Kisah Jahja Setiaatmadja, Dari Tukang Rental Video, Kini Orang Nomor Satu BCA
Pernah mendengar nama Jahja Setiaatmadja? Namanya mungkin tidak sepopuler Merry Riana atau Tung Desem Waringin. Namun, kisah perjalanan hidupnya adalah salah satu yang menarik untuk menjadi inspirasi Anda.
Karir Pertama sebagai Junior Accountant
Terlahir dari keluarga biasa- biasa saja, Jahja Setiaatmadja mempunyai seorang ayah yang menjadi pegawai Bank Indonesia biasa. Kisah perjuangannya dimulai di tahun 1979 saat ia pertama memasuki dunia kerja sebagai junior accountant di perusahaan akuntan publik bernama Pricewaterhouse. Saat itu statusnya adalah mahasiswa tingkat akhir di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Menyadari uang yang ia peroleh tidak mencukupi kebutuhan hidupnya, Jahja menggunakan waktu luangnya untuk mencari penghasilan tambahan dengan membuka rental kaset video keliling. Saat itu, rental kaset video memang sedang hits menjadi hiburan masyarakat perkotaan. Tanpa malu, ia pun menawarkan kaset tersebut ke teman sekolah dan kuliahnya.
“Saya hubungi teman-teman yang berminat sewa kaset. Setelah sepakat menyewa, saya datang bawa banyak kaset video supaya mereka pilih. Satu minggu lagi saya datang dan mengganti kaset baru, begitu terus,” ungkap Jahja dalam sebuah sesi wawancara bersama Detik.
Dari Kalbe Farma hingga Orang Nomor Satu BCA
Siapa sangka, dari kegiatan mencari penghasilan tambahan ini, ia kemudian mengenal salah satu direktur PT Kalbe Farma, almarhum Rudy Capelle. Rudy akhirnya menjadi salah satu pelanggan tetap rental video Jahja. Dalam satu kesempatan, ia mengatakan jika Kalbe Farma sedang membutuhkan karyawan.
Jahja pun tak ingin menyia- nyiakan kesempatan. Ia mencoba peruntungannya dengan melamar kerja di PT Kalbe Farma.
“Pada tahun 1980, saya akhirnya pindah ke Kalbe Farma. Nah di situ awal karir saya menjadi asisten manajer,” kenangnya.
Di Kalbe Farma, Jahja mendapatkan banyak kesempatan belajar dengan mengikuti kursus- kursus terkait keuangan dan manajemen. Untuk meningkatkan karirnya, Jahja membagi fokus dengan berusaha melanjutkan kuliah yang sempat tertunda. Di tahun 1982, Jahja berhasil menyelesaikan skripsi dan mengantongi gelar Drs nya.
Dengan tambahan gelar akademis, semangat belajar yang luar biasa dan kerja keras, karir Jahja semakin melesat. Dua tahun kemudian ia mendapatkan promosi naik jabatan menjadi manajer keuangan hingga tahun 1988. Selanjutnya, Jahja menduduki jabatan penuh sebagai direktur Keuangan PT Kalbe Farma saat usianya memasuki 33 tahun.
Setahun berlalu, Jahja berkarir di Indomobil sebagai Direktur Keuangan. Karena kinernya yang baik, Jahja akhirnya diminta pindah ke BCA pada Oktober 1990.
Di awal karirnya di BCA, Jahja menduduki posisi sebagai wakil kepala divisi atau setara dengan General Manager. Di Januari 1996, ia diangkat sebagai kepala divisi treasury sampai 30 April 1999.
Saat BCA diambil alih oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), Jahja diangkat menjadi Direktur. Ia mengemban jabatan direktur hingga 2005, lalu diangkat kembali menjadi wakil presiden direktur. Karirnya tidak berhenti disini karena enam tahun kemudian, Jahja diberi kepercayaan untuk duduk di posisi Presiden Direktur dari tahun 2011 dan masih menjabat hingga kini*.
Kunci Kesuksesan Hidup Menurut Jahja Setiaatmadja
Kisah kerja keras Jahja memang patut diacungi jempol. Saat ditanya apa kunci kesuksesan menurutnya, ia mengungkapkan bahwa manusia harus mempunyai lima keseimbangan.
Keseimbangan yang pertama adalah Ketuhanan, sesuai degnan prinsip beragama dan ber-Tuhan.
“Percaya Dia yang mengatur semuanya yang terjadi,” ucap Jahja.
Yang kedua adalah komunitas, karena sebagai makhluk sosial, manusia harus mengembangkan diri untuk bersosialisasi dan mengenal sesama.
Yang ketiga, adalah keluarga karena mereka selalu ada untuk men-support kita.
“Harus diutamakan, anak, istri, suami atau cucu, harus ada waktu untuk mereka,” kata Jahja.
Keempat adalah kesehatan agar dapat bekerja dan beraktifitas dengan maksimal. Dan yang kelima adalah keuangan yang harus dijaga kewajarannya. Tidak boleh terlalu boros atau salah dalam mengatur keuangan.
“Semuanya harus dijaga agar seimbang dan mencapai ekulibrium yang baik bersama. Saya mencoba gaya hidup seperti itu. Jangan ngoyo kerja tapi juga jangan hura-hura. Main sama keluarga, jaga kesehatan itu penting karena kesehatan tidak bisa dibeli, kalau sudah sakit mau cari Rp 1 M atau Rp 1 T itu nggak bisa didapatkan,” ujarnya.