Setelah
10 tahun beroperasi, startup Gojek kini berhasil menyabet status Decacorn.
Melansir dari CBInsight, Gojek kini telah mempunyai valuasi US$10 miliar atau setara
dengan 140 triliun. Pencapaian yang luar biasa, bukan?
Decacorn ini sendiri adalah julukan untuk startup yang mempunyai valuasi
senilai USS10 miliar atau lebih. Berdasarkan data dari CBInsight, saat ini baru
ada 19 startup di dunia yang menyandang status decacorn ini. Negara yang paling
mendominasi daftar ini adalah Amerika Serikat.
Gojek Menyandang Status Decacorn
Sebelum
pengumuman resmi ini, Rudiantara, Menteri Komunikasi dan Informatika sudah
memprediksi bahwa Indonesia akan segera punya startup decacorn pada 2019 ini.
Faktanya, Indonesia tidak membutuhkan waktu lama untuk menunggu kehadiran
startup decacorn ini.
Sepak terjang Gojek di kancah Fintech memang semakin agresif. Pada awal tahun
ini Gojek mengumumkan adanya suntikan dana dari beberapa investor besarnya.
Sebut saja Tencent, Mitsubishi Corporation hingga Provident Capital, JD.com,
hingga Google. Estimasi dari suntikan dana ini sendiri kurang lebih bernilai
US$920 juta.
Suntikan dana ini adalah bagian dari pendanaan Seri F putaran pertama. Dari
perputaran pendanaan ini, Gojek manargetkan untuk bisa mengumpulkan dana
sebesar US$2 miliar.
Techcrunch memprediksi bahwa valuasi Gojek sudah bisa mencapai angka US$9,5
miliar saat pendanaan ini ditutup nanti.
Gojek sendiri kini bukan hanya dikenal sebagai layanan transportasi dan
pengiriman makanan, namun juga sebagai sebagai metode pembayaran dan telah
berhasil menjadi super app. Langkah ini adalah upaya Gojek untuk bisa masuk ke
pasasr baru dan terus mengembangkan layanannya.
Dalam dua tahun belakangan Gojek juga semakin gencar dalam melebarkan sayapnya.
Di Vietnam misalnya, Gojek meng-kamuflasekan layanannya dalam bentuk Go-Viet
yang menawarkan jasa pengataran makanan dan trasnportasi motor. Sementara di
Thailand, Gojek menawarkan layanan motor, dan di Singapura, Gojek menyediakan
layanan mobil.
Dengan status decacorn barunya, kini Gojek semakin ketat berkompetisi dengan
Grab Holding yang sama- sama ber-titled
decacorn sekaligus menggarap lini bisnis yang sama. Saat ini, valuasi dari Grab
sendiri sudah tembus US$11 miliar.
Perjalanan Pendanaan Gojek
Dalam
kurun waktu 10 tahun beroperasi, Gojek sudah 9 kali menggelar pemutaran
penggalanan dana. Startup yang didirikan oleh Nadiem Makarim ini sudah menerima
suntikan dana dari 24 investor dengan total dana mencapai US$3,1 miliar.
Penggalangan dana Seri A dilakukan Gojek pada 2014 lalu, dengan Openspace
Ventures dan Capikris Foundation sebagai investornya. Jumlah suntikan dana
tidak diumumkan.
Pada tahun 2015, Gojek melakukan pendanaan Seri B dengan investor yang
berpartisipasi adalah DST Global, Sequoia Capital India, dan Openspace lagi.
Nominal dalam pendanaan ini juga tidak diumumkan.
Di tahun 2016, putaran pendanaan Seri C dilakukan dengan investor Rekuten dan
Openspace Ventures dengan nominal yang lagi- lagi tidak disebutkan. Di tahun
yang sama, Gojek juga melakukan pencairan dana Seri D dengan nilai yang
terkumpul lebih dari US$ 550 juta. Beberapa investornya antara lain DST Global,
Northstar Group, Farallon Capital Management, Kohlberg Kravis Roberts, &
Co, Formation Group, dan Warburg Pincus.
Di awal tahun 2018, Gojek kembali melakukan peluncuran penghimpunan dana Seri E
dengan dana terkumpul US$1,5 miliar. Deretan investor yang tergabung antara
lain Temasek Holdings, Astr International, Vid ID, Meituan-Dianping, JD.com,
Blibli hingga Google.
Di awal 2019 ini, Gojek kembali menggelar penghimpunan dana Seri F tahap
pertama. Investor yang tergabung antara lain Tencent Holdings, Astra
Internasional, JD.com dan Google.
Referensi: CNN, CBInsight