Saat kita mengalami masalah dalam hidup, terutama yang berkaitan dengan bisnis dan karir, kita membutuhkan nasehat dari keluarga atau sahabat. Nasehat yang dibutuhkan seringkali bukan solusi, tapi kalimat penenang bernada positif dan motivasi.
Sayangnya, sering tidak disadari, ada beberapa kalimat yang sekilas terdengar menenangkan dan positif, ternyata bisa menjadi jebakan batman yang membuat kita semakin terpuruk. Bukannya mendorong kita untuk segera bangkit dan semangat mengejar ketertinggalan, kita justru akhirnya melamban dan mentolerir kegagalan kita dengan berbagai alasan.
Seperti deretan kata- kata di bawah ini. Saat tidak berhati- hati menggunakannya, kita justru bisa terjebak dalam kondisi yang membuat kita semakin lemah dan malas. Padahal jika kita menghadapi kegagalan, penting sekali untuk segera bangkit dan menyusun strategi baru. Berhati- hati lah saat menanggapi kata- kata positif berikut ini :
1. “Pasrah Saja”
Contohnya : “Ya udah pasrah saja. Yang Namanya rejeki segini mau gimana lagi?”
Kalau saja setiap hasil yang Anda peroleh ditanggapi dengan kalimat di atas, bisa- bisa Anda semakin malas untuk bekerja dan belajar lagi.
Tidak ada yang salah dengan pasrah, selama konteksnya adalah berserah diri kepada Tuhan (seperti konteks “Tawakkal” dalam Islam). Tapi tentunya hal ini baru boleh dilakukan jika kita sudah berusaha keras dan menjalankan segala macam cara, bukan?
2. “Sabar”
Contoh : “Udah sabar aja. Yang namanya jualan pasti ada sepinya. Nanti juga customer datang sendiri kalau waktunya tepat.”
Sering tidak sadar, kata ‘sabar’ sering kita gunakan sebagai alasan untuk bermalas- malasan. Padahal jika kita belum mencapai target yang dicanangkan, seharusnya kita tidak berlindung di balik kata “sabar”, sambil berharap customer datang dengan sendirinya.
Seharusnya, kita melakukan evaluasi terhadap campaign marketing yang telah kita jalankan. Apa yang masih kurang tepat? Apa yang salah sehingga target tidak tercapai? Bukannya malah diam saja dan bersabar menunggu rejeki datang.
Faktanya, rejeki itu harus dijemput. Bagaimana menjemputnya? Dengan usaha, yaitu merencanakan strategi, mengeksekusinya dengan baik, dan melakukan evaluasi. Kalau hanya bersabar saja tanpa usaha, itu artinya kita melakukan hal yang sia- sia belaka.
3. “Rejeki Sudah Ada yang Ngatur”
Contoh : “Nggak usah iri kalau belum bisa punya rumah sendiri. Rejeki sudah ada yang ngatur.”
Memang benar rejeki kita sudah diatur oleh Tuhan. Tapi yang tidak boleh dilupakan, kita bisa meminta Tuhan untuk memberikan rejeki model apapun, sebanyak apapun, dengan syarat kita mau berusaha untuk mendapatkannya.
Misalnya ada seorang teman yang berpenghasilan puluhan juta dalam sebulan dan itu membuatmu iri. Maka yang harus kamu lakukan adalah belajar bagaimana caranya bisa mendapatkan puluhan juta per bulan, bukan menenangkan dirimu dengan jargon “rejeki sudah ada yang ngatur.”
Siapa pun berhak mendapatkan takaran rejeki yang sama. Yang penting adalah kita memantaskan diri karena Tuhan akan mengatur rejeki untuk sampai ke orang yang tepat. Siapa orang yang tepat itu? Yaitu mereka yang berusaha sesuai dengan kadar rejeki yang ia inginkan.
4. “Pelan- Pelan”
Contoh : Saat ada si A yang memulai bisnis baru, lalu dengan semangat ia berkata “Dalam enak bulan ke depan Saya menarget harus bisa menjual 1000 pcs per hari.” Lalu tiba- tiba si B datang menyela, “Pelan- pelan aja dulu. Yang namanya bisnis itu harus dijalankan pelan- pelan. Jangan ketinggian dulu mimpinya.”
Selama mimpi itu bisa memotivasi kita untuk mencapai target- target tinggi kita, kenapa tidak? Justru jika bisnis ini kita jalankan terlalu santai, peluang pesaing untuk menggerus bisnis kita akan semakin besar. Jangankan untuk mengembangkan usaha, untuk mengembalikan modal awal pun mungkin kita sudah ngos- ngosan jika kita terpengaruh dengan kalimat itu.
Jadi bagaimana? Lakukan lah secepat yang kita bisa. Jika kita mampu bekerja 12 jam per hari, mengapa tidak? Jika kita dapat menjual 1000 produk per hari, mengapa tidak? Goal besar nya adalah menggapai sukses secepat mungkin. Karena semakin pelan kita menjalankan bisnis kita, maka akan semakin lambat pula kesuksesan menghampiri kita.
Bermimpi tinggi boleh, asalkan kita mau bekerja keras untuk mencapai apa yang kita canangkan.
Referensi/ Kontributor : Christina Lie