4 Pengusaha Indonesia yang Usaha Kulinernya Sukses Sampai ke Luar Negeri
Pengusaha Indonesia bukan hanya berjaya di negeri sendiri saja. Kini, banyak pengusaha Indonesia yang semakin melebarkan sayapnya hingga ke luar negeri berbekal bisnis yang dirintisnya. Mulai dari tekstil, dan teknologi, hingga industri kuliner yang tidak pernah sepi.
Di Indonesia, perkembangan bisnis kuliner nyaris selalu memiliki trend yang meningkat. Bisnis kuliner memang selalu menjadi pilihan yang gurih. Banyak pihak dulu yang beranggapan ada banyak makanan tradisional yang dinilai susah untuk sukses, sehingga para pengusaha lebih mengunggulkan makanan barat dan juga franchise restoran luar negeri. Padahal, makanan tradisioal Indonesia juga bisa menjadi bisnis kuliner yang besar karena mempunyai cita rasa yang unik dan enak di lidah.
Pengusaha Kuliner Indonesia yang Berhasil di Luar Negeri
Faktanya, kini tidak sedikit pengusaha kuliner Indonesia yang sukses hingga ke luar negeri dengan mempopulerkan menu makanan tradisional sebagai hidangan utama mereka. Siapa saja mereka? Simak dalam ulasan kami :
#1 Lele- Lela ( Rangga Umara )
Persis seperti namanya, Lele- Lela menyajikan menu utama lele di restorannya. Restoran ini didirikan oleh Rangga Umara. Cerita sukses bisnis kuliner ini berawal dari Rangga yang membuka rumah makan seafood setelah di-PHK oleh perusahaannya. Dari situasi yang kurang menyenangkan ini, Rangga memberanikan diri untuk menekuni usaha di bidang kuliner.
Di awal usahanya, Rangga membuka rumah makan seafood. Sayangnya, rumah makan ini sepi. Lalu Rangga memutuskan untuk beralih ke jenis makanan lain, yaitu menu favoritnya semasa kuliah, yaitu pecel lele.
Saat usaha lele ini dibuka, Rangga juga masih mengalami kesulitan karena sepinya daya beli masyarakat sekitar yang lebih menyukai menu olahan ayam daripada lele. Meski demikian hal ini tidak mematahkan semangat Rangga. Ia berusaha untuk tetap konsisten dengan menu olahan lele nya. Ia pun mencoba segala cara agar menu olahan lelanya dapat disukai oleh masyarakat sekitar.
Karena keteguhannya ini lah, bisnis kuliner yang dikelolanya ini akhirnya berkembang dan menuai kesuksesan. Saat ini bisnis kuliner Lele – Lela sudah mencapai omzet Rp 1.9 Milyar per bulan dengan tiga variasi utama olahan lele, yaitu lele goreng tepung, lele filet kremes dan lele saus padang. Kuliner Lele – Lela ini juga mendapatkan banyak permintaan waralaba dari negara- negara lain, seperti Penang, Kuala Lumpur, Singapura dan Jedah. Wahhh… hebat ya??
#2 Bumbu Desa ( Santoni )
Bumbu Desa tentu sudah tidak asing lagi namanya di telinga kita, ya? Rumah makan ini selain banyak kita temui di lokasi tertentu, juga sering terlihat berada di mall- mall besar kota tertentu. Bisa dibilang, Bumbu Desa ini adalah restoran kualitas bintang lima dengan menu utama makanan khas Tanah Sunda, Jawa Barat.
Kebanyakan restoran Bumbu Desa memiliki nuansa ruangan yang enak dan nyaman, persis seperti kata ‘desa’ yang diusungnya.
Usaha kuliner ini awalnya adalah usaha keluarga yang dimulai dengan modal hanya Rp 8.000.000 saja, sampai akhirnya Santoni mencium peluang besar untuk mulai membuka waralaba untuk Bumbu Desa. Tepat pada tahun 2004, waralaba Bumbu Desa dibuat. Hal ini membuat bisnis Santoni melesat hebat, dan bahkan sampai menginjak Malaysia dan Singapura.
Di Indonesia sendiri, Bumbu Desa telah memiliki lebih dari 50 cabang yang telah tersebar luas di seluruh Indonesia, dengan omset mencapai milliard rupiah setiap bulannya.
Bukan di Indonesia saja, Bumbu Desa kini juga sedang melebarkan sayapnya sampai ke kota- kota yang ada di Amerika dan Kanada, seperti di kota Vancouver dan Seattle.
#3 Ayam Bakar Mas Mono ( Agus Pramono )
Ayam Mas Mas Mono diawali dengan kisah inspiratif si pemiliknya, yaitu Agus Pramono. Jauh sebelum memiliki usaha yang semakin gila ini, Agus Pramono bekerja sebagai seorang Office Boy ( OB ) di sebuah perusahaan sampai belasan tahun.
Berhenti dari pekerjaanya, Pramono memutuskan untuk menjadi pedangan gorengan dari SD ke SD. Saat itu Pramono berpikir, kalau dia hanya menjual gorengan saja, maka dia hanya mendapatkan omset rata sebesar Rp 15.000 saja setiap harinya.
Putar balik, Pramono mengambil langkah yang kelak mengubah hidupnya selamanya. Dengan modal uang Rp 500.000, Pramono berjualan ayam bakar untuk pertama kalinya dengan menggunakan gerobak biru yang ternyata membawahnya sukses sampai sekarang ini. Dari grobak biru biasa, kini Ayam Bakar Mas Mono telah mencapai omset miliaran Rupiah per bulannya dengan 500 cabang tersebar di seluruh Indonesia. Mantapp!
Ehhhh… tunggu dulu, masih belum selesai kisahnya. Pramono juga berhasil mengembangkan bisnisnya dengan sistem #waralaba sampai ke Singapura, Malaysia, Australia, Kuwait, Arab Saudi dan Dubai. Wahhhh… salut!
#4 Es Teler 77 ( Sukyanti Nugroho )
Jauh sebelum menjadi brand besar seperti sekarang ini, Es Teller 77 dulu adalah sebuah warung makan biasa dan sederhana. Dengan mengandalkan kemampuan memasakan Ibu Mertua yang menurutnya paling enak se- Indonesia, Sakyanti Nugroho memberanikan diri untuk membuka usaha warung makan Es Teler 77.
Es Teler 77 ini mengandalkan berbagai macam menu makanan tradisional khas Indonesia yang membuat bisnis kuliner ini kemudian berkembang dengan sangat pesat dan merajai mall- mall besar di Indonesia.
Berbeda dengan Bumbu Desa yang fokus menjual makanan khas Sunda, Es Teler 77 menyajikan beragam masakan rumah yang populer di Indonesia, seperti tumis kangkung dan juga sayur asam.
Es Teler 77 kemudian diresmikan pada tanggal 7 Juli 1982 dan menjadi salah satu bisnis kuliner dengan jumlah cabang waralaba terbesar di Indonesia. Saat ini, bisnis Sukyanti ini bahkan telah tersebar sampai ke New Delhi, Melbourne ( Australia ), Singapura dan juga Malaysia.
Kata siapa bisnis kuliner Indonesia kalah sama bisnis kuliner Italia, Amerika dan Japanese? Di negeri sendiri, kita bisa menjadi rahasia.
*Photo Credit : Kontan/ Daniel Prabowo