10+ Alasan Kuat Mengapa Banyak Orang Tidak Memulai Usahanya Sendiri

10+ Alasan Kuat Mengapa Banyak Orang Tidak Memulai Usahanya Sendiri

Siapa sih yang tidak mau punya usaha sendiri? Setiap orang pasti mau dong? Kata logika sih begitu.

Namun kenyataannya, tidak sedikit orang yang sudah terlalu nyaman untuk menerima gaji bulananenggan memulai usahanya sendiri. Tak peduli jika waktu lembur sudah luar biasa menyita waktu, terbebani dengan target tidak masuk akal, jabatan yang itu- itu saja, atau gaji yang tidak berubah- ubah.

Apapun itu, menjadi karyawan dirasa lebih aman dan nyaman. Karena flow nya sudah jelas dan mereka tidak harus repot memikirkan strategi manajemen, apalagi potensi kerugian.

Yes, bisnis memang identik dengan untung rugi. Dimana- mana, jalan meraih sukses itu memang tidak gampang. Harus ada yang dikorbankan dalam meraih sukses.

Tapi kalau sudah bertemu jalannya dan menikmati, dijamin, sukses akan terasa lebih mudah untuk diraih. Masalahnya, beranikah kita memulai? Beranikah ambil resiko?

Ternyata Ini Alasan Orang- orang Masih Enggan Memulai Usaha nya Sendiri

Sukses itu nikmat lho. Tapi kok ya tidak sedikit orang yang takut untuk mendekati sukses.

Takut apa? Takut mimpinya ketinggian dan tidak sampai. Padahal memang belum melakukan apa- apa. Nah, kalau dari awal memang mentalnya seperti itu, mau sukses tapi tidak mau berjuang ya sudah, jadilah karyawan seumur hidup.

Dikutip dari The #Entrepreneur, kami merangkum setidaknya ada 10 alasan dibalik banyaknya orang yang masih enggan untuk memulai bisnisnya sendiri. Dari 10 poin ini akan ada banyak hal yang dapat kita pelajari. Yuk kita baca satu per satu ^_^

1. Tetap Ingin Berada di Zona Nyaman

Tidak bisa dipungkiri, menjadi pengusaha berarti harus mau keluar dari zona nyaman kita. Kita dituntut untuk mencoba hal baru dan berjuang dengan serius. Khususnya jika kita memang bukan berasal dari kalangan berada, yang artinya benar- benar memulai dari bawah.

Seorang pengusaha sangat familiar dengan kata- kata jatuh, bangkrut, kerja keras, jatuh bangun, gagal dan kata- kata sejenisnya. Bagi beberapa orang, kata- kata ini horor.

Mereka lebih nyaman dengan kata- kata gajian, bonus sudah cair atau besok libur. Hmmmm… bagaimana menurut Anda?

2. Takut Dengan Ketidakpastian

Berbeda dengan mereka yang bermental pengusaha, tidak sedikit orang yang takut pada ketidakpastian dan jatuh miskin. Dunai bisnis memang dikenal dengan banyak hal yang tidak pasti, tapi disinilah nikmat dan tantangannya.

Bagi mereka yang enggan memulai usaha, sebelum membayangkan indahnya sukses, mereka sudah banyak membayangkan tentang bangkrut, minim profit. Tentu itu sangat bisa terjadi, tapi bagaimana jika mempersiapkan itu dengan pikiran yang lebih positif?

3. Tidak Ada Modal

Ini sih alasan klasik. Banyak para karyawan yang tidak berani mencoba berbisnis dengan alasan tidak ada modal atau modal kurang. Hitung- hitungan memang penting dalam memulai bisnis, tapi terlalu banyak berhitung justru dapat menciutkan nyali.

Faktanya, modalnya sebenarnya hanyalah salah satu faktor kecil yang membuat para pengusaha sukses besar dengan bisnisnya. Sebagian pengusaha terkadang hanya mengandalkan passion saja saat memulai usaha mereka.

Anda bahkan bisa memulai bisnis tanpa modal atau modal minim. Yang penting mau bergerak dan mencoba dulu. Misalnya saja dengan mencoba bisnis reseller dan dropshipper.

4. Tidak Ada Dukungan dari Keluarga atau Pasangan

Ketika sudah berkeluarga, tanggung jawab seseorang menjadi semakin besar. Tidak jarang, ini menjadi sebuah alasan untuk enggan memulai usaha. Mereka takut kalau usahanya tidak jalan atau hasilnya yang diperoleh tidak sebesar ketika menjadi karyawan.

Belum lagi kalau keluarga atau pasangan setengah hati karena tidak yakin dengan prospek bisnis yang akan digeluti. Saat bekerja di perusahaan multinasional, keluarga biasanya yang paling menentang untuk pindah haluan menjadi pengusaha.

5. Bingung Cara Mulainya

Tidak jarang kita mendengar banyak orang yang bertanya bagaimana cara memulai sebuah usaha atau bisnis.

“Mulainya darimana sih? Caranya gimana sih?”

Persis seperti salah satu quote terkenal dari Bob Sadino, bisnis terbaik itu bukan bisnis yang terus ditanyakan, tapi langsung dijalankan. Ilmunya memang tetap dibutuhkan, tapi tidak dengan tanya kesana kesini tanpa keberanian untuk memulai.

Jika memang Anda ingin memulai usaha, coba lah memulai dengan membaca- baca artikel bisnis, atau bisa juga dengan mengikuti seminar atau workshop.

6. Ragu dengan Kemampuan Diri Sendiri

Percaya lah, setiap orang pasti pernah meragukan dirinya sendiri. Yang menjadi pertanyaan, kalau kemampuan diri hanya disimpan dan tidak diasah, mana bisa jadi lebih baik?

Tidak ada salahnya mencoba sesuatu yang baru dan melatih diri kita menjadi lebih kreatif dan inovatif. Cobalah dengan mulai menjual beberapa produk kepada teman dekat dan keluarga. Tidak masalah jika mereka tidak membeli atau hanya membeli sedikit, it’s nice to try.

Atau cobalah iseng- iseng melakukan riset produk untuk dijual. Ini mungkin kegiatan sederhana, tapi bisa membangkitkan rasa ingin tahu untuk melangkah lebih jauh lagi. Awali dengan memancing diri untuk bergerak dan mengembangkan diri.

7. Mendengar Sahabat atau Kerabat Gagal dalam Bisnis

Pengalaman dari orang- orang yang ada di sekitar kita memang bisa mempengaruhi mindset dan action kita. Misalnya kita sering mendengar sahabat jatuh dari bisnis, ini bisa saja membuat nyali kita menjadi ciut, sehingga kita lebih pilih jalur aman menjadi karyawan.

Pikiran negatif seperti ini memang sangat bisa membekas di benak kita. Daripada terus berpikir negatif ini, ambillah kesempatan Anda. Tanpa mencobanya, Anda tidak akan pernah belajar dan melangkah maju.

8. Belum Menemukan Pola Bisnis yang Cocok

Jika ini yang menjadi alasan Anda, bisa jadi Anda sebetulnya sudah mulai memikirkan beberapa cara untuk memulai bisnis. Namun, karena merasa tidak cocok ini dan itu, maka ada rasa takut untuk memulai.

Memang baik sebenarnya memulai bisnis dengan cara yang sehati dengan kita. Jika memang keinginan sudah ada, bekali diri dengan mengenal berbagai pola bisnis lebih dulu. Proses ini akan membangkitkan ketertarikan Anda dan rasa ingin mencoba kembali.

9. Menimbang- nimbang Bisnis Apa yang Akan Dijalankan

Jenis binis memang banyak di dunia ini. Ada yang mencicipi bisnis kuliner, ada yang berbisnis ritel, dan ada juga yang fashion. Cara termudah untuk memulai adalah yang paling sesuai dengan passion kita.

Semakin sesuai ide bisnis dengan passion, maka akan semakin mudah untuk ketemu jalannya. Kenapa? Karena kita selalu memiliki tenaga dan semangat ekstra dalam menjalaninya.

10. Merasa Ingin Membangun Channel/ Jaringan Bisnis Dulu

Ya betul, membangun jaringan bisnis memang sangat penting dalam bisnis. Tapi, jangan sampai hal ini menjadi kendalamu dalam memulai bisnis. Membangun jaringan bisnis dapat dilakukan sambil berjalannya bisnis.

Dengan memulai bisnis Anda segera, Anda akan semakin mengenal potensi pasar. Selanjutnya, Anda akan berkenalan dengan orang- orang yang terkait dengan model bisnis Anda. Dengan sendirinya, jaringan bisnis akan terbentuk.

11. Pernah Mau Mencoba, Tapi Sudah Gagal Duluan

Apakah ada orang yang baru mau icip- icip memulai bisnis, tapi gagal duluan? Memang ada.

Khusus ini, artinya Anda sebenarnya sudah mencoba memulai usaha. Namun percobaan pertama meninggalkan kenangan buruk dan rasa ciut untuk melanjutkan.

Yang perlu Anda ketahui, it’s okay. Gagal itu memang menyakitkan, tapi ini adalah salah satu cara untuk melatih mental dan strategi Anda. Gagal dalam percobaan pertama tidak akan menghentikan Anda menjadi orang besar. Karena kenyataannya, orang besar pasti pernah gagal berkali- kali dalam jatuh bangun bisnis mereka.

Tidak ada kekhawatiran yang benar- benar harus Anda rasakan. Bangkitlah, persiapkan diri lagi dengan mental dan strategi yang lebih baik lagi.

Kesimpulan

Ada banyak alasan mengapa orang- orang tidak segera memulai usahanya sendiri. Namun, ada juga alasan mengapa Anda harus memulai usaha Anda segera.

Masing- masing dari kita mungkin pernah mengalami hal positif dan negatif yang membuat kita penuh pertimbangan untuk mencoba berwirausaha. Cobalah memulai kebiasaan baik lebih dulu untuk mengeliminir perasaan negatif kita dan membangun mindset positif.

Dengan begitu, keberanian untuk memulai usaha akan muncul kembali, dan Anda siap untuk ‘bertarung’ lagi.

Strategi Up Selling, Down Selling, dan Cross Selling untuk Meningkatkan Omset Bisnis

Strategi Up Selling, Down Selling, dan Cross Selling untuk Meningkatkan Omset Bisnis

Cross Selling, Up Selling, dan Down Selling adalah tiga strategi yang paling banyak digunakan dalam kegiatan marketing atau berjualan. Jauh sebelum bisnis online berkembang pesat seperti sekarang ini, strategi ini banyak ditemukan di restoran cepat saji.

Seiring dengan berjalannya waktu, ketiga strategi ini menjadi primadona dalam banyak jenis bisnis, termasuk bisnis online. Mengapa? Sederhananya, karena strategi ini berhasil meningkatkan omset penjualan.

Apa itu Cross Selling, Up Selling, dan Down Selling?

Sadarkah Anda, kita sebenarnya sudah sering menjadi korban strategi ini?

Misalnya saja saat kita makan di restoran McDonald, KFC atau saat berbelanja di Indomaret. Di restoran cepat saji itu kita akan melihat berbagai paket menarik, seperti burger dan kentang goreng atau burger dan soft drink.

Saat berbelanja di Indomaret misalnya, saat bersiap membayar tagihan Anda di kasir, tiba- tiba mbak kasir yang baik hati menawarkan kita produk lain dengan harga hemat. Sebenarnya kita tidak merasa butuh, tapi karena harganya yang ditawarkan dirasa menggoda, ehhh akhirnya benar- benar tergoda.

Jadi bisa dibilang, ketiga strategi ini sebenarnya dilakukan untuk membangkitkan psikologis pembeli dalam keputusannya melakukan pembelian. Yang awalnya hanya ingin beli kentang goreng saja, lalu ada paket dengan burger, kita memilih produk paket. 

Pengertian Cross Selling

Dalam strategi marketing, Cross Selling adalah seni menjual produk dan jasa tertentu, kemudian menawarkan produk- produk yang berbeda. Penawaran ini bisa langsung dikemas dalam bentuk paket siap jual, atau penawaran langsung oleh tim penjualan.

Dalam melakukan cross selling, penjual umumnya mengkombinasikan jenis produk dan jasa dengan dua konsep berikut :

  • Produk utama dan produk lain yang nilainya lebih kecil.
  • Dua atau lebih produk berbeda dengan nilai yang seimbang dan saling melengkapi.

Misalnya dalam contoh McDonald tadi. Paket burger, kentang, dan minuman adalah tiga produk dengan nilai yang kurang lebih seimbang dan saling melengkapi.

Sedangkan di restoran lain, mungkin Anda bisa menemukan paket nasi ayam dengan tambahan tahu dan tempe. Disini nasi dan ayam adalah produk utama, sedang tahu tempe adalah produk tambahan dengan nilai lebih kecil, tapi layak untuk dipertimbangkan.

Contoh Cross Selling dalam strategi marketing

Contoh penerapan Cross Selling

  • Saat berbelanja di Indomaret, akan ada kasir yang segera menawarkan, “Nggak sekalian pulsanya, kak?”, atau “Nggak sekalian tebus murahnya, kak?”.
  • Paket makanan variatif di restoran cepat saji yang mengkombinasikan produk berbeda.
  • Paket makanan di restoran yang menawarkan paket untuk makanan utama & lauk tambahan/ produk sampingan dengan nilai lebih kecil.
  • Toko hadiah online yang menawarkan paket dengan isi kombinasi berbeda, misalnya saja bunga, cake dan boneka.
  • Toko fashion (online dan offline) yang menawarkan fashion item berbeda, misalnya saja gamis & hijab, atau dress dan aksesoris fashion.
  • Penawaran paket bundling untuk skin care dan kosmetik yang berbeda- beda, dan lain sebagainya.
  • Fitur related produk di toko online yang mengarahkan pembeli untuk berbelanja produk lainnya.

Dengan deretan contoh ini, memahami strategi cross selling untuk penjualan terasa lebih mudah, kan?

Pengertian Up Selling

Berbeda dengan Cross Selling dalam Up Selling, penjual menawarkan satu produk yang sama dengan nilai yang lebih besar. Produk ini mungkin berukuran lebih besar atau memberikan manfaat dan keunggulan yang lebih baik.

Untuk lebih mudah dalam memahaminya, Cross Selling berarti menjual produk A degnan menawarkan produk B, C, D, dan E. Sedangkan Up Selling adalah seni menjual produk A, dengan tambahan penawaran produk A+, A++ atau A+++.

Dalam melakukan up selling, penjual umumnya menggunakan konsep berikut :

  • Produk yang sama tapi grade ukuran dan manfaat berbeda
  • Produk yang sama tapi dengan tambahan add-on penjualan

Dalam dunia digital, mungkin kita familiar dengan add on berupa penawaran Privacy atau fitur tambahan saat membeli domain atau hosting. Dalam konsep bisnis yang besar, kita bisa menyebut add on ini juga untuk tambahan toping, bumbu, atau variasi rasa yang berbeda.

Strategi Up Selling untuk meningkatkan penjualan

Contoh penerapan Up Selling

  • Saat membeli ayam geprek misalnya, ada penawaran ayam geprek plus dengan topping keju mozarella.
  • Saat nonton dan beli popcorn, ada mbak cantik yang mengingatkan, “Popcorn nya nggak sekalian ukuran medium atau besar kak biar awet?”
  • Di restoran cepat saji, Anda mungkin akan ditawarkan ukuran makanan yang lebih besar.
  • Saat beli hosting, Anda akan mendapatkan penawaran harga untuk kapasitas hosting yang lebih baik.
  • Sebuah produk ada yang dilengkapi dengan opsi ukuran kecil dan besar.
  • Variasi topping premium/ lebih mahal dalam jenis makanan tertentu (martabak, pizza, cake, es krim, jajan kekinian, dsb).
  • Saat Anda membeli di toko hadiah online, ada toko yang menawarkan untuk upsize produk pilihan Anda.
  • Waktu akan membeli flashdisk 2GB, kemudian Anda ditawarkan, “Nggak sekalian yang 8GB aja, kak?”
  • Saat membeli produk digital, Anda kerap ditawarkan untuk membeli tambahan support 6 bulan atau lebih.
  • Fitur add-on produk di toko online yang mengarahkan pembeli untuk meng-upgrade pilihannya.

Setelah melihat daftar strategi up selling ini, mana yang akan Anda terapkan untuk bisnis Anda?

Up Selling vs Cross Selling untuk menigkatkan penjualan

Pengertian Down Selling

Kebalikan dari up selling, kita juga mengenal apa yang disebut dengan down selling. Down Selling adalah teknik penjualan dengan menawarkan produk yang harganya lebih murah atau punya value lebih kecil kepada calon pembeli.

Down selling biasanya ditujukan dengan dua jenis tujuan yang berbeda, yaitu :

  • Untuk mengakuisisi calon pembeli lebih dulu dengan penawaran yang lebih mudah dijangkau (produk penetrasi), kemudian dilanjutkan dengan produk utama setelah calon pembeli mulai yakin.
  • Ditujukan untuk menggaet pasar yang membutuhkan value lebih kecil atau harga lebih hemat.
  • Untuk sample pengenalan produk.

Untuk konsep yang pertama, tujuannya adalah menjual produk utama yang harganya jauh lebih mahal. Produk ini biasanya membutuhkan pendekatan lebih dalam karena nilainya mahal dan perlu menarik kepercayaan pembeli lebih dulu dengan produk penetrasi.

Down Selling kadang juga dilakukan untuk memicu penjualan dari sisi quantity atau jumlah penjualan. Down Selling ada yang dikemas dalam harga produk individu atau penawaran harga paket hemat.

Down Selling untuk meningkatkan penjualan

Contoh penerapan Down Selling

  • Penjualan produk penetrasi yang berharga lebih murah.
  • Paket makanan untuk ukuran anak- anak.
  • Paket makanan dengan ukuran lebih kecil (Misalnya burger tersedia ukuran kecil di restoran cepat saji).
  • Hosting paket untuk pelajar.
  • Paket produk ukuran sampel untuk promosi produk baru atau menggaet calon pembeli baru.

Down selling biasanya penjual gunakan untuk menarik pembeli untuk tujuan yang lebih besar. Misalnya saja, menyediakan paket ukuran anak- anak akan mengundang banyak keluarga untuk datang ke restoran.

Hosting harga pelajar akan mengarahkan pembeli baru untuk mencoba produk lebih dulu. Atau sampel skin care akan meyakinkan calon pembeli untuk mencoba ukuran standar setelah merasakan manfaatnya.

Manfaat Cross Selling, Up Selling, dan Down Selling

Ketiga- tiganya sering disebut sebagai ujung tombak bisnis dalam melakukan penjualan. Dengan memaksimalkan ketiganya, akan ada banyak manfaat yang bisa Anda peroleh.

1. Menawarkan produk baru

Dalam Cross Selling, penjual dapat mengenalkan kepada calon pembeli tentang produk baru yang mereka miliki. Dengan memberi penawaran langsung dan info singkat, pembeli akan lebih aware tentang produk tersebut, di samping Anda tetap melakukan promosi yang lain.

2. Mengenalkan variasi produk

Ketiga strategi ini sangat baik untuk memberikan edukasi kepada calon pembeli atau pembeli lama tentang variasi produk yang Anda miliki. Entah itu produk yang berbeda jenis, atau bahkan variasi ukuran produk dan add on yang menggoda.

Dengan mengenalkan variasi produk, calon pembeli akan lebih tertarik untuk mencoba sesuatu yang baru dari bisnis kita.

3. Mengoptimalkan performa penjualan produk yang kurang maksimal

Dalam penjualan, mungkin Anda menemui kalau produk yang terjual adalah itu- itu saja. Apakah benar produk ini mempunyai daya tarik yang luar biasa? Atau produk lain kurang mendapatkan eksposur?

Nah, Cross Selling akan membantu setiap produk untuk mendapatkan eksposur yang baik, karena dikombinasikan pada produk yang sudah populer lebih dulu. Menarik sekali, kan?

3. Meningkatkan penjualan secara keseluruhan

Dan yang tak bisakita pungkiri, ketiga strategi ini sudah pasti meningkatkan penjualan secara keseluruhan. Beberapa hal yang membuat omset penjualan naik secara keseluruhan dari strategi ini antara lain :

  • Ada banyak opsi menarik yang penjual tawarkan ke calon pembeli
  • Tiga strategi ini membangkitkan psikologis calon pembeli
  • Meningkatkan rata- rata penjualan produk dengan upselling dan cross selling
  • Meningkatkan jumlah pembelian dengan mengoptimalkan potensi down selling

Kesimpulan

Baik Cross Selling, Up Selling dan Down Selling, ketiganya adalah strategi berjualan yang sangat menguntungkan dan berpotensi meningkatkan omset berkali- kali lipat.

Berikut ini adalah rangkuman pertanyaan dari artikel ini keseluruhan :

Apa yang dimaksud dengan Up Selling?

Up Selling adalah strategi penjualan dengan menawarkan produk atau jasa yang sama dengan nilai dan manfaat yang lebih besar.

Apa yang dimaksud dengan Cross Selling?

Cross Selling adalah seni menjual produk dan jasa tertentu dengan menawarkan produk- produk lain yang berbeda jenis.

Apa yang dimaksud dengan Down Selling?

Down Selling adalah teknik penjualan dengan menawarkan produk dengan harga lebih murah atau value lebih kecil kepada calon pembeli.

Bagaimana cara Up Selling?

Ada beberapa teknik yang bisa digunakan untuk upselling. Diantaranya adalah menyiapkan produk dengan ukuran yang lebih besar atau menawarkan add-on dalam produk yang bisa meningkatkan nilai jual.

Baik itu bisnis online maupun offline, Anda bisa menerapkan strategi marketing ini sekarang juga. Anda bisa mencontoh Amazon dan toko online populer lainnya.

Saat pembeli masuk ke sebuah produk, ada sebuah widget yang menginformasikan : “Pelanggan yang Membeli Produk Ini juga Membeli :” atau “Apa lagi yang Pelanggan Beli Setelah Melihat Produk Ini?” atau “Produk Sejenis”.

Atau bisa juga mencoba berbagai konsep contoh cross selling, down selling, dan up selling yang P
anda ulas dalam artikel ini.

Jika Anda mencoba memainkan up selling dan down selling dalam paket harga, jangan lupa juga menerapkan teknik
decoy effect dalam strategi harga. Dengan begitu, produk dengan harga terbaik akan lebih banyak mendapat eksposure.

Selamat mencoba!

10+ Alasan Mengapa Anda Harus Memulai Usaha Sendiri

10+ Alasan Mengapa Anda Harus Memulai Usaha Sendiri

Memulai usaha sendiri bukan soal siapa yang paling pintar atau paling kaya. Memulai usaha sendiri berarti Anda memiliki nyali yang cukup berani untuk menjalani tantangan hidup yang lebih menggigit dan juga memaksimalkan potensi Anda.

Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan saat memulai usaha sendiri. Salah satunya adalah membentuk LLC. Bagi mereka yang merasa kebingungan, Panda punya solusi sederhana yang dapat membantu. Temukan LLCBuddy, sebuah situs yang baik dan panduan terbaik untuk Anda memulai LLC Anda. Situs ini menjadikan semuanya menjadi lebih mudah dan dapat dipahami. Selamat mencoba dan sukses selalu dengan bisnis Anda!

Selain itu, tentu saja ada banyak manfaatnya jika Anda memulai usaha sendiri. Mulai dari memperbaiki kondisi financial, membuka peluang untuk orang lain, dan juga memaksimalkan potensi diri.

Meskipun orang yang punya usaha sendiri selalu dipandang memiliki nilai lebih, namun nyatanya tidak sedikit orang yang enggan untuk memulai usaha sendiri. Alasannya pun ber macam- macam. Entah itu sudah nyaman dengan pekerjaan yang gajinya mencukupi kebutuhan keluarga, modal tipis atau bahkan takut untuk memulai bisnis sendiri.

Memang, usaha memang pasti resikonya lebih besar dari sekedar menjadi karyawan kantoran dengan gaji tetap. Juga jauh lebih beresiko daripada menjadi freelancer dengan waktu bebas lebih banyak.

Namun dengan ketekunan dan kerja keras, Anda akan menemukan jalan menuju kesuksesan. Di saat Anda mencapai level itu, ada rasa kagum dan bangga terhadap diri sendiri atas pencapaian yang Anda lakukan.

Ayo Bangun Usaha Anda Sendiri!

Bahkan meskipun jalan sudah kelihatan terang dan peluang terbuka lebar, masih banyak orang yang adem panas untuk memulai usahanya sendiri. Padahal sebenarnya, kalau mau jujur sama diri sendiri, pengen juga punya usaha sendiri.

Tapi apa yang membuat diri sendiri ragu? Apa kekhawatiran terbesar Anda? Mengapa mental block terasa terus menggelayuti?

Apapun yang membuat Anda ragu untuk memulai usaha, singkirkan lah sekarang juga. Dengan menyingkirkan hambatan, pikiran negatif dan ketakutan, memulai usaha akan terasa lebih mudah.

Setidaknya, alasan- alasan berikut ini akan membantu Anda untuk mau memulai usaha sendiri saat ini juga :

1. Anda Menjadi Bos untuk Diri Sendiri

Serius, nggak ada yang lebih enak daripada menjadi bos untuk diri sendiri. Tidak ada lagi yang memberi Anda target di luar kemampuan, tidak ada lagi ketentuan lembur, perintah ini itu, ikatan ini itu dan semua hal lainnya.

Jika menjadi anak buah Anda adalah sosok yang diperintah dan harus menurut, menjadi bos membuat Anda berperan sebagai pusat kendali. Anda mempunyai peran strategis dan menggerakkan tim untuk mencapai target.

Di awal memang tidak mudah. Itulah mengapa Anda akan belajar mempersiapkan diri dari sekarang.

2. Anda Membangun dan Mengejar Mimpi Anda Sendiri

Pernah mendengar istilah bahwa menjadi bawahan berarti Anda bekerja untuk membangun mimpi orang lain? Iya memang kenyataannya seperti itu.

Situasi berbeda saat memulai usaha Anda sendiri. Sekecil apa pun kontribusi Anda, atau sepedih apapun jalan yang harus Anda lalui, ini adalah mimpi Anda. Anda sudah lama berharap mempunyai kesempatan untuk mencapainya.

Bahkan setelah beberapa mimpi Anda tercapai, Anda bebas untuk merencanakan mimpi baru yang lebih tinggi. Tidak ada batasan, kecuali Anda yang menentukan sendiri.

3. Anda Membuka Peluang untuk Orang Lain

Memulai usaha, membuka peluang untuk orang lain

Data statistik tahun 2013 menunjukkan bahwa setidaknya ada 200 juta orang di seluruh dunia yang tidak memiliki pekerjaan. Jumlah ini sudah pasti semakin bertambah, seiring dengan perubahan tahun dan kondisi ekonomi dunia.

Jika Anda memulai usaha sendiri, Anda akan menjadi salah satu orang yang berkontribusi untuk mengurangi laju pengangguran dunia. Secara tidak langsung, Anda membuka peluang untuk orang lain untuk mengasah bakat mereka dan memiliki penghasilan di waktu secara bersamaan.

Ini tanggung jawab yang sangat mulia, bukan??
Karena pada akhirnya kontribusi Anda bukan melulu soal hal material.

4. Meningkatkan Pengalaman dan Keahlian dengan Lebih Cepat

Anda sudah belajar banyak hal saat mengenyam bangku sekolah dan mulai menjadi karyawan. Sayangnya, kedua hal ini berpotensi menjebak Anda pada rutinitas.

Anda secara tidak sadar melakukan hal yang sama dan berulang setiap harinya. Selain itu, motivasi untuk belajar hal baru juga cenderung menurun saat merasa sudah nyaman dan aman dengan status karyawan.

Berbeda saat Anda memulai usaha sendiri. Anda akan lebih bersemangat untuk mempelajari hal baru dan berinteraksi dengan orang- orang baru. Mempelajari hal baru adalah cara pengusaha untuk berkembang dan membuat usahanya semakin maju dari waktu ke waktu.

Memiliki usaha sendiri juga melatih skill Anda dalam melakukan beberapa peran sekaligus. Mulai dari seorang leader, supervisor, marketing, trainer, analyst, manajemen keuangan, dan lain sebagainya. Pengalaman dan semangat belajar hal baru akan menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup Anda.

5. Lelah yang Sama untuk Tingkat Kepuasan Berbeda

Ini sih bohong! Memulai usaha sendiri itu jauh lebih melelahkan. Terutama di tahap awal memulai, Anda akan menjadi sosok pembuka jalan.

Sedangkan saat menjadi karyawan, lelahnya cenderung berulang dan sama, sampai jatuh ke titik jenuh. Di titik ini, mungkin si karyawan akan mulai menurun produktivitasnya atau kemauan untuk berkembang dan berkontribusi lebih.

Keduanya akan menghasilkan tingkat kepuasan yang berbeda. Tingkat kepuasan saat berhasil memulai usaha akan terasa lebih nikmat dan cenderung bertahan lama.

6. Memulai Usaha itu Tidak Ada Ruginya

Nah, ini bohong lagi juga sebenarnya! Kalau sudah rugi materi banyak dan gagal berkali- kali, pasti rugi dong? Dari satu sisi, tentu saja iya.

Tapi kalau Anda sudah bisa melihat ini dari perspektif yang berbeda, maka Anda tidak akan menilai ini sebagai kerugian, tapi investasi.

Kok bisa investasi?

Begini, pada dasarnya tidak ada yang sia- sia dari hal- hal yang pernah Anda alami. Baik itu kerugian dalam bisnis atau patah hati ( sedikit jauh perbandingannya, tapi lumayan mirip, hehehe ).

Hal- hal tersebut secara tidak langsung memberi Anda pengalaman berharga dalam hidup yang tidak pernah diajarkan oleh sekolah atau universitas manapun. Dari kegagalan tersebut, Anda belajar banyak. Terutama dalam mengasah mental untuk lebih berhati- hati lagi dan bangkit meningkatkan diri.

Jika Anda membaca resume atau riwayat hidup orang terkenal atau pengusaha, kegagalan adalah salah satu bagian dari kisah sukses mereka. Dan benar saja, kegagalan itu membuat mereka menjadi petarung yang lebih baik lagi.

Tapi bukan berarti Anda harus gagal juga, dan dengan cara yang sama, nggak gitu juga ya! Anda bisa belajar banyak dari berbagai referensi dan tokoh- tokoh terkenal agar tidak mengulangi kegagalan yang sama, atau meminimalisir.

Nggak keren juga kan kalau Anda mengulang kegagalan pendahulu yang ceritanya sudah Anda baca berkali- kali, buka?

Di halaman website Panda misalnya, Anda bisa membaca kisah tentang Bong Chandra atau Elon Musk. Membaca kisahnya akan mengajari Anda, bahwa perjalanan sukses memang tidak mudah, tapi tetap layak Anda perjuangkan.

7. Ini Era Digital Brooo….

Lantas apa hubungannya dengan memiliki usaha sendiri? Wahh…. Sebenarnya tidak perlu dijelaskan lagi ya.

Di era digital seperti ini, setiap orang bisa memulai usahanya dengan lebih mudah. Berbeda dengan jaman sebelum ada internet, dimana untuk memulai usaha harus punya toko dulu atau modalnya harus banyak dulu.

Di era digital seperti ini, hanya dengan memanfaatkan social media dan marketplace saja Anda sudah bisa memulai usaha kecil pertama Anda. Dua- duanya gratis dan bisa Anda gunakan dalam hitungan menit sejak mendaftar.

Dari social media dan marketplace, Anda bisa mengembangkannya melalui media website, mobile apps, dan juga membuka store offline jika mau.

Mau jualan apa dan bagaimana cari produknya? Anda mungkin bisa memulainya dengan cara Dropship atau Reseller tanpa modal.

Peluang usaha dropshipper

8. Anda Tidak Banyak Menghabiskan Waktu di Jalan

Macet ini bukan hanya di Jakarta. Banyak kota- kota besar yang sekarang juga mulai mengalami kemacetan.

Kalau kita menjadi karyawan yang harus berangkat pagi dan pulang sore, sudah pasti macet ini menjadi bagian dari kehidupan kita sehari- hari. Padahal waktu 2-3 jam ini tentu sangat bermanfaat untuk dialokasikan pada kegiatan lain.

Dengan usaha sendiri, Anda memiliki jam kerja yang lebih bebas untuk menghindari macet dan menggunakan waktu 2-3 tersebut untuk kegiatan yang lebih bermanfaat.

Ada kalanya Anda perlu ke kantor dan berjibaku dengan macet juga. Tapi tentu saja tidak harus pada jam seperti yang karyawan absen berangkat dan pulang.

9. Anda Benar- Benar Menjadi Kaya

Betul, memang ada karyawan yang gajinya fantastis. Tapi, apakah itu sudah bisa dibilang kaya? Jawaban ini tergantung pada perspektif.

Seorang pengusaha pernah mengungkapkan bahwa definisi dari kekayaan itu adalah aset, investasi dan waktu. Jadi bukan hanya gaji yang besar.

Daripada Anda menggunakan waktu 40 jam setiap minggunya untuk membesarkan aset orang lain, mengapa tidak meningkatkan kekayaan sendiri dengan usaha yang lebih bermanfaat dan bisa diwariskan?

Sekali lagi, ini tergantung dari perspektif ya. Namun bukan rahasia lagi, memulai usaha sendiri adalah cara yang lebih cepat untuk menjadi kaya, daripada menjadi karyawan.

10. Anda Berada di Rantai Terbawah Perusahaan, Mau Sampai Kapan?

Tanyakan pada diri sendiri, mau sampai kapan berada di rantai terbawah perusahaan? Berada di rantai terbawah, artinya potensi masalah yang berkaitan dengan keseimbangan ekonomi dan kesejahteraan bisa terancam kapan saja.

Anda bisa dipecat kapan saja, atau saat perusahaan ingin melakukan efisiensi, mau tidak mau karyawan terbaik pun kena imbasnya.

Bukan berarti pengusaha juga tidak rentan dengan masalah ekonomi. Namun, jangan sampai menunggu PHK baru Anda berpikir untuk menabung dana usaha dan membangun kerajaan Anda sendiri.

Kembangkan skill, buat perencanaan, targetkan kapan Anda mau resign dan persiapkan diri untuk memulai usaha pertama Anda. Jika tiba- tiba resign tanpa persiapan, tentu saja ngawur namanya. Panda juga tidak merekomendasikan itu.

11. Sama- sama Tidak Ada Jaminan 100% Aman

Sebagian besar orang berpikir kalau sudah menjadi karyawan perusahaan nasional atau multinasional berarti sudah aman,. Sedangkan memulai bisnis ini terlalu banyak yang dipertaruhkan.

Namun pada akhirnya, menjadi karyawan dan pengusaha sebenarnya tidak ada yang aman 100%. Tidak sedikit perusahaan besar dunia yang bisa kolaps dalam hitungan tahun.

Bahkan sekalipun posisi Anda saat ini sudah berada di level manager, tidak ada jaminan 100% juga bahwa dalam tiga tahun kedepan, Anda menikmati level kesejahteraan yang sama.

Sama halnya dengan memulai usaha sendiri yang penuh dengan lika- liku, tantangan, dan cobaan. Sama- sama tidak ada jaminan 100%, tentu lebih enak menjadi bos untuk diri sendiri, bukan?

12. Anda ( Pasti ) Sudah Siap

Tidak ada alasan untuk menunda membangun mimpi sendiri. Jika Anda merasa sudah siap, mulai lah saat ini juga. Cobalah mencicil kerangka mimpi Anda. Buat persiapan apa saja yang Anda perlukan, skill baru apa yang Anda prioritaskan untuk dipelajari lebih dulu, berapa estimasi modal awal yang dibutuhkan.

Kematangan yang sudah Anda peroleh, didukung dengan keahlian dan sedikit modal sudah cukup untuk memulai usaha sendiri. Terlalu banyak pertimbangan justru membuat anda ragu dan tidak segera memulai. Mulailah untuk bertindak!

Kesimpulan

Dari banyak poin di atas, Panda tidak hanya mengungkapkan betapa enak dan menyenangkannya saat memulai usaha sendiri. Namun juga kenyataan bahwa menjadi pengusaha itu membutuhkan persiapan, akan melelahkan, dan penuh perjuangan.

Memulai usaha sendiri mungkin terdengar menakutkan untuk banyak orang. Keluar dari zona nyaman memang tidak mudah. Belum lagi saat tidak semua orang memberi dukungan.

Namun, saat Anda merasa siap dan mempunyai alasan untuk memulai usaha sendiri, segeralah ambil tindakan. Jatuh bangun itu pasti, namun Anda punya banyak kesempatan untuk bangkit dan mencoba lagi.

Setidaknya, cobalah dari sekarang mulai mencicil kerangka mimpi Anda, seperti yang Panda ungkap di poin 12. Lakukan persiapan sedini mungkin, dan ketahui apa saja yang Anda butuhkan untuk mulai membangun mimpi Anda.

Anda mungkin akan memulainya dari langkah kecil, tapi dengan bergerak, Anda akan sampai pada tujuan Anda.

Selamat berjuang!

3 Pelajaran Berharga dari Alibaba untuk Entrepreneur di Era Digital

3 Pelajaran Berharga dari Alibaba untuk Entrepreneur di Era Digital

Setelah mendulang kesuksesan, banyak entrepreneur yang mengembangkan sayapnya dengan membangun bisnis yang berkaitan dengan pendidikan. Ada beberapa dari mereka yang mendirikan universitas atau sekolah informal seperti akademi belajar.

Rasanya ada kebanggaan tersendiri saat kesuksesan bisnis berimbas pada kontribusi pengembangan SDM. Nah, hal yang sama juga dilakukan oleh Jack Ma. Terlebih karena Jack Ma dulunya adalah seorang guru.

Pendiri raksasa bisnis Alibaba Group ini pun mendirikan Universitas Taobao di Hangzhou, China. Di Universitasnya, ia menawarkan salah satu jurusan tentang embangun bisnsi digital yang sukses.

Genecia Alluora, pendiri Soul Rich Woman, yang merupakan platform saran berwirausaha untuk perempuan di Asia Tenggara adalah salah satu lulusan dari Universitas ini.

Ia pun berbagi tiga hal penting yang diajarkan di Universitas Taobao dalam membangun kerajaan bisnis digital. Apa sajakah itu? Ini dia ulasan Panda :

1. Pentingnya Membangun Merek

Toko online mempunyai konsep yang berbeda dari toko tradisional. Namun saat pasar e-commerce tumbuh dan kompetisi meningkat, mempunyai merek yang mudah diidentifikasi konsumen sangatlah penting.

“Pelanggan ingin mengenal merek dan melihat Anda memiliki kredibilitas,” jelas Alluora.

Memmbangun merek berkaitan dnegan bnayka hal. Ini lebih dari sekedar mempunyai halaman Facebook atau akun Instagram dengan ribuan penggemar dan follower.

Membangun merek adalah konsep mempromosikan brand Anda dengan lebih luas dan berkelanjutan. Jika ingin bisnis Anda besar, ini adalah hal yang penting untuk dilakukan.

2. Promosi adalah Nadi Bisnis

Setelah membuat merek, langkah selanjutnya adalah mempromosikannya ke audiens yang tepat. Promosi adalah hal yang mudah dipahami dalam bisnis dan seiring berkembangnya teknologi, promosi harus dilakukan dengan optimal dan terukur.

“Untuk berada di puncak, Anda perlu menghasilkan traffic (lalu lintas),” ungkap Alluora.

Strategi digital yang berfokus pada goal adalah salah satu cara terbaik untuk melakukannya. Di tahap awal, Anda dapat memprioritaskan kata kunci dalam deskripsi produk Anda.

Tips tambahan dari Alluora, pebisnis jangan hanya fokus pada produk. Tapi juga pada manfaat dan tren baru yang tercipta dari bisnis itu sendiri.

“Anda harus menjual gaya hidup, bukan hanya produk. Anda harus terhubung secara emosional,” tambah Alluora.

3. Analisa Data itu Penting

Setelah membangun merek dan melakukan strategi marketing yang terukur, pebisnis wajib mempertahankan momentum dan menarik kembali pembeli. Anda harus mengenal pelanggan dan mempunyai akses ke data mereka.

Salah satu kunci sukses Alibaba adalah teknologi mereka yang canggih dalam analisis data.   Tidak heran jika mereka begitu mudah dan cepat dalam mendominasi bisnis di China dan mengembangkan sayap ke seluruh dunia.

“Mereka memiliki analisis yang sangat rinci sehingga mereka dapat menyesuaikan penawaran mereka kepada setiap individu,” kata Alluora.

“Jika Anda mencari barang-barang bayi, misalnya, tahun berikutnya mereka akan menargetkan Anda dengan pakaian untuk anak-anak berusia satu tahun.”

Jualan Panci, Ini Kisah Yoyok Rubiantono Tembus Milyaran Rupiah Per Hari

Jualan Panci, Ini Kisah Yoyok Rubiantono Tembus Milyaran Rupiah Per Hari

Hanya jualan “panci” saja bisa beromset milyaran rupiah per hari? Terdengar mengada- ada dan berlebihan? Tidak juga, karena kisah ini benar adanya.

Kisah Yoyok Rubiantono 14 tahun silam berawal dari “meminjam” kartu kredit milik istrinya. Dari perjuangannya tersebut, kini Yoyok adalah Chairman dari PT. Yoshugi Media Group, perusahaan miliknya sendiri.

Sebelum menjadi pengusaha panci, pria kelahiran Cepu 40 tahun silam pernah bekerja di beberapa perusahaan ternama. Mulai dari Panasonic, General Electric, hingga Danone. Sampai di satu titik ia merasa jenuh dan punya keinginan untuk lebih dekat dengan keluarga.

Saat ditanya alasannya resign, Yoyok memberi jawaban unik.

“Untuk menjadi direktur di perusahaan-perusahaan tersebut, bisa jadi rambut saya sudah menjadi putih,” ungkapnya.

“Jadi, saya mendirikan perusahaan dan berhak mengangkat diri saya sendiri jadi direkturnya. Direktur utama lagi!” tambahnya sembari tertawa.

Mengadu Nasib Jualan di Facebook

Pria lulusan Teknik Elektro UGM ini kemudian banting setir dan mencoba mengadu nasib dengan berjualan. Keputusan ini memang tidak populer dan terbilang nekat.

Bahkan, karena kurang modal di awal berdirinya perusahaan, Yoyok nekat menggunakan kartu kredit istrinya secara diam- diam.

“Untung sukses. Kalau nggak, bisa di-PHK jadi suaminya!” kenang Yoyok sambil tertawa.

Dengan suntikan modal istrinya ini, Yoyok mulai berjualan secara online dengan berpromosi di Facebook. Namun ia tidak ingin hanya membuka toko seperti kebanyakan orang di tahun 2006 an, ia ingin melakukan lebih dengan Facebook.

Saat itu Yoyok sudah berpikir untuk menjangkau banyak orang di seluruh dunia. Dan menurutnya, Facebook akan bisa membantunya. Ia percaya profit yang diperoleh akan jauh lebih besar daripada berjualan secara offline.

Sebelum berjualan di Facebook, Yoyok melakukan riset pasar untuk mengetahui target audiens dan apa yang mereka butuhkan lebih dulu. Berhati- hati, ia tak ingin menjual sesuatu yang tidak efektif dan tak dibutuhkan.

Dari pengalaman riset nya, Yoyok bisa mengetahui banyak hal sekaligus. Ia menjadi lebih aware dengan budget awal yang harus ia keluarkan, mengantisipasi persaingan, hingga cara komunikasi yang efektif dengan calon pelanggannya.

Dari hasil riset ini lah kemudian ia terpikir untuk berjualan panci.

“Di setiap dapur pasti butuh panci,” ujarnya.

Terdengar sederhana, tapi masuk akal. Panci adalah benda yang dibutuhkan oleh setiap dapur di seluruh dunia! Dan disinilah petualangan Yoyok berjualan panci secara internasional dimulai.

Ngiklan Milyaran di Facebook Ads

Dari 2006, Facebook sudah menunjukkan potensinya sebagai media sosial yang sangat berpengaruh. Yoyok berhasil membaca peluang ini dan mulai memanfaatkan Facebook Ads.

Yoyok beranggapan kalau iklan di Facebook Ads akan terlihat oleh orang di seluruh dunia tanpa perlu biaya mahal. Berbeda dengan iklan yang dipasang secara tradisional, seperti melalui televisi, atau radio.

Meski iklan di Facebook Ads relatif tidak mahal, Yoyok juga tidak ingin gegabah dalam menaruh semua uangnya. Ia mulai melakukan tes pasar dengan budget Rp 100.000.

Saat melihat respon positif dari iklannya, Yoyok lantas menaikkan budget tersebut menjadi Rp 200 ribu hingga Rp 1 juta.

Kisah Yoyok Rubiantono jualan panci ke pasar internasional

Siapa sangka, respon positif terus meningkat dengan luar biasa. Dalam waktu tidak begitu lama, penjualan pancinya menjadi sangat masif. Ia pun semakin percaya diri untuk beriklan dengan budget yang lebih besar lagi.

Selain dari sisi iklan, Yoyok juga memastikan kualitas dari produk yang ia jual. Yoyok memastikan adanya Unique Selling Point atau keunikan dari semua produk yang dijualnya dikombinasikan dengan harga yang bersaing, diskon, hingga customer service yang baik.

“Orang luar negeri itu harga nomor dua, sedangkan kualitas itu nomor satu,” jelas Yoyok.

Yoyok memastikan bahwa dirinya bukan sekedar berjualan panci, tapi juga keunikan dan kualitas. Inilah yang membuatnya berbeda dengan penjual panci lainnya.

Mengkombinasikan Facebook Ads dan Website

Jika sebelumnya ia hanya menggunakan Facebook secara terbatas, Yoyok mencari cara tambahan untuk membuat bisnisnya menyentuh profit milyaran.

Akhirnya ia membuat website profesional dan tetap mengombinasikan Facebook Ads untuk membuat omset bisnisnya semakin melesat.

Setelah mempunyai website, Yoyok semakin jor- joran dalam menggunakan budget iklannya. Terutama saat Black Friday, ia tak sungkan untuk merogoh kocek hingga Rp 1,8 miliar per hari hanya untuk iklan saja.

Budget iklan Rp 1 miliar per hari sudah bukan hal yang asing untuknya. Dengan rata- rata budget ini, ia bisa mendapatkan keuntungan senilai RP 2,5 miliar per harinya. Nominal yang sangat fantastis, bukan?

Pelajaran yang Bisa Diambil dari Yoyok Rubiantono

Apa yang dilakukan Yoyok Rubiantono memang terdengar sangat menggiurkan. Namun, tentu saja ada jerih payah panjang yang dilaluinya untuk membuat semua hal ini mungkin terjadi.

Setidaknya ada beberapa hal berikut ini yang bisa kita pelajari dari Yoyok :

1. Jangan Takut Mencoba Hal Baru

Dari karyawan corporate besar tiba- tiba berubah haluan menjadi pedagang? Ini adalah pilihan yang tidak populer dan menakutkan.

Namun Yoyok berhasil membuktikan bahwa semuanya mungkin terjadi. Berkat kerja keras dan keyakinannya, banting stir menjadi pedagang justru membuatnya menjadi pengusaha sukses saat ini.

Tidak mudah, tapi pasti ada jalan saat dilakukan dengan penuh tanggungjawab, pertimbangan dan ketekunan.

2. Jangan Asal, Lakukan Riset Pasar

Apa yang dilakukan Yoyok terdengar seperti dongeng menenangkan yang enak untuk diikuti semua orang. Tapi jangan lupa bahwa Yoyok disini sebenarnya adalah sosok yang cukup berhati- hati.

Buktinya, ia melakukan riset pasar dengan cukup jeli untuk memastikan akan menjual produk yang tepat, unik, dan berkualitas. Jadi tentu saja bukan asal resign dan menjadi penjual dadakan lalu meraih omset milyaran.

Riset pasar disini telah menjadi pondasi penting dalam karir Yoyok menjadi pengusaha.

3. Beri Value pada Produk yang Dijual

Yoyok menjelaskan bahwa setiap produknya mengusung Unique Selling Point. Artinya, ia tidak serta merta berjualan panci. Namun benar- benar memastikan panci yang ia jual punya keunikan dan kualitas.

Value ini lah yang membuat bisnisnya terus bertumbuh dan besar. Bayangkan jika ia asal menjual panci tanpa memperhatikan kualitasnya?

Kira- kira akan sampai mana langkah Yoyok dibandingkan pencapaiannya saat ini?

4. Manfaatkan Potensi Digital Marketing dengan Sebaik- baiknya

Meski dalam kisahnya Yoyok menonjolkan the power of Facebook Ads, Yoyok juga menerapkan best practice digital marketing secara keseluruhan.

Mulai dari riset pasar, riset produk, menggunakan Facebook Ads, scale up iklan, membuat website profesional, dan strategi digital lainnya.

Jika saat ini Anda menggunakan digital marketing setengah- setengah, cobalah mengevaluasi strategi marketing Anda. Catat beberapa hal yang sebenarnya bisa Anda lebih maksimalkan, dna mulai lakukan.

Dengan strategi digital marketing yang lebih optimal, maka potensi bisnis Anda bisa dieksekusi dengan lebih maksimal dan menghasilkan profit yang jauh lebih luar biasa.

Kapan memulainya? Sekarang juga!

Selain terkenal dengan kisahnya, Yoyok kini juga menjadi praktisi Digital Marketing di berbagai event.