Apa itu Biaya Diskresioner, Contoh dan Mengapa Penting

Apa itu Biaya Diskresioner, Contoh dan Mengapa Penting

Biaya diskresioner merupakan jenis biaya yang sering muncul di anggaran perusahaan tapi sangat fleksibel untuk disesuaikan. Meski fleksibel, ada beberapa jenis biaya di dalam kategori ini yang sebenarnya berdampak penting untuk kemajuan perusahaan.

Untuk itu, perusahaan pun harus mengelola jenis biaya ini. Jika ingin mengubah, mengurangi atau menghilangkan, perusahaan perlu mempertimbangnya dengan bijak.

Di artikel kali ini, Panda akan mengulas secara lengkap tentang apa itu biaya diskresioner, mengapa penting dan apa saja yang termasuk ke dalam pos biaya ini.

Pengertian Biaya Diskresioner (Discretionary Expense)

Menurut laman Investopedia, biaya diskresioner atau discretionary expense adalah salah satu biaya tetap yang bisa dihilangkan dari anggaran perusahaan jika memang diperlukan.

Dengan definisi ini, sekilas biaya diskresioner terkesan tidak begitu penting. Namun kenyataannya tidak selalu begitu. Biaya ini tentu mempunyai porsi kepentingannya sendiri, di situasi tertentu, bahkan bisa berperan efektif untuk meningkatkan kemajuan perusahaan.

Jenis biaya ini berbeda dengan jenis biaya terikat yang sifatnya konstan dan signifikan. Sebaliknya, biaya ini lebih memberi fleksibilitas pada manajemen untuk menyesuaikan pengeluaran sesuai dengan kebutuhan dan perubahan dalam lingkungan bisnis.

Pentingnya Memahami Biaya Diskresioner

Pemahaman yang baik tentang biaya diskresioner akan sangat bermanfaat untuk mengoptimalkan pos- pos di keuangan perusahaan. Dengan memahami bagaimana biaya ini berperan, manajemen dapat membuat keputusan yang tepat, mengidentifikasi peluang penghematan, dan meningkatkan efisiensi operasional.

Di perusahaan sendiri, umumnya biaya diskresioner tetap penting karena merupakan pos biaya yang membantu peningkatan berkelanjutan di dunia bisnis. Pengeluaran diskresioner ini biasanya melibatkan aktivitas yang meningkatkan visibilitas merek atau meningkatkan retensi karyawan.

Oleh sebab itu, meski perusahaan bisa menghilangkan biaya ini dari anggaran, mereka tetap perlu berhati- hati. Sebab, tanpa biaya ini, strategi perusahaan bisa jalan di tempat dan tertinggal dari kompetitor.

Perbedaan Biaya Diskresioner dan Biaya Tetap Terikat

Selain ada biaya diskresioner, ada juga istilah biaya tetap terikat. Kebalikan dari diskresioner expense, Biaya tetap terikat atau Committed Expense merupakan pengeluaran yang tidak bisa dihilangkan jika perusahaan ingin terus beroperasi.

Karena berkaitan dengan operasional, biaya ini mempunyai peranan yang sangat penting untuk fungsi perusahaan. Bahkan saat mengalami masalah finansial yang buruk dan perlu mengurangi anggaran, perusahaan harus menghilangkan seluruh pengeluaran lain lebih dulu sebelum menghilangkan jenis biaya ini.

Dalam mengelola keuangan perusahaan, memahami perbedaan antara biaya diskresioner dan biaya tetap terikat menjadi langkah penting. Tidak hanya sebagai konsep akuntansi, tetapi pemahaman mendalam tentang karakteristik keduanya memberikan manfaat besar bagi pengelolaan keuangan yang cerdas. 

1. Fleksibilitas dalam Pengeluaran

Biaya diskresioner menciptakan ruang fleksibilitas dalam pengeluaran perusahaan. Seperti yang Panda jelaskan di atas, perusahaan bisa menyesuaikan jenis biaya ini di pos anggaran sesuai dengan kebutuhan manajemen dan perubahan lingkungan bisnis.

Contohnya termasuk biaya pemasaran, pelatihan karyawan, atau pengembangan proyek. Fleksibilitas ini memungkinkan manajemen untuk menyesuaikan strategi keuangan sesuai dengan perubahan pasar atau kebutuhan bisnis.

2. Stabilitas dalam Pengeluaran

Sementara itu, biaya tetap terikat bersifat konstan dan perusahaan tidak bisa mengubahnya dalam jangka pendek. Pos biaya ini mencakup pengeluaran rutin seperti sewa, gaji karyawan, atau pembayaran bunga pinjaman.

Meskipun memberikan stabilitas, biaya ini tidak memberikan fleksibilitas yang sama seperti biaya diskresioner. Manajemen harus merencanakan dengan cermat untuk mengelola biaya tetap terikat tanpa mengorbankan likuiditas atau keberlanjutan operasional.

8 Contoh Transaksi Biaya Diskresioner (Discretionary Expense)

Setelah memahami tentang apa itu biaya diskresioner, mari melihat lebih dalam dengan mengenali contoh- contoh transaksi yang masuk ke dalam biaya diskresioner : 

1. Biaya Iklan

Biaya iklan mungkin sudah lumrah masuk ke dalam anggaran biaya perusahaan. Kendati begitu, biaya ini termasuk ke dalam kategori biaya diskresioner.

Dalam konteks biaya iklan, perusahaan mempunyai kebebasan untuk menyesuaikan alokasi dana iklan berdasarkan perubahan kondisi pasar, tujuan pemasaran, atau respons konsumen.

Misalnya, jika perusahaan melihat adanya perubahan tren atau pergeseran dalam perilaku konsumen, manajemen dapat memutuskan untuk menyesuaikan strategi iklan dengan mengubah alokasi anggaran iklan. Hal ini mencakup penyesuaian jenis media yang perusahaan gunakan, frekuensi iklan, atau fokus kampanye iklan untuk lebih merespons kebutuhan pasar yang berkembang.

Bahkan dalam beberapa kasus, ada perusahaan- perusahaan yang dengan sengaja tidak menetapkan biaya beriklan. Bisa juga, perusahaan tidak menggunakan anggaran iklan demi mengoptimalkan anggaran untuk operasional.

2. Biaya Pelatihan Karyawan

Biaya pelatihan karyawan juga masuk ke dalam kategori biaya diskresioner. Pasalnya, perusahaan mempunyai fleksibilitas untuk menyesuaikan alokasi dana pelatihan berdasarkan kebutuhan pengembangan individu karyawan atau kebutuhan organisasi secara keseluruhan.

Misalnya, jika perusahaan mengidentifikasi kebutuhan untuk meningkatkan keterampilan karyawan dalam bidang tertentu, manajemen dapat mengalokasikan anggaran pelatihan dengan lebih intensif di area tersebut. Sebaliknya, jika kebutuhan pelatihan berubah atau bergeser seiring waktu, manajemen dapat menyesuaikan program pelatihan dan anggarannya untuk mencerminkan prioritas baru.

3. Biaya Hubungan Masyarakat

Dalam anggaran biaya Hubungan Masyarakat atau Public Relation, perusahaan memiliki kebebasan untuk menyesuaikan anggaran PR mereka berdasarkan komponen tertentu. Mulai dari dinamika pasar, perubahan citra perusahaan, atau kebutuhan khusus dalam membangun dan memelihara hubungan dengan pemangku kepentingan.

Misalnya saat perusahaan menghadapi situasi krisis atau ingin meningkatkan citra mereknya. Manajemen dapat memutuskan untuk meningkatkan anggaran PR untuk mengembangkan kampanye yang mendukung tujuan ini demi memperbaiki reputasi. Sebaliknya, jika tidak ada kebutuhan mendesak atau fokus strategi berubah, anggaran PR dapat disesuaikan dengan perubahan prioritas perusahaan.

4. Biaya Penelitian dan Pengembangan Proyek

Umumnya, perusahaan menetapkan biaya penelitian dan pengembangan (R&D) yang bisa diubah atau disesuaikan dengan strategi bisnis perusahaan. Perusahaan akan secara fleksibel mengelola anggaran penelitian dan pengembangan sesuai dengan perkembangan proyek, hasil penelitian, atau perubahan dalam arah strategis perusahaan.

Misalnya, jika suatu proyek penelitian menghadapi tantangan atau pendekatan yang berbeda, manajemen bisa memutuskan untuk menyesuaikan anggaran R&D untuk mencapai tujuan tersebut.

Sebaliknya, jika sebuah proyek mencapai tonggak penting atau menghadapi hambatan yang tidak terduga, manajemen juga bisa menyesuaikan anggaran untuk memberi dukungan tambahan atau mengubah fokus ke area yang lebih menjanjikan.

5. Sumbangan Amal

Meski mempunyai konteks yang positif, sumbangan amal tentu bukan jenis biaya yang tetap dan berdampak pada operasional. Saat profit perusahaan turun dan perlu menyeimbangkan pengeluaran, perusahaan mungkin mengurangi anggaran sumbangan amal atau menghapuskan biaya ini sementara waktu.

6. Biaya Lisensi Software

Pembelian lisensi software menjadi salah satu kebutuhan di tim perusahaan untuk meningkatkan produktivitas karyawan. Terutama di era digital seperti ini, mengelola biaya lisensi software dengan bijak adalah kunci untuk memastikan penggunaan teknologi yang optimal dan adaptif.

Kendati begitu, pembelian lisensi ini biasanya tidak selalu ada setiap waktu. Dengan begitu, perusahaan mempunyai fleksibilitas untuk mengelola anggaran lisensi sesuai dengan skala dan kebutuhan di perusahaan.

7. Biaya Acara Perusahaan

Biaya acara perusahaan biasanya muncul saat perusahaan memutuskan untuk menyelenggarakan acara peluncuran produk, seminar industri, atau konferensi karyawan. Jenis biaya ini termasuk ke dalam biaya diskresioner karena alokasinya sangat fleksibel sesuai kebutuhan perusahaan.

Manajemen dapat menyesuaikan anggaran acara perusahaan dengan melibatkan elemen-elemen seperti lokasi acara, fasilitas pendukung, dan jenis kegiatan yang akan perusahaan adakan.

8. Tunjangan Karyawan

Tunjangan karyawan bisa menjadi cara yang efektif untuk meningkatkan loyalitas dan retensi karyawan. Yang termasuk tunjangan karyawan antara lain seperti bonus, liburan, asuransi atau pemberian gift lainnya.

Kendati begitu, jika terjadi masalah finansial, perusahaan bisa saja mengurangi atau meniadakan anggaran tersebut.

9. Kemitraan Dengan Kontraktor/ Vendor

Ada kalanya perusahaan membutuhkan bantuan kontraktor atau vendor dalam sebuah proyek. Untuk mendukung kebutuhan ini, perusahaan akan bekerjasama dengan sebuah tim kontraktor.

Lewat kerjasama ini, perusahaan bisa menyelesaikan sebuah proyek dengan efektif, tanpa harus mempekerjakan lebih banyak karyawan. Dengan begitu, kemitraan dengan kontraktor termasuk biaya diskresioner karena memberi kebebasan kepada perusahaan untuk mengelola dan mengarahkan sumber daya ke arah yang paling efektif sesuai kebutuhan.

Kesimpulan

Biaya diskresioner muncul sebagai elemen penting dalam manajemen keuangan yang memberikan fleksibilitas dan adaptabilitas untuk perusahaan. Konsep ini mencakup pengeluaran yang dapat diubah atau disesuaikan sesuai dengan kebutuhan dan strategi bisnis.

Dalam berbagai aspek operasional, seperti pengeluaran pemasaran, pelatihan karyawan, acara perusahaan, atau kemitraan dengan kontraktor, kemampuan untuk mengelola biaya diskresioner memberikan keunggulan kompetitif untuk sebuah bisnis.

Fleksibilitas ini tidak hanya mendukung strategi keuangan, tetapi juga memungkinkan perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan bisnis secara efektif. Alokasi yang bijak akan membantu perusahaan meningkatkan efisiensi operasional, dan membangun hubungan yang berkelanjutan dengan berbagai pemangku kepentingan.

Semoga bermanfaat!