Android sudah memonopoli pasar sistem operasi ponsel hampir di seluruh dunia. Seiring dengan pertumbuhan smartphone yang semakin melimpah, Android pun berkembang semakin pesat. Setelah Android, ada iOS di posisi yang kedua. Padahal jauh sebelum itu, sempat ada juga sistem operasi besutan Microsoft, Windows Mobile, yang juga mempunyai porsi pangsa pasar, meski belum begitu banyak. Dalam sebuah acara Konferensi DealBook yang digelar oleh The New York Times pekan lalu, Bill Gates mengungkapkan alasan dibalik kalahnya Windows Mobile dibandingkan dengan Android. Menurutnya, salah satu penyebab terbesar adalah masalah gugatan anti-trust (monopoli) yang menghantam Microsoft di penghujung dekade 1990- an. Diakui hal tersebut cukup menghabiskan energi Microsoft sehingga mereka tak bisa fokus dalam mengembangkan OS besutan mereka. “Padahal kami sudah dekat sekali (dalam mengembangkan OS mobile). Tapi perhatian saya terlalu teralihkan dan saya gagal,” ungkap Gates yang kala itu masih menjabat sebagai CEO Microsoft. “Kalau bukan karena kasus anti-trust, Anda akan menggunakan Windows Mobile sekarang, bukan Android,” tambahnya, seperti dirangkum KompasTekno dari The Verge, Senin (11/11/2019). Akibat kasus anti-trust, Microsoft terlambat mengembangkan Windows Mobile. Akibat keterlambatan ini, sistem operasi yang harusnya dipasang di sebuah ponsel Motorola yang akan diluncurkan, akhirnya gagal terpasang. Saat itu Gates tidak menjelaskan ponsel Motorola seri apa atau kapan waktu rilisnya. Spekulasi menyebutkan bahwa ponsel itu adalah Motorola Droid yang meluncur di AS 10 tahun lalu.
Di sisi lain, peluncuran sistem operasi Android mendapatkan sambutan hangat dari pasar. Android bahkan langsung mampu bersaing dengan OS dari iOS, Windows Mobile, dan Blackberry. Selanjutnya, Microsoft mengubah nama Windows Mobile menjadi Windows Phone 7 yang hadir di sejumlah ponsel HTC di tahun 2010 an atau dua tahun usai smartphone Android pertama yang juga buatan HTC dirilis ke pasaran. Di awal kedatangannya, kehadiran Windows Phone 7 disebut memberi warna baru. Smartphone ini mengusung desain antarmuka baru dengan basis tile aplikasi. Sayangnya, kehadiran OS ini dirasa terlambat. Seiring dengan perkembangan iOS dan Android yang semakin besar, posisi Windows Phone terus terhimpit. Terlebih, pasar terlanjur jatuh hati dengan iOS dan Android. Senasib dengan BlackBerry, perlahan tapi pasti, Windows Phone akhirnya tumbang. Babak belurnya Windows Phone ini disebut Gates merupakan kesalahan terbesarnya sepanjang berkiprah di perusahaan tersebut. “Ini adalah permainan di mana pemenang memborong semua hadiah. Sekarang tak ada seorang pun yang pernah mendengar Windows Mobile. Ada ratusan miliar dollar AS (kehilangan Microsoft dari pasar mobile) yang menguap,” ungkapnya.
Kita semua mungkin sudah sangat familiar dengan kata- kata miliarder. Karena dengan mempunyai harta senilai minimal USD 1 miliar saja, maka seseorang sudah bisa disebut dengan miliarder. Namun, pernahkah Anda mendengar seseorang mendapatkan gelar centibillionaire? Dibandingkan dengan gelar billionaire, gelar ini jauh lebih eksklusif. Hanya mereka yang mempunyai kekayaan di atas USD 100 miliar atau setara dengan Rp 1.427 triliun saja yang bisa mendapatkannya. Lantas, siapa saja orang- orang yang super kaya itu? Dikutip dari laman Reuters (22/10/2019), saat ini hanya ada 3 orang di dunia yang mendapatkan gelar centibillionaire ini :
Jeff Bezos
Bos Amazon satu ini mempunyai kekayaan senilai USD 110,9 miliar atau senilai Rp 1,5 triliun. Harta kekayaan Jeff Bezos bukan hanya berasal dari Amazon saja. Pria yang telah bercerai dengan sang istri dan sudah mempunyai kekasih baru ini juga menghasilkan banyak pundi- pundi dollar dari hasil investasinya di berbagai bisnis properti, toko sayur mayur, dan media.
Bill Gates
Boss Microsoft ini mempunyai kekayaan bersih senilai USD 105,3 miliar atau setara Rp 1,488 triliun. Sebagai boss perusahaan raksasa teknologi, Bill Gates populer sebagai sosok yang cerdas dan anti kritik. Di sisi lain, ia dikenal sebagai philanthropist, yaitu tokoh yang super dermawan. Ia mempunyai banyak sumbangsih di dunia ilmu pengetahuan dan sosial dengan mendirikan beberapa yayasan. Salah satu yayasan- nya yang terkenal adalah Bill & Melinda Gates Foundation. Untuk menghidupi yayasan yang dimilikinya bersama sang istri, ia menggelontorkan dana hingga puluhan miliar dollar. Yang menarik, kebiasaan Gates yang super dermawan tak pernah membuat asetnya berkurang. Kekayaannya justru bertambah USD 16 miliar atau Rp 224 triliun.
Bernard Arnault
Tokoh selanjutnya yang mendapatkan gelar Centibillionaire adalah bos grup LVMH alias Moet Hennessy – Louis Vuitton SE. Bernard Arnault mempunyai kekayaan senilai USD 100,4 miliar atau Rp 1.469 triliun. Dalam klub centibillionaire ini, Arnault bisa disebut sebagai pendatang baru. Ia mendapatkan gelar ini usai saham perusahaannya naik 2,9 persen menjadi 368,8 euro per lembar. Dalam waktu relatif singkat, kekayaannya langsung naik sebesar USD 32 miliar atau Rp 456 triliun tahun ini. Arnault sendiri menguasai separuh saham LVMH dan mempunyai 97 persen saham Christian Dior. Saat ini kekayaannya setara dengan 3 persen ekonomi Perancis. Berbeda dengan Bezos dan Gates yang mempunyai reputasi suka bersosial, Arnault dinilai tidak begitu dermawan, meski hartanya melimpah ruah. Bahkan saat ia menyumbang sekalipun, banyak yang berspekulasi ini dilakukan untuk sensasi semata. Salah satunya saat Katedral Notre Dame di Paris terbakar Apri lalu. Ia menyumbang lebih dari USD 650 juta untuk renovasi tempat ibadah tersebut. Namun, nominal ini dinilai masih sangat kecil dibandingkan kontribusi Gates untuk yayasannya yang ditotal hampir mencapai USD 35 miliar. Arnault juga mempunyai yayasan sendiri yang ia dirikan pada 2006 silam bernama Louis Vuitton Foundation for Creation. Namun lagi- lagi nominal investasi yang “hanya” USD 140 juta ini membentuk opini lain. Meski begitu, yayasan yang bergerak mendukung seni dan budaya kontemporer Perancis ini semakin berkembang pesat.
Tak seorang pun akan menyangkal kesuksesan Bill Gates. Mempunyai perusahaan raksasa, kaya raya, dan luar biasa sukses dalam bidang teknologi. Apalagi yang seorang Bill Gates bisa keluhkan?
Meski semua tampak sempurna, bukan berarti Bill Gates tak pernah punya keluh kesah dan penyesalan. Ia pun tak malu untuk mengakui penyesalan terbesarnya, yaitu Android.
Dalam sebuah event yang diselenggarakan oleh Village Global, sebuah perusahaan modal ventura yang disokong oleh dirinya sendiri, Bill Gates menyebut bahwa dirinya mempunyai satu kesalahan yang masih ia sesali : memberi kesempatan Google meluncurkan Android yang pada prosesnya tak mampu ia saingi hingga kini.
Kenyataan ini diungkap Gates saat tengah membahas perkembangan dunia software, secara khusus untuk platform, yang cenderung memunculkan satu pemenang saja sebagai penguasa pasar atau dikenal dengan istilah winner takes all.
“Kesalahan terbesar (saya) adalah… kesalahan manajemen apapun yang saya lakukan yang menyebabkan Microsoft tidak bisa jadi seperti Android,” kata Gates seperti dilansir dari The Independent, Senin (24/6/2019).
“Secara terperinci, Android dalam konteks platform standar di ponsel, yang bukan Apple. Itu merupakan sesuatu posisi alamiah yang ingin ditempati oleh Microsoft sebagai pemenang,” ungkapnya.
Perlu diketahui, Android awalnya bukanlah sebuah sistem operasi yang dihasilkan Google dari nol. Google mengakuisisi Android pada tahun 2005 dengan biaya mencapai kisaran USD 50 juta.
Di sisi lain, Microsoft sempat mempunyai Windows Phone, dan juga sempat mengakusisi unit Device and Service Nokia sebesar USD 7 miliar. Sayangnya usaha Microsoft ini belum membuahkan hasil dalam ekosistem yang disebut Gates ‘hanya bisa ditempati satu sistem operasi non-Apple’.
Meski begitu, Gates tidak ragu untuk menyebut bahwa Microsoft masih “sangat kuat”. Namun, ia juga tak bisa memungkiri kenyataan bahwa jika ia tak melakukan kesalahan tentang Android di masa lalu, Microsoft akan menjadi ‘perusahaan terdepan’, alih- alih hanya menjadi salah satu dari beberapa perusahaan terdepan.
Beberapa waktu yang lalu Bill Gates sempat mengatakan bahwa salah satu penyesalan terbesarnya adalah tidak menghentikan laju Android di industri ponsel, meski ia tidak benar- benar melakukan kesalahan itu.
Namun, memutar waktu ke belakangan, Bill Gates sebenarnya pernah membuat keputusan yang bisa dibilang sangat kontroversial, yaitu menyelamatkan Apple dari masalah keuangan. Bagaimana ceritanya?
Keterpurukan Apple & Kembalinya Steve Jobs
Era 1990-an bisa dibilang merupakan masa- masa yang sangat berat untuk Apple. Saat itu produsen iPhone hampir bangkrut lantaran produk- produknya gagal di pasaran. Akibatnya, harga saham anjlok secara drastis.
Masa- masa sulit yang dialami Apple ini akhirnya membuat Steve Jobs harus turun tangan kembali untuk memegang tanggung jawab sebagai CEO. Sebelumnya, di tahun 1985, ia sempat keluar dari Apple.
Padahal saat itu Steve Job sudah tak lagi menangani operasional Apple dan sedang mendanai Pixar. Bahkan, Job juga menjabat sebagai executive producer untuk Toy Story yang rilis pada tahun 1995.
Kucuran Dana Microsoft Menyelamatkan Apple
Yang menarik, satu hal yang dimiliki oleh Steve Job namun tidak dimiliki oleh CEO terdahulu adalah kedekatannya dengan Bill Gates. Ini lah yang menjadi kunci penting selamatnya Apple dari keterpurukan.
Pada 1997, Apple menerima investasi dari Microsoft sebesar USD 150 juta. Nominal ini adalah bagian dari kontrak kerjasama antara dua perusahaan tersebut dengan durasi lima tahun.
“Bill, terima kasih. Dunia jadi tempat yang lebih baik,” ujar Steve usai pendiri Microsoft itu setuju memberikan investasi tersebut.
Dalam kerjasama tersebut, Microsoft setuju menyediakan software Microsoft Office untuk perangkat Mac. Sebagai gantinya, Internet Explorer akan menjadi browser default di setiap perangkat Apple. Apple juga setuju untuk menghentikan tuduhannya terhadap Microsoft terkait penjiplakan sistem operasinya.
Di satu sisi, kontrak ini kerap disebut sebagai salah satu cara untuk Microsoft agar tidak dijatuhi penalty lantaran memonopoli pasar dan terlihat sangat kompetitif saat itu.
Sebelum mendapatkan dana segar dari Microsoft, Apple sendiri sudah kehilangan lebih dari USD 1,5 miliar dalam setahun ke belakang. Valuasi perusahaan ini juga turun secara drastis hingga tak sampai USD 3 miliar.
Tidak Ada Penyesalan
Dana segar dari Bill Gates dimanfaatkan Steve untuk mengatasi macetnya bisnis Mac dengan menghasilkan iPod. Setelah itu, Apple melahirkan iPhone dan iPad yang membuat nama Apple semakin melambung tinggi hingga kini. Hari ini, Apple adalah salah satu perusahaan paling bernilai di dunia.
meski dinilai kontroversial, namun Bill Gates menyatakan bahwa ia tidak menyesal telah mengizinkan Microsoft menyuntikkan dana sebesar USD 150 juta ke Apple kala itu. Menurutnya, hasil keputusannya justru membuat semua berjalan dengan baik.
“Faktanya, tiap tahunnya, selalu ada yang baru yang dapat kita lakukan melalui Mac dan ini merupakan bisnis yang baik bagi kami,” ucapnya dalam sebuah konferensi di tahun 2007 silam.
Memang, usai kontrak 1997 tersebut, Bill Gates dan Steve Job seakan- akan membangun roadmap industry komputasi bersama- sama. Persaingan keduanya tidak benar- benar terhapus. Kedua perusahaan raksasa ini akan terus berlomba dalam hal valuasi untuk bisa menjadi perusahaan teknologo paling bernilai di dunia. Kini, Apple diketahui mempunyai kapitalisasi pasar sebesar USD 914 miliar, sedangkan Microsoft USD 1,05 triliun.
Selain itu, salah satu alasan tidak ada penyesalan ini juga terjadi lantaran kedekatan hubungan antara Bill dan Steve itu sendiri. Hal ini terlihat nyata dari ucapan Bill saat Steve meninggal dunia pada 2011 silam.
“Steve dan saya pertama kali bertemu hampir 30 tahun lalu, dan kami telah menjadi kolega, kompetitor, dan teman selama lebih dari separuh masa hidup kami,” ujarnya kala itu.
“Sangat langka bagi dunia untuk melihat seseorang yang telah memberikan dampak penting sebagaimana sudah dilakukan oleh Steve, dampak yang dapat dirasakan oleh generasi-generasi selanjutnya. Bagi mereka yang cukup beruntung untuk bekerja bersamanya, itu merupakan kebanggaan yang sangat besar. Saya akan sangat merindukan Steve,” tuturnya memungkas.
Seandainya Bill Gates tidak memberikan kucuran dana segarnya, mungkin Apple sudah bangkrut lebih dulu sebelum melahirkan iPhone yang sensasional pada tahun 2007. Jika hal ini terjadi, bisa jadi peta persaingan smartphone dan sistem operasinya akan menjadi jauh berbeda daripada yang ada saat ini.
Siapa tak kenal Bill Gates? Sosok pendiri Microsoft ini adalah salah satu tokoh terkenal dunia yang juga seorang miliarder. Yang menarik, Bill Gates sendiri tak menyangka bahwa dirinya akan menjadi seperti sekarang ini saat dirinya masih remaja.
Ia mengaku bahwa Gates remaja hanya mempunyai cita- cita yang sangat sederhana. Di depan mahasiswa Universitas Harvard, ia mengaku bahwa dulu ia berencana menjadi seorang pengajar matematika, bukan seorang pendiri perusahaan software raksasa yang paling banyak digunakan oleh jutaan pengguna di dunia.
“Hey, saya murid yang baik dan karena itu saya sebaiknya menjadi profesor matematika,” ungkap Gates.
Matematika memang menjadi favorit Gates saat masih remaja karena ada tantangan tersendiri yang ia nikmati.
“(Matematika) adalah masalah tersulit untuk dipecahkan, dan Anda tahu, saya suka masalah sulit,” aku Gates.
Namun, sebelum melangkah jauh dengan matematika, Bill Gates harus melawan rasa tidak percaya dirinya. Pendiri Microsoft ini sendiri mengaku bahwa dirinya adalah sosok yang introvert dan cenderung anti-social. Ia juga sering merasa ragu dan takut bila bisnisnya gagal di kemudian hari.
Mulai Menekuni Programming Komputer
“Gagasan tentang Microsoft yang akan menjadi perusahaan besar, saya sendiri tak pernah terpikir,” ungkap Gates.
Namun, dukungan sahabatnya, Paul Allen tak pernah usai. Ia berusaha meyakinkan Gates untuk menekuni programming komputer, meski ia sendiri tak berencana meniti karir di bidang teknologi.
Dengan berbagai cara, Allen terus mendorong Gates untuk meninggalkan zona nyamannya. Gates dan Allen sendiri memang tidak satu almameter. Namun keduanya sudah berteman sejak masih bersekolah di di Lakeside School.
Kemudian Allen melanjutkan study ilmu computer di Washington State University, sementara Gates mengambil jurusan hukum di Universitas Harvard. Dengan bidang studi yang diambilnya, Gates bahkan sempat ingin menjadi seorang pengacara mengikuti jejak ayahnya.
Gates dan Allen bertemu kembali saat keduanya bekerja sebagai programmer komputer di perusahaan software Honeywell pada musim panas 1974. Setahun kemudian, mereka berhasil mengembangkan software micro-computer pertama yang diadaptasi dari bahasa programming komputer saat itu, yaitu BASIC.
Lompatan besar dimulai saat mereka berhasil mengamankan kontrak dengan salah satu perusahaan Amerika, MITS (Micro Instrumentation and Telemetry System).
Keduanya semakin nekat setelah menemukan komputer dengan microprocessor pertama di Plaza Harvard Square. Di sinilah Microsoft akhirnya benar- benar dimulai.
Bersama Paul Allen, mereka akhirnya membangun
Microsoft dari nol.
Microsoft Bukanlah Keputusan Mudah
Bagi Bill Gates, Microsoft bukanlah keputusan
mudah. Saat baru melangkah, pria kelahiran 28 Oktoner 1955 ini dihantui rasa
takut saat melihat dua perusahaan idolanya tumbang, yaitu Digital Equipment
(DEC) dan Wang.
Kekhawatiran terbesarnnya adalah saat ia mempunyai pekerja- pekerja yang lebih
tua dibandingkan usianya dan mereka mempunyai anak, lalu tiba- tiba
perusahaannya tak mampu memenuhi gaji mereka.
Namun kenyataannya, kerja kerasnya membuahkan hasil yang luar biasa. Enam tahun
usai Microsoft dijalankan, Gates takjub karena apa yang ia lakukan dan semua
yang ia lipatgandakan.
Ia pun memberikan nasehat di depan almameternya tentang pentingnya merangkul
resiko dan menantang diri lebih awal dalam karir.
“Semua hal itu berisiko. Sebaiknya jangan lewatkan belokan (kesempatan) di
jalan”, pesan Gates.
Menurut Gates, menantang diri lebih awal dalam
karir membantunya untuk sukses lebih awal. Jangan takut mengambil resiko dan
menaklukkan setiap tantangan sedini mungkin. Proses ini lah yang akan mengawal
kita untuk meraih sesuatu yang lebih berharga dalam hidup.