investasi yang berbeda.
1. Reksadana Saham (Equity Funds)
Produk reksa dana saham adalah pilihan bagi mereka yang ingin meraih potensi keuntungan tinggi melalui investasi pada saham perusahaan. Meskipun cenderung memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi, instrumen saham dapat menjadi pilihan tepat untuk investor yang bersedia mengambil risiko demi pertumbuhan modal yang maksimal.
Dalam instrumen ini, manajer investasi akan menginvestasikan sekurang- kurangnya 80 persen ke dalam bentuk efek bersifat ekuitas. Kendati resikonya tinggi, imbal hasil dari jenis reksa dana ini juga lebih tinggi dari reksa dana pasar uang dan pendapatan tetap.
Pilihan ini cocok untuk investor yang mengincar pertumbuhan harga saham atau unit dalam jangka panjang.
2. Reksadana Obligasi/ Pendapatan Tetap (Fixed Income Fund)
Jika kamu mencari investasi dengan tingkat risiko yang lebih rendah, instrumen obligasi adalah opsi yang menarik. Dengan fokus pada obligasi dan instrumen pasar uang, reksadana ini memberikan pendapatan tetap dan keamanan investasi yang sebagian besar investor konservatif inginkan.
Dalam instrumen ini, manajer investasi akan menginvestasikan minimal 80 persen ke dalam bentuk efek utang atau obligasi. Tujuan dari investasi ini adalah menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil. Instrumen ini memiliki risiko lebih rendah dari reksadana saham, tapi lebih tinggi daripada reksadana pasar uang.
3. Reksadana Pasar Uang (Money Market Funds)
Reksa dana Pasar Uang merupakan jenis reksadana yang penempatan dananya ada di instrumen pasar uang dan efek bersifat yang terbit dalam jangka waktu kurang dari satu tahun.
Berbeda dengan dua jenis sebelumnya, reksadana ini menempatkan dana dalam instrumen pasar uang yang cenderung memiliki tingkat risiko yang sangat rendah. Bersamaan dengan itu, imbal balik dari jenis investasi ini juga tergolong lebih kecil dari yang lainnya.
Instrumen ini paling cocok untuk investor yang mencari keamanan dan likuiditas tinggi dan mengincar pemeliharaan dana dalam jangka pendek. Contoh dari reksadana pasar uang antara lain deposito berjangka, Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU).
4. Reksadana Campuran (Discretionary Funds)
Sesuai dengan namanya, reksadana campuran adalah investasi reksadana yang mengalokasikan dana investastor dalam efek yang bersifat utang dan ekuitas. Artinya, reksadana ini memuat kombinasi antara instrumen saham dan obligasi dalam portofolio investasinya.
Untuk investor yang menginginkan keseimbangan antara pertumbuhan dan keamanan, reksadana campuran adalah solusi ideal. Portofolio gabungan antara saham dan obligasi memberikan diversifikasi yang seimbang, meminimalkan risiko sambil tetap memberikan potensi keuntungan.
Keuntungan dan Kelemahan Investasi Reksadana
Investasi dalam reksadana merupakan langkah cerdas untuk mengelola keuangan. Namun seperti halnya setiap jenis investasi, ada keuntungan dan kelemahan yang perlu dipertimbangkan dengan cermat.
Keuntungan Investasi Reksadana
1. Diversifikasi Efektif
Reksadana memungkinkan investor memiliki sebagian kecil dari berbagai instrumen investasi. Diversifikasi efektif ini membantu mengurangi risiko dan memberikan eksposur pada berbagai kelas aset.
2. Manajemen Profesional
Dana di dalam reksadana dikelola oleh para ahli profesional atau manajer investasi, yang memiliki pengetahuan mendalam tentang pasar keuangan. Keberadaan manajer investasi membantu mengoptimalkan kinerja portofolio dengan efektif.
3. Likuiditas Tinggi
Reksa dana diperdagangkan di pasar sekunder. Hal ini memungkinkan investor menjual atau membeli unit dengan mudah. Likuiditas tinggi memberikan fleksibilitas dalam mengelola sebuah investasi.
4. Akses bagi Investor dengan Modal Terbatas
Dalam reksa dana, modal tidak jadi kendala dalam berinvestasi. Investor dengan modal terbatas dapat mengakses portofolio investasi yang luas, bahkan dengan modal mulai dari Rp 100.000. Ini membuka peluang investasi yang sebelumnya sulit terjangkau oleh banyak orang.
Kelemahan Investasi Reksadana
1. Biaya Manajemen
Produk investasi reksadana umumnya tidak gratis. Ada biaya manajemen yang harus investor bayarkan kepada manajer investasi untuk jasanya. Namun kabar baiknya, investasi ini kini semakin mudah karena kehadiran aplikasi investasi saham dan reksadana dengan biaya manajemen yang murah, bahkan bisa gratis.
2. Ketergantungan pada Kinerja Manajer
Keberhasilan investasi instrumen ini sangat tergantung pada keterampilan dan keputusan manajer investasi. Jika manajer tidak konsisten dalam menghasilkan hasil yang baik, dapat mempengaruhi kinerja pertumbuhan dana investor.
3. Risiko Pasar
Seperti semua investasi, reksa dana juga rentan terhadap fluktuasi pasar. Faktor ekonomi global, peristiwa politik, dan kondisi pasar dapat mempengaruhi nilai investasi.
4. Resiko Likuiditas
Risiko likuiditas bisa terjadi saat sebagian besar investor melakukan penjualan kembali (redemption). Dalam situasi ini, investor akan kesulitan menarik dana mereka. Untuk mengurangi dampak resiko ini, penting sekali untuk investor melakukan diversifikasi portofolio investasi.
Cara Kerja Investasi Reksa dana
Investasi dalam reksadana melibatkan proses yang terorganisir dan melibatkan beberapa pihak untuk menciptakan pengalaman investasi yang efisien.
1. Pengelolaan Dana oleh Manajer Investasi
Manajer investasi adalah otak di balik kinerja reksa dana. Mereka melakukan analisis pasar, memilih instrumen investasi, dan mengelola portofolio sesuai dengan tujuan dan kebijakan investasi reksa dana. Keputusan manajer investasi mempengaruhi kinerja dan keberhasilan reksadana.
2. Akumulasi Dana dari Investor
Investor individu atau institusional yang berminat untuk berinvestasi dalam reksa dana menyumbangkan dana mereka. Dana dari satu investor akan bergabung dengan dana dari investor lain untuk membentuk portofolio investasi yang lebih besar.
3. Pembentukan Unit Penyertaan
Dana yang dikumpulkan dari investor dibagi menjadi unit-unit kecil yang bernama”unit penyertaan”. Setiap investor memegang jumlah unit sesuai dengan besaran kontribusi dana mereka. Harga per unit ditentukan oleh nilai total portofolio investasi dibagi dengan jumlah unit.
4. Penerbitan dan Pembelian Unit
Investor dapat membeli unit reksadana sesuai dengan kemampuan finansial mereka. Pada saat pembelian, investor akan mendapatkan unit penyertaan dengan harga yang berlaku pada saat itu. Penerbitan dan pembelian unit dapat investor lakukan melalui distributor atau agen reksa dana.
5. Penempatan Dana dalam Instrumen Investasi
Manajer investasi menempatkan dana yang terkumpul ke dalam berbagai instrumen investasi sesuai dengan kebijakan investasi reksadana. Ini bisa mencakup saham, obligasi, atau instrumen pasar uang, tergantung pada jenis reksa dana.
6. Pendapatan dan Keuntungan
Selama portofolio investasi menghasilkan pendapatan, pemegang unit dan investor bisa mendapatkan pendapatan dan keuntungan sesuai dengan jumlah unit masing-masing investor. Hal ini bisa berupa seperti bunga dari obligasi atau dividen dari saham.
7. Perdagangan di Pasar Sekunder
Unit reksa dana dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Dengan begitu, hal ini memungkinkan investor menjual atau membeli unit dari atau kepada investor lain. Harga unit pada pasar sekunder biasanya bergantung pada permintaan dan penawaran dari para investor.
8. Penarikan Investasi dan Penutupan Instrumen
Investor dapat menarik investasinya dengan menjual unit reksadana kembali ke perusahaan manajemen investasi. Jika terjadi penutupan reksadana, investor akan menerima pembayaran sesuai dengan nilai likuidasi unit pada saat penutupan.
Cara Investasi Reksadana
Investasi dalam reksadana adalah keputusan cerdas untuk mengelola keuangan. Namun, bagaimana investor bisa memulai proses investasi ini dengan langkah-langkah yang tepat? Berikut tips dari Panda :
1. Tentukan Tujuan dan Profil Risiko Anda :Profil risiko dan tujuan akan membantu menentukan jenis reksa dana yang sesuai dengan kebutuhan investor.
2. Pelajari Jenis-Jenis Reksadana : Kenali berbagai jenis reksa dana, termasuk saham, obligasi, campuran, pasar uang, dan pendapatan tetap.
3. Pilih Manajer Investasi yang Terpercaya : Periksa rekam jejak dan kredibilitas manajer investasi dari reksadana yang Anda pertimbangkan.
4. Tentukan Jumlah Investasi : Mulailah dengan jumlah yang sesuai dengan kemampuan finansial Anda.
5. Pilih Distributor atau Agen Reksa dana : Pastikan bahwa mereka terdaftar dan dalam pengawasan otoritas yang berwenang.
6. Buka Rekening Efek : Rekening efek memungkinkan investor melakukan transaksi pembelian dan penjualan unit reksa dana.
7. Pilih Reksa dana yang Sesuai : Tentukan jenis reksa dana terbaik yang sesuai dengan profil resiko Anda. Tinjau juga prospektus reksa dana untuk memahami lebih lanjut tentang tujuan investasi, kebijakan investasi, dan biaya-biaya yang terkait.
8. Monitor dan Evaluasi Portofolio : Evaluasi secara berkala apakah portofolio masih sesuai dengan tujuan atau membutuhkan penyesuaian.
Untuk mendalaminya lebih lanjut, kamu juga bisa membaca artikel Panda yang mengulas Cara Investasi Reksadana
Kesimpulan
Dalam investasi, reksadana adalah pilihan yang cerdas bagi para investor yang menginginkan diversifikasi, profesionalisme manajemen, dan kemudahan likuiditas. Meskipun terdapat beberapa risiko yang menjadi pertimbangan, reksa dana menawarkan akses mudah ke pasar keuangan dan peluang investasi yang sebelumnya sulit investor jangkau.
Dengan pemahaman yang baik tentang jenis-jenis reksa dana, cara kerja, serta profil risiko dan tujuan investasi, investor dapat memulai perjalanan mereka menuju portofolio investasi yang sukses dan berkelanjutan. Jadi, sudah siapkah Anda berinvestasi? Semoga bermanfaat!
Biaya diskresioner merupakan jenis biaya yang sering muncul di anggaran perusahaan tapi sangat fleksibel untuk disesuaikan. Meski fleksibel, ada beberapa jenis biaya di dalam kategori ini yang sebenarnya berdampak penting untuk kemajuan perusahaan.
Untuk itu, perusahaan pun harus mengelola jenis biaya ini. Jika ingin mengubah, mengurangi atau menghilangkan, perusahaan perlu mempertimbangnya dengan bijak.
Di artikel kali ini, Panda akan mengulas secara lengkap tentang apa itu biaya diskresioner, mengapa penting dan apa saja yang termasuk ke dalam pos biaya ini.
Menurut laman Investopedia, biaya diskresioner atau discretionary expense adalah salah satu biaya tetap yang bisa dihilangkan dari anggaran perusahaan jika memang diperlukan.
Dengan definisi ini, sekilas biaya diskresioner terkesan tidak begitu penting. Namun kenyataannya tidak selalu begitu. Biaya ini tentu mempunyai porsi kepentingannya sendiri, di situasi tertentu, bahkan bisa berperan efektif untuk meningkatkan kemajuan perusahaan.
Jenis biaya ini berbeda dengan jenis biaya terikat yang sifatnya konstan dan signifikan. Sebaliknya, biaya ini lebih memberi fleksibilitas pada manajemen untuk menyesuaikan pengeluaran sesuai dengan kebutuhan dan perubahan dalam lingkungan bisnis.
Pentingnya Memahami Biaya Diskresioner
Pemahaman yang baik tentang biaya diskresioner akan sangat bermanfaat untuk mengoptimalkan pos- pos di keuangan perusahaan. Dengan memahami bagaimana biaya ini berperan, manajemen dapat membuat keputusan yang tepat, mengidentifikasi peluang penghematan, dan meningkatkan efisiensi operasional.
Di perusahaan sendiri, umumnya biaya diskresioner tetap penting karena merupakan pos biaya yang membantu peningkatan berkelanjutan di dunia bisnis. Pengeluaran diskresioner ini biasanya melibatkan aktivitas yang meningkatkan visibilitas merek atau meningkatkan retensi karyawan.
Oleh sebab itu, meski perusahaan bisa menghilangkan biaya ini dari anggaran, mereka tetap perlu berhati- hati. Sebab, tanpa biaya ini, strategi perusahaan bisa jalan di tempat dan tertinggal dari kompetitor.
Perbedaan Biaya Diskresioner dan Biaya Tetap Terikat
Selain ada biaya diskresioner, ada juga istilah biaya tetap terikat. Kebalikan dari diskresioner expense, Biaya tetap terikat atau Committed Expense merupakan pengeluaran yang tidak bisa dihilangkan jika perusahaan ingin terus beroperasi.
Karena berkaitan dengan operasional, biaya ini mempunyai peranan yang sangat penting untuk fungsi perusahaan. Bahkan saat mengalami masalah finansial yang buruk dan perlu mengurangi anggaran, perusahaan harus menghilangkan seluruh pengeluaran lain lebih dulu sebelum menghilangkan jenis biaya ini.
Dalam mengelola keuangan perusahaan, memahami perbedaan antara biaya diskresioner dan biaya tetap terikat menjadi langkah penting. Tidak hanya sebagai konsep akuntansi, tetapi pemahaman mendalam tentang karakteristik keduanya memberikan manfaat besar bagi pengelolaan keuangan yang cerdas.
1. Fleksibilitas dalam Pengeluaran
Biaya diskresioner menciptakan ruang fleksibilitas dalam pengeluaran perusahaan. Seperti yang Panda jelaskan di atas, perusahaan bisa menyesuaikan jenis biaya ini di pos anggaran sesuai dengan kebutuhan manajemen dan perubahan lingkungan bisnis.
Contohnya termasuk biaya pemasaran, pelatihan karyawan, atau pengembangan proyek. Fleksibilitas ini memungkinkan manajemen untuk menyesuaikan strategi keuangan sesuai dengan perubahan pasar atau kebutuhan bisnis.
2. Stabilitas dalam Pengeluaran
Sementara itu, biaya tetap terikat bersifat konstan dan perusahaan tidak bisa mengubahnya dalam jangka pendek. Pos biaya ini mencakup pengeluaran rutin seperti sewa, gaji karyawan, atau pembayaran bunga pinjaman.
Meskipun memberikan stabilitas, biaya ini tidak memberikan fleksibilitas yang sama seperti biaya diskresioner. Manajemen harus merencanakan dengan cermat untuk mengelola biaya tetap terikat tanpa mengorbankan likuiditas atau keberlanjutan operasional.
Setelah memahami tentang apa itu biaya diskresioner, mari melihat lebih dalam dengan mengenali contoh- contoh transaksi yang masuk ke dalam biaya diskresioner :
1. Biaya Iklan
Biaya iklan mungkin sudah lumrah masuk ke dalam anggaran biaya perusahaan. Kendati begitu, biaya ini termasuk ke dalam kategori biaya diskresioner.
Dalam konteks biaya iklan, perusahaan mempunyai kebebasan untuk menyesuaikan alokasi dana iklan berdasarkan perubahan kondisi pasar, tujuan pemasaran, atau respons konsumen.
Misalnya, jika perusahaan melihat adanya perubahan tren atau pergeseran dalam perilaku konsumen, manajemen dapat memutuskan untuk menyesuaikan strategi iklan dengan mengubah alokasi anggaran iklan. Hal ini mencakup penyesuaian jenis media yang perusahaan gunakan, frekuensi iklan, atau fokus kampanye iklan untuk lebih merespons kebutuhan pasar yang berkembang.
Bahkan dalam beberapa kasus, ada perusahaan- perusahaan yang dengan sengaja tidak menetapkan biaya beriklan. Bisa juga, perusahaan tidak menggunakan anggaran iklan demi mengoptimalkan anggaran untuk operasional.
2. Biaya Pelatihan Karyawan
Biaya pelatihan karyawan juga masuk ke dalam kategori biaya diskresioner. Pasalnya, perusahaan mempunyai fleksibilitas untuk menyesuaikan alokasi dana pelatihan berdasarkan kebutuhan pengembangan individu karyawan atau kebutuhan organisasi secara keseluruhan.
Misalnya, jika perusahaan mengidentifikasi kebutuhan untuk meningkatkan keterampilan karyawan dalam bidang tertentu, manajemen dapat mengalokasikan anggaran pelatihan dengan lebih intensif di area tersebut. Sebaliknya, jika kebutuhan pelatihan berubah atau bergeser seiring waktu, manajemen dapat menyesuaikan program pelatihan dan anggarannya untuk mencerminkan prioritas baru.
3. Biaya Hubungan Masyarakat
Dalam anggaran biaya Hubungan Masyarakat atau Public Relation, perusahaan memiliki kebebasan untuk menyesuaikan anggaran PR mereka berdasarkan komponen tertentu. Mulai dari dinamika pasar, perubahan citra perusahaan, atau kebutuhan khusus dalam membangun dan memelihara hubungan dengan pemangku kepentingan.
Misalnya saat perusahaan menghadapi situasi krisis atau ingin meningkatkan citra mereknya. Manajemen dapat memutuskan untuk meningkatkan anggaran PR untuk mengembangkan kampanye yang mendukung tujuan ini demi memperbaiki reputasi. Sebaliknya, jika tidak ada kebutuhan mendesak atau fokus strategi berubah, anggaran PR dapat disesuaikan dengan perubahan prioritas perusahaan.
4. Biaya Penelitian dan Pengembangan Proyek
Umumnya, perusahaan menetapkan biaya penelitian dan pengembangan (R&D) yang bisa diubah atau disesuaikan dengan strategi bisnis perusahaan. Perusahaan akan secara fleksibel mengelola anggaran penelitian dan pengembangan sesuai dengan perkembangan proyek, hasil penelitian, atau perubahan dalam arah strategis perusahaan.
Misalnya, jika suatu proyek penelitian menghadapi tantangan atau pendekatan yang berbeda, manajemen bisa memutuskan untuk menyesuaikan anggaran R&D untuk mencapai tujuan tersebut.
Sebaliknya, jika sebuah proyek mencapai tonggak penting atau menghadapi hambatan yang tidak terduga, manajemen juga bisa menyesuaikan anggaran untuk memberi dukungan tambahan atau mengubah fokus ke area yang lebih menjanjikan.
5. Sumbangan Amal
Meski mempunyai konteks yang positif, sumbangan amal tentu bukan jenis biaya yang tetap dan berdampak pada operasional. Saat profit perusahaan turun dan perlu menyeimbangkan pengeluaran, perusahaan mungkin mengurangi anggaran sumbangan amal atau menghapuskan biaya ini sementara waktu.
6. Biaya Lisensi Software
Pembelian lisensi software menjadi salah satu kebutuhan di tim perusahaan untuk meningkatkan produktivitas karyawan. Terutama di era digital seperti ini, mengelola biaya lisensi software dengan bijak adalah kunci untuk memastikan penggunaan teknologi yang optimal dan adaptif.
Kendati begitu, pembelian lisensi ini biasanya tidak selalu ada setiap waktu. Dengan begitu, perusahaan mempunyai fleksibilitas untuk mengelola anggaran lisensi sesuai dengan skala dan kebutuhan di perusahaan.
7. Biaya Acara Perusahaan
Biaya acara perusahaan biasanya muncul saat perusahaan memutuskan untuk menyelenggarakan acara peluncuran produk, seminar industri, atau konferensi karyawan. Jenis biaya ini termasuk ke dalam biaya diskresioner karena alokasinya sangat fleksibel sesuai kebutuhan perusahaan.
Manajemen dapat menyesuaikan anggaran acara perusahaan dengan melibatkan elemen-elemen seperti lokasi acara, fasilitas pendukung, dan jenis kegiatan yang akan perusahaan adakan.
8. Tunjangan Karyawan
Tunjangan karyawan bisa menjadi cara yang efektif untuk meningkatkan loyalitas dan retensi karyawan. Yang termasuk tunjangan karyawan antara lain seperti bonus, liburan, asuransi atau pemberian gift lainnya.
Kendati begitu, jika terjadi masalah finansial, perusahaan bisa saja mengurangi atau meniadakan anggaran tersebut.
9. Kemitraan Dengan Kontraktor/ Vendor
Ada kalanya perusahaan membutuhkan bantuan kontraktor atau vendor dalam sebuah proyek. Untuk mendukung kebutuhan ini, perusahaan akan bekerjasama dengan sebuah tim kontraktor.
Lewat kerjasama ini, perusahaan bisa menyelesaikan sebuah proyek dengan efektif, tanpa harus mempekerjakan lebih banyak karyawan. Dengan begitu, kemitraan dengan kontraktor termasuk biaya diskresioner karena memberi kebebasan kepada perusahaan untuk mengelola dan mengarahkan sumber daya ke arah yang paling efektif sesuai kebutuhan.
Kesimpulan
Biaya diskresioner muncul sebagai elemen penting dalam manajemen keuangan yang memberikan fleksibilitas dan adaptabilitas untuk perusahaan. Konsep ini mencakup pengeluaran yang dapat diubah atau disesuaikan sesuai dengan kebutuhan dan strategi bisnis.
Dalam berbagai aspek operasional, seperti pengeluaran pemasaran, pelatihan karyawan, acara perusahaan, atau kemitraan dengan kontraktor, kemampuan untuk mengelola biaya diskresioner memberikan keunggulan kompetitif untuk sebuah bisnis.
Fleksibilitas ini tidak hanya mendukung strategi keuangan, tetapi juga memungkinkan perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan bisnis secara efektif. Alokasi yang bijak akan membantu perusahaan meningkatkan efisiensi operasional, dan membangun hubungan yang berkelanjutan dengan berbagai pemangku kepentingan.
Sebelum berinvestasi, penting sekali untuk mengenal apa itu manajer investasi. Karena dengan mengenali hal- hal yang berkaitan dengan investasi ini, sobat Panda tentunya menjadi lebih siap dan lebih memahami bagaimana prospek dana yang diinvestasikan kedepannya.
Terlebih, dunia investasi termasuk cepat berkembangnya. Jenis investasi semakin beragam yang memungkinkan untuk ‘bingung investasi’ dalam menaruh dana kita. Apalagi dengan dukungan teknologi, yang memungkinkan kita untuk mempunyai lebih banyak pilihan cara berinvestasi.
Investasi pada dasarnya bisa kita lakukan dan kelola sendiri. Tapi dalam cara yang lebih mudah, kita bisa memanfaatkan peran manajer investasi.
Manajer Investasi seolah- olah menjadi asisten yang bisa kita andalkan dalam mengelola portofolio investasi para investor. Mereka tentunya mempunyai bekal pengetahuan, pengalaman, dan sumber daya yang bisa memaksimalkan potensi investasi agar sesuai dengan tujuan keuangan yang ingin nasabah raih.
Apa itu Manajer Investasi?
Seperti Panda lansir dari laman web OJK, pengertian dari Manajer Investasi (MI) adalah pihak yang mengelola portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Dalam versi yang lebih sederhana, definisi dari Manajer Investasi (MI) adalah pihak yang mengelola portofolio nasabah atau pihak- pihak yang menggunakan jasanya. MI akan mengelola dana kolektif dari para investor, lalu menginvestasikannya pada sejumlah instrumen investasi. Baik itu saham, obligasi, maupun deposito.
Tidak sembarang orang bisa menjadi Manajer Investasi. Pasalnya, untuk bisa menjadi seorang MI, seseorang harus memperoleh sertifikat profesi WMI (Wakil Manajer Investasi) terlebih dulu.
Fungsi, Tugas dan Peran Manajer Investasi
Peran utama dari seorang Manajer Investasi adalah mengelola portofolio investasi untuk kepentingan para investasi. Kendati begitu, peran ini sebenarnya adalah sebagian dari keseluruhan tugas yang menjadi tanggung jawab mereka.
Setidaknya, ada empat hal yang menjadi fungsi dan tugas Manajer Investasi. Simak penjelasan Panda berikut ini :
1. Mengelola Aset
Seperti yang Panda singgung sebelumnya, tugas utama seorang Manajer Investasi adalah mengelola aset atau portofolio investasi. Saat investor menyerahkan dana mereka untuk membeli produk investasi, seorang MI akan mengelola dana tersebut.
Selanjutnya MI akan mengalokasikan dana terkumpul investor ke beberapa aset atau instrumen investasi. Instrumen ini bisa berupa saham, obligasi, atau deposito. Pilihan instrumen ini juga tergantung dari jenis produk investasi apa yang investor beli.
Misalnya saja investor membeli reksadana saham, maka mayoritas dana akan diinvestasikan ke instrumen saham. Atau jika investor pilih membeli reksadana pasar uang, maka MI akan mengalokasikan dana terkumpul ke deposito.
2. Memilih Instrumen Investasi
Salah satu tantangan dalam berinvestasi adalah menentukan instrumen yang akan dibeli. Pasalnya, setiap instrumen mempunyai potensi return (imbal hasil) dan resiko masing- masing. Untuk itu, investor perlu berhati- hati dan jeli dalam memilih. Jika tidak, tentu hasil akan jauh dari harapan.
Nah disinilah fungsi dari seorang Manajer Investasi. Kehadiran MI berperan untuk meminimalisir kebingungan ini. Dengan jasa MI, investor tidak perlu pusing memikirkan saham apa saja yang sebaiknya dipilih, karena ada seorang MI yang menangani ini.
Untuk mengoptimalkan potensi return, MI akan membantu memilihkan beberapa saham yang menjanjikan. Mereka juga akan terus menganalisa saham- saham yang sudah dipilih.
3. Membuat Keputusan Jual Beli
Dalam proses membeli produk reksadana, investor menyerahkan semua keputusan jual beli aset ke Manajer Investasi. Untuk itu, MI mempunyai wewenang penuh dalam mengambil keputusan jual atau beli.
MIa tidak perlu minta ijin pada investor untuk melakukan penyesuaian portofolio. Namun tentu keputusan ini MI ambil untuk mengoptimalkan keuntungan atau meminimalisir kerugian investor.
Misalnya saja saat salah satu aset harganya jatuh dan prediksi tren akan memburuk. MI bisa segera bertindak untuk menjual aset sebelum harganya jatuh semakin dalam. Sebaliknya, saat mereka mempunyai keyakinan terhadap sebuah sektor atau aset, mereka akan mempertahankan aset yang mempunyai potensial pertumbuhan di masa depan atau bahkan membeli lagi untuk mengoptimalkan portofolio.
4. Memberi Laporan Investasi
Seorang Manajer Investasi bertanggung jawab terhadap investor dengan menerbitkan laporan investasi. Dengan laporan ini, investor bisa melihat portofolio mereka terhadap sebuah produk reksadana.
Laporan investasi ini bisa investor peroleh melalui website atau penjual reksadana. Melalui laporan ini juga, investor juga bisa melihat harga unit rata- rata yang mereka miliki, hingga persentase return yang mereka peroleh.
Dengan deretan fungsi dan tugas ini, artinya Manajer Investasi punya peran yang sangat besar untuk investor. Untuk itu, memilih MI pun tidak boleh asal- asalan.
Anda harus jeli dan melakukan riset terlebih dulu terkait pengalaman dan sepak terjang MI. Carilah seorangi manajer investasi dengan track record cemerlang dan jam terbang yang sudah panjang.
Tanggungjawab Manajer Investasi
Setelah memahami fungsi dan peran dari seorang Manajer Investasi, berikut tanggungjawab MI yang perlu sobat Panda ketahui :
Monitoring portofolio investor untuk memastikan mereka mencapai tujuan investasi yang diinginkan. Misalnya saja menumbuhkan aset investasi atau menghasilkan profit.
Melakukan komunikasi secara rutin dengan nasabah untuk mendiskusikan kebutuhan dan pertumbuhan aset keuangan.
Menganalisa produk dan layanan investasi baru untuk memberi rekomendasi kepada investor.
Memberi informasi terbaru terkait aset investor, termasuk perubahan portofolio dan laporan kinerja.
Memberi rekomendasi saran dan keputusan investasi sesuai dengan kondisi pasar terkini atau potensi keuntungan di masa mendatang.
Mengembangan rencana investasi strategis berdasar tingkat toleransi resiko.
Menjelaskan kepada investor tentang produk dan strategi investasi dengan cara yang mudah dipahami.
Keterampilan yang Harus Dimiliki Seorang Manajer Investasi
Dengan fungsi dan peran yang dimiliki, menjadi seorang Manajer Investasi memang bukan tanggungjawab yang mudah. Seorang MI setidaknya harus mempunyai beberapa keterampilan berikut ini :
1. Kepercayaan Diri yang Baik
Seorang MI harus mempunyai tingkat kepercayaan diri yang baik dalam melakukan peran dan tanggung jawabnya. Rasa percaya diri yang baik meningkatkan kemampuan untuk memotivasi diri saat bekerja dalam situasi penuh tekanan dan resiko.
Selain itu, pembawaan yang percaya diri akan mempermudah seseorang MI dalam memenuhi kebutuhan investor dan membaca situasi. Tentunya rasa percaya diri ini juga berkaitan erat dengan pengalaman seorang MI. Semakin tinggi keberhasilan MI dalam memenuhi tujuan investor, maka rasa percaya dirinya pun semakin bertumbuh.
2. Manajemen Waktu
Keterampilan selanjutnya yang penting untuk seorang MI adalah manajemen waktu. Manajer Investasi harus bisa memperhatikan waktu saat pasar modal buka dan tutup untuk melacak kinerja saham di hari itu.
MI dengan pengalaman yang panjang biasanya akan mempunyai tim untuk berbagi tanggungjawab. MI akan mendelegasikan tugas pada timnya untuk mengurangi beban kerja dan mengalokasikan waktu lebih banyak untuk tugas prioritas tinggi.
3. Analisa Data
Seorang MI harus mempunyai keterampilan analitis agar bisa mengukur dan meninjau dampak investasi nasabah. Karena salah satu peran MI adalah membuat keputusan jual beli dan menentukan instrumen investasi, keputusan- keputusan ini tidak bisa dilakukan dengan sembarangan.
Untuk membuat keputusan yang tepat dan akurat, MI harus bisa menganalisa data dengan baik, membaca statistik dan tren pasar untuk memprediksi pergerakan pasar saham.
4. Memecahkan Masalah
Selanjutnya, seorang MI harus bisa menjawab semua pertanyaan nasabah dengan tepat. Saat terbentur masalah di luar prediksi, seorang MI bisa tetap tenang untuk mencari solusi dari masalah atau resiko yang timbul dari investasinya.
5. Komunikasi
Yang tidak bisa dipungkiri, seorang Manajer Investasi juga harus terampil dalam berkomunikasi. Keterampilan ini penting agar bisa mendiskusikan semua hal tentang investasi kepada nasabahnya.
Selain itu, ada banyak istilah yang cukup teknis dalam kegiatan investasi. Untuk itu, seorang MI harus bisa menerjemahkan bahasa yang rumit ke bahasa yang lebih mudah dipahami oleh nasabah.
Selain keterampilan di atas, seorang MI juga harus memenuhi beberapa kualifikasi tertentu. Seorang MI harus berlatar belakang pendidikan yang kuat dalam bidang ekonomi, keuangan, dan investasi. Bukan itu saja, seorang MI juga perlu mempunyai sertifikat dan lisensi untuk bisa membuktikan keahliannya.
Tips Memilih Manajer Investasi Berkualitas
Dalam berinvestasi, kehadiran Manajer Investasi memberi dampak yang krusial. Saat kita menggunakan jasa MI yang berkualitas, tentu hasil dan keuntungan akan semakin baik dan sesuai dengan harapan. Sebaliknya, jika salah memilih Manajer Investasi, kemungkinan untuk mendapat return yang sesuai harapan menjadi lebih minim.
Agar tidak salah pilih, berikut beberapa tips yang dapat sobat Panda gunakan dalam memilih Manajer Investasi yang berkualitas :
1. Legalitas dalam OJK
Langkah pertama dan paling penting dalam memilih Manajer Investasi adalah memastikan kalau MI sudah resmi dan berizin OJK. Izin dari OJK (Otoritas Jasa Keuangan) adalah kunci dari legalitas, sekaligus tanda bahwa OJK berperan dalam mengawasi kinerja MI dalam mengelola dana investasi nasabah.
Jika sobat Panda menemukan aplikasi investasi online yang belum mengantongi izin OJK, sebaiknya hindari memilihnya karena lebih rentan resiko penipuan terhadap pengelolaan dana nasabah.
2. Rekam Jejak
Sebelum menentukan Manajer Investasi, penting untuk melakukan riset mendalam tentang MI tersebut. Rekam jejak MI patut menjadi pertimbangan yang akurat dalam memilih reksa dana online.
Beberapa hal yang perlu Anda ketahui antara lain seberapa lama perusahaan beroperasi, isu negatif, dan bagaimana sepak terjang mereka di industri pasar modal. Apakah Manajer Investasi mempunyai prestasi bagus atau justru pernah terserang isu negatif?
3. Kinerja
Kinerja MI pada umumnya kita ketahui secara detail setelah membeli produk dari reksa dana ini. Dari laporan portofolio, kita bisa melihat seperti apa gaya dan strategi investasi yang MI lakukan.
Misalnya saja, ada yang menawarkan keuntungan tinggi, tapi dengan resiko tinggi pula atau yang menawarkan keuntungan tidak terlalu tinggi karena lebih berhati- hati.
Dan jika setelah beberapa waktu Anda merasa kurang nyaman dengan strategi dan gaya investasi, Anda bisa mengalihkan dana investasi ke produk reksadana lain untuk mencegah kerugian yang tidak diharapkan di masa mendatang.
4. Transparansi Biaya
Setiap kali berinvestasi, biasanya ada biaya- biaya yang perlu dibayarkan, seperti manajemen fee. Berkaitan dengan hal ini, pastikan Anda memilih MI yang transparan dalam merinci biaya- biaya tersebut. Pastikan juga kalau biaya- biaya tersebut termasuk ke dalam kategori wajar.
Kesimpulan
Dalam dunia investasi yang kompleks dan berisiko tinggi, Manajer Investasi berperan penting dalam membantu investor mencapai tujuan keuangan mereka. Dengan keahlian dan pengalaman mereka, MI dapat memberikan keuntungan yang signifikan kepada klien mereka.
Manajer investasi yang berkualitas memiliki kemampuan untuk melakukan analisis yang mendalam dan strategi investasi yang cerdas. Mereka mampu melakukan diversifikasi portofolio, mengelola risiko, dan mencapai kinerja yang konsisten di pasar yang fluktuatif.
Selain itu, manajer investasi juga memahami tujuan dan toleransi risiko klien. Mereka bekerja sama dengan klien untuk mengembangkan rencana investasi yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka.
Dalam hal ini, seorang MI juga berperan sebagai pendidik dan komunikator yang baik, memberikan informasi yang transparan dan membantu klien memahami strategi investasi yang diterapkan.
Namun, penting untuk mencatat bahwa biaya layanan manajer investasi harus seimbang dengan keuntungan yang diberikan. Investor perlu mempertimbangkan biaya tersebut dalam konteks kinerja investasi yang dihasilkan.
Secara keseluruhan, Manajer Investasi yang berkualitas dapat memberikan nilai tambah yang signifikan bagi investor. Dengan pengetahuan, pengalaman, diversifikasi portofolio, pengelolaan risiko, dan kinerja yang baik, mereka dapat membantu investor meraih kesuksesan finansial jangka panjang.
Oleh karena itu, mempercayakan keputusan investasi kepada manajer investasi yang terpercaya dan kompeten dapat menjadi langkah yang bijaksana bagi individu yang ingin mencapai tujuan keuangan mereka dengan lebih efektif dan efisien.
Untuk Anda yang mengenal investasi saham dan reksadana, istilah saham blue chip pasti membuat penasaran. Saham dan reksadana sendiri terbilang cukup ngehits untuk generasi milenial. Tidak heran, jenis investasi ini makin digandrungi.
Kendati begitu, berinvestasi perlu kita mulai dengan kehati- hatian. Karena dengan iming- iming keuntungan menggiurkan, tentunya ada resiko yang perlu kita perhitungkan.
Saham blue chip sendiri menjadi golongan investasi yang sering investor rekomendasikan. Memang ada apa sih dengan saham blue chip? Seberapa aman dan cuan untuk investasi jangka panjang? Simak ulasan Panda di artikel ini ya!
Mengenal Apa itu Saham Blue Chip
Faktanya, Blue Chip menjadi saham yang paling investor rekomendasikan. Pasalnya, saham ini merupakan jenis saham unggulan yang cenderung aman untuk jangka panjang.
Istilah blue chip ini sendiri pertama kali muncul dari permainan poker. Dalam permainan poker, chip judi mewakili nilai dolar Amerika yang berbeda di setiap warnanya. Chip putih mewakili 1 dollar AS per chip, chip merah setara dengan 5 dollar AS per chip, sedangkan chip biru alias blue chip mempunyai nilai tertinggi.
Sehingga dengan penamaan ini, saham blue chip artinya adalah saham dari perusahaan dengan reputasi yang mumpuni, baik secara kualitas, serta handal dan menguntungkan dalam berbagai situasi ekonomi.
Sederhananya, saham blue chip merupakan saham papan atas di bawah naungan perusahaan besar. Jenis saham ini tentunya mempunyai kapitalisasi pasar yang besar hingga di atas Rp 10 triliun dan menjadi market leader di sektornya.
Dengan definisi ini, wajar saja banyak yang tergoda untuk invest ya, kan? 🙂
Ciri- ciri Saham Blue Chip
Saham perusahaan yang masuk ke dalam kategori blue chip tentunya punya etos kerja baik, kokoh secara fundamental, dan dikelola oleh para profesional. Selain itu, perusahaan yang termasuk ke daftar saham blue chip adalah emiten dengan latar belakang industri yang banyak orang butuhkan. Misalnya saja sektor consumer goods dan finance.
Untuk lebih mudahnya, sobat Panda perlu mengenali ciri- ciri saham blue chip sebelum memutuskan berinvestasi. Apa saja? Antara lain sebagai berikut :
1. Punya Nilai Kapitalisasi Pasar yang Besar
Yang menjadi ciri pertama dari saham blue chip adalah nilai kapitalisasi yang besar. Perusahaan dengan kategori saham ini adalah golongan perusahaan dengan nilai kapitalisasi di atas Rp 40 triliun.
2. Market Leader di Sektor Industrinya
Ciri- ciri kedua dari perusahaan blue chip adalah mereka yang punya reputasi sebagai market leader di sektor industrinya. Perusahaan- perusahaan ini biasanya sudah berjalan selama puluhan tahun. Mereka sudah mempunyai produk ternama yang populer dan menjadi tumpuan masyarakat.
3. Perusahaan dengan Fundamental yang Baik
Ciri ketiga dari perusahaan saham blue chip adalah fundamental yang sudah solid. Deretan perusahaan blue chip mempunyai laporan keuangan yang sehat dan struktur manajemen profesional.
Selain itu, mereka juga konsisten dalam mencatatkan laba serta mempunyai rekam jejak pertumbuhan.
4. Likuiditas Tinggi
Perusahaan blue chip terbaik mempunyai likuiditas tinggi. Umumnya, saham dalam kategori ini berada dalam daftar teraktif bursa serta masuk ke indeks LQ45 dan IDX30. Sehingga saham emiten yang beredar di BEI maupun dimiliki publik banyak.
Dengan begitu, jenis saham ini mudah untuk diperjualkan kembali. Harganya pun tidak mudah untuk menjadi bahan goreng- gorengan atau dimanipulasi.
5. Membagikan Dividen secara Konsisten
Ciri- ciri terakhir, perusahaan yang masuk kategori blue chip seringkali perusahaan yang konsisten membagikan dividen. Dividen, alias laba dari emiten blue chip, umumnya konsisten dibagikan dalam jangka waktu selama 10 tahun terakhir.
Mengenal Perbedaan Saham Blue Chip dan LQ45
Banyak yang sering menyamakan saham blue chip dan LQ45. Padahal keduanya mempunyai perbedaan.
Jika blue chip mempunyai definisi dan pengertian seperti Panda sebutkan di atas, maka ada sedikit perbedaan dengan LQ45. Saham LQ45 merupakan saham dengan likuiditas tinggi dan kapitalisasi besar dengan dukungan fundamental yang baik. Namun, tidak semua yang menyandang status LQ45 bisa kita sebut dengan blue chip.
Sebagai gambaran, berikut adalah tabel perbedaan antara blue chip dan LQ45 :
Saham Blue Chip
Saham LQ45
Merupakan market leader yang menjadi penguasa pangsa pasar
Belum tentu menjadi market leader. Bisa jadi transaksinya hanya sedang ramai (likuiditas tinggi) dalam 6 bulan terakhir.
Sudah pasti bisa terdaftar dalam indeks saham LQ45.
Belum tentu termasuk blue chip karena tidak semua saham likuid berkinerja baik.
Keuntungan dan Resiko Saham Blue Chip
Bicara investasi saham, tentu kita bicara keuntungan dan resiko. Setiap investor umumnya mengharapkan imbal hasil tinggi. Kendati memahami resiko, investor juga mengharapkan skema investasi saham dengan resiko paling kecil dan imbal hasil cukup tinggi.
Tujuan ini lah yang menjadi salah satu alasan kuat mengapa saham ini menjadi idaman para investor. Tapi bukan keuntungan saja yang perlu kita bicarakan, resiko nya pun perlu kita kenali sedari awal
Keuntungan Blue Chip
Harga saham kategori ini cocok untuk investasi jangka panjang. Blue chip mempunyai harga yang cukup tinggi. Namun, kemungkinan harga untuk naik tinggi dalam waktu singkat sangatlah kecil. Namun justru itu, performanya cenderung stabil dalam jangka panjang sehingga cocok untuk keuntungan jangka panjang.
Dividen yang Rutin dan Pasti Keuntungan selanjutnya adalah dividen yang rutin dan pasti. Pasalnya, blue chip merupakan perusahaan dengan pengelolaan baik dan profesional. Deretan perusahaan ini selalu memberikan keuntungan untuk setiap investornya.
Resiko & Permasalahan Blue Chip
Dengan berbagai keuntungannya, bukan berarti tidak ada resiko saat berinvestasi saham blue chip. Misalnya saat pandemi Covid-19 lalu, dilansir dari CNBC Indonesia, saham- saham ini justru tengah mengalami penurunan.
Di sisi lain, saham- saham lapis kedua (second tier) justru sedang meningkat signifikan. Tidak jarang, harga saham ini justru lebih rendah dari IHSG.
Yang menarik, para ahli justru menyatakan momen seperti ini adalah waktu yang tepat untuk membeli saham jenis ini. Pasalnya, penurunan yang lumayan ini justru terjadi karena momen tertentu saja.
Dan di masa mendatang, saham ini akan kembali cuan jika melihat riwayat performa perusahaan.
Apa Saja yang Termasuk Saham Blue Chip ini?
Untuk Anda yang sudah sangat berniat untuk berinvestasi, pastinya penasaran saham apa saja sih di Indonesia yang termasuk blue chip?
Merujuk ke data BEI, berikut daftar saham kategori blue chip saat ini :
No
Kode Emitten
Nama Emiten
1
ADRO
PT Adaro Energy Tbk
2
AGRO
PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk
3
ANTM
PT Aneka Tambang Tbk
4
ARTO
PT Bank Jago Tbk
5
ASII
PT Astra International Tbk
6
BANK
PT Bank Aladin Syariah Tbk
7
BBCA
PT Bank Central Asia Tbk
8
BBHI
PT Allo Bank Indonesia Tbk
9
BBNI
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
10
BBRI
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
11
BBTN
PT Bank Tabungan Negara Tbk
12
BFIN
PT BFI Finance Tbk
13
BMRI
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
14
BNLI
PT Bank Permata Tbk
15
BRIS
PT Bank Syariah Indonesia Tbk
16
BRPT
PT Barito Pacific Tbk
17
BUKA
PT Bukalapak.com Tbk
18
BYAN
PT Bayan Resources Tbk
19
CPIN
PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk
20
DCII
PT DCI Indonesia Tbk
21
DNET
PT Indoritel Makmur Internasional Tbk
22
EMTK
PT Elang Mahkota Teknologi Tbk
23
ERAA
PT Erajaya Swasembada Tbk
24
EXCL
PT XL Axiata Tbk
25
FREN
PT Smartfren Telecom Tbk
26
GGRM
PT Gudang Garam Tbk
27
HMSP
PT H.M Sampoerna Tbk
28
HRUM
PT Harum Energy Tbk
29
ICBP
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
30
INCO
PT Vale Indonesia Tbk
31
INDF
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
32
INKP
PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
33
INTP
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
34
ISAT
PT Indosat Tbk
35
ITMG
PT Indo Tambangraya Megah Tbk
36
JPFA
PT Japfa Comfeed Tbk
37
JSMR
PT Jasa Marga Tbk
38
KLBF
PT Kalbe Farma Tbk
39
MASA
PT Multistrada Arah Sarana Tbk
40
MDKA
PT Merdeka Copper Gold Tbk
41
MEDC
PT Medco Energi Internasional Tbk
42
MEGA
PT Bank Mega Tbk
43
MIKA
PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk
44
MNCN
PT Media Nusantara Citra Tbk
45
MYOR
PT Mayora Indah Tbk
46
PGAS
PT Perusahaan Gas Negara Tbk
47
PTBA
PT Bukit Asam Tbk
48
PTPP
PT PP Construction & Investment Tbk
49
SCMA
PT Surya Citra Media Tbk
50
SMMA
PT Sinarmas Multiartha Tbk
51
SMGR
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk
52
TBIG
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk
53
TCPI
PT Transcoal Pacific Tbk
54
TINS
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk
55
TKIM
PT Tjiwi Kimia Tbk
56
TLKM
PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk
57
TOWR
PT Sarana Menara Nusantara Tbk
58
TPIA
PT Chandra Asri Petrochemical Tbk
59
UNTR
PT United Tractors Tbk
60
UNVR
PT Unilever Indonesia Tbk
61
WIKA
PT Wijaya Karya Tbk
62
WSKT
PT Waskita Raya Tbk
63
AMRT
PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk
Sudah Siapkah Kamu Berinvestasi dengan Blue Chip?
Untuk investor pemula, blue chip merupakan pilihan menarik untuk berinvestasi. Alasan utamanya tentu saja kestabilan keuntungan dalam jangka panjang karena blue chip sudah punya fundamental perusahaan yang baik.
Salah satu hambatan dalam mengoleksi saham ini biasanya karena faktor harga. Pasalnya, harga per lot dari blue chip ini relatif lebih mahal. Untuk itu, sobat Panda bisa mulai menabung atau membeli sesuai kondisi keuangan.
Atau bisa juga menyiasatinya dengan membeli saham blue chip saat harganya turun. Seperti yang Panda sebutkan, harga blue chip juga bisa turun seperti saham lain. Namun tak perlu khawatir, blue chip ini biasanya cepat naik daripada saham lapis bawahnya.