Google tag manager adalah salah satu layanan dari Google yang membantu optimasi bisnis. Melalui tool ini, pemilik website bisa menambahkan tag untuk tracking analisa dengan mudah.
Tool ini sendiri muncul pada tahun 2012 untuk menjawab kebutuhan analisa website yang semakin kompleks. Tanpa tag manager, developer mungkin menambahkan banyak kode di website untuk bisa mengukur goal tertentu. Namun hal ini berimbas pada kecepatan website yang menurun atau bahkan akurasi pengukuran tidak maksimal.
Mengatasi permasalahan tersebut, muncullah Google Tag Manager. Istilah “tag” ini mengacu pada kode yang dimasukkan pada website untuk memperoleh informasi tertentu.
Nah di postingan kali ini, Panda akan mengulas secara lengkap dan mendalam tentang apa itu Tag Manager dan peran pentingnya dalam optimasi website kita.
Apa itu Google Tag Manager?
Google Tag Manager adalah sebuah tool yang dibuat untuk memudahkan pengelolaan tag dalam sebuah website. Tag disini adalah script atau kode yang berada di bagian head HTML dan berfungsi melakukan tracking aktivitas pengunjung website.
Dengan Tag Manager dari Google ini, maka proses penempatan tag menjadi lebih mudah. Anda hanya perlu meletakkan kode di website satu kali, lalu setiap kali ingin menambahkan tag, Google akan membuatkan kode tersebut sesuai penempatan yang Anda inginkan.
Dengan trik ini, Anda bisa mengetahui bagaimana pengunjung masuk ke website Anda, link apa yang mereka klik, produk yang mereka beli, dan masih banyak lagi.
Sekilas tool ini seperti mirip dengan yang Google Analytics kerjakan. Kendati demikian, keduanya mempunyai perbedaan yang mendasar.
Table Perbedaan Google Tag Manager dan Google Analytics
Google Analytics dibuat dengan hard-coded, sehingga pengelolaan tag perlu melibatkan web developer. Merekalah yang nantinya akan menambah dan memodifikasi tag dengan coding manual.
Sedangkan dengan Google Tag Manager, pebisnis bisa mengelola tag dengan lebih efisien. Alih- alih mengatur tag satu per satu, Anda bisa mengelompokkan berbagai tag dalam satu wadah, atau yang disebut dengan container.
Meski begitu, bukan berarti Google Tag Manager bisa menggantikan fungsi dan kinerja Google Analytics. Sebaliknya, keduanya bisa digunakan bersamaan untuk saling melengkapi dan memahami perilaku konsumen.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel berikut ini untuk melihat perbedaan Google Analytics dan Tag Manager :
Perbedaan
Google Tag Manager
Google Analytics
Nama Tag
Container Tag
Tracking Code Tag
Fungsi Utama
Tagging Management Tool
Tracking Tool
Aktivitas Tag
Tidak melakukan tracking interaksi pengguna
Melakukan tracking interaksi pengguna
Penempatan Tag
Kode disematkan di <head>…</head> dan <body>
Kode disematkan di <head>..</head>
Kemampuan multi tags
Satu container tag bisa diisi lebih dari satu tag, dengan masing-masing variabel dan triggernya.
Satu tracking code tag hanya untuk satu aktivitas tracking
Kemampuan multi deploy
Container tag dapat menjalankan Google Analytics, Facebook Pixel dan lainnya secara bersamaan.
Tracking code hanya untuk menjalankan Google Analytics
Reporting
Tidak dilengkapi dengan fitur report.
Terdapat report untuk evaluasi aktivitas yang sudah dijalankan
Anda dapat menggunakan Tag Manager secara gratis. Setelah menginstalnya, cobalah untuk melakukan pengaturan yang sesuai dengan kebutuhan Anda.
Mengapa Menggunakan Google Tag Manager? Apa Manfaatnya?
Singkatnya, Anda bisa menyebut bahwa Tag Manager membuat kinerja kita dalam menandai event atau tracking tag tertentu menjadi lebih optimal. Secara rinci, berikut ini adalah alasan mengapa kita perlu menggunakan tool tag manager ini :
1. Pengelolaan Tag Secara Efisien
Pebisnis tidak perlu lagi meminta web developer untuk mengupdate kode setiap kali melakukan perubahan pada tag. Saat Anda mempunyai strategi bisnis yang ingin langsung diterapkan, cukup tambahkan tag baru dan atur tag yang sudah ada.
Tag manager juga mempunyai banyak tag bawaan (built-in tag) untuk Google Analytics, konversi AdWords, remarketing dan tag lain dari pihak ketiga. Dengan tag manager, pengelolaan tag menjadi lebih efisien dan kecepatan implementasi tag bahkan menjadi 6 kali lebih cepat.
2. Keamanan Terjaga
Dua masalah besar yang sering muncul dalam proses maintenance website adalah keamanan dan kemungkinan situs tidak berfungsi karena kesalahan kode. Tag manager adalah tool yang aman dan tidak akan merusak website atau membuka kemungkinan masalah kerentanan di masa mendatang.
Jika Anda perlu melibatkan banyak orang untuk mengakses Tag Manager Anda, Anda bisa mengatur hak akses pengguna melalui menu Admin > User Management. Mulai dari status No Access, Read, Edit, hingga Publish.
3. Fleksibel untuk Pengguna
TIdak memahami bahasa pemrograman tidak akan menjadi kendala dalam Tag Manager. Disini, Anda dapat membuat sebagian besar tag tanpa menulis satu baris kode pun.
Artinya, Anda bisa menyerahkan hampir seluruh tugas pada Google Tag Manager. Ini lah salah satu alasan mengapa Tag Manager cocok untuk para marketer. Tanpa bantuan developer pun, marketer bisa menambahkan atau menghapus tag dengan mudah.
4. Praktis dengan Container
Sebelum kehadiran Tag Manager, ada semakin banyak kode yang ditambahkan di bagian head website untuk setiap penambahan tag. Selain berpotensi membuat website lebih berat, kerentanan kesalahan coding akan mengakibatkan proses tracking tidak berjalan dengan baik.
Google Tag Manager menerapkan container untuk menampung semua tag ke dalam satu wadah. Tentu ini sangat praktis karena memudahkan pengelolaan tag, sekaligus tidak membebani loading website.
5. Preview Mode
Untuk meminimalisir kesalahan, ada preview mode yang bisa ANda manfaatkan setiap kali membuat tag. Fitur ini memudahkan Anda untuk mengecek apakah pengaturan sudah sesuai dan tidak ada error yang terjadi.
Selain itu, Anda juga bisa memanfaatkan ekstensi Google Chrome yang bernama Tag Assistant. Ekstensi ini akan menunjukkan adanya kesalahan saat Anda menjelajah website. Dengan begitu, Anda mendapatkan warning awal sebelum tag dipublikasikan.
6. Ketersediaan Template
Ada banyak template siap pakai yang memudahkan pengguna dalam membuat tag dengan cepat. Template ini tentu sangat bermanfaat, terutama untuk mereka yang tidak mempunyai kemampuan coding.
7. Gratis
Tag Manager dari Google ini bisa Anda gunakan secara gratis. Memang ada opsi berbayar Google Analytics 360 dengan tools yang lebih lengkap. Namun, versi gratis dari tool ini sendiri sudah cukup untuk kebutuhan analitik yang memadai.
8. Tracking Performa Version
Ada kalanya Anda melakukan berbagai eksperimen tracking untuk mengoptimalkan analisa. Nah, Tag Manager adalah tool yang tepat karena dilengkapi dengan fitur version.
Setiap perubahan yang Anda buat akan dibedakan berdasarkan versinya. Saat Anda merasa versi terbaru tidak sesuai dengan harapan, Anda bisa kembali ke versi sebelumnya dan seterusnya.
Istilah Penting dalam Google Tag Manager
Sebelum menginstal dan menggunakan Google Tag Manager, penting untuk mengetahui istilah- istilah penting dalam tool ini. Apa saja?
1. Google Tag Manager Account
Untuk mulai menggunakan tool ini, tentu Anda harus mempunyai akun Tag Manager Google lebih dulu. Panda sarankan untuk menggunakan satu akun untuk setiap satu website.
Tujuannya adalah memudahkan Anda dalam membuat dan menjalankan tag.
2. Container
Container adalah wadah untuk menyimpan satu atau lebih tag secara bersamaan. Satu akun Tag Manager bisa mempunyai beberapa container sekaligus.
Setelah membuat akun, Anda bisa mulai membuat container sesuai kebutuhan. Jenis container yang tersedia ada beberapa jenis, yaitu web, AMP, iOS dan Android app.
3. Tag
Tag adalah script yang Anda gunakan untuk memperoleh informasi dari pengunjung di website. Data dari tag ini nantinya akan dikirimkan ke pihak ketiga, seperti Google Analytics.
4. Trigger
Masing- masing tag mempunyai sedikitnya satu trigger yang menentukan kapan dan dimana tags ini akan ditambahkan. Misalnya, Anda mengatur tag untuk menandai tindakan pengunjung saat mengklik salah satu link atau button tertentu di website.
5. Variabel
Variabel adalah parameter dinamis yang mengatur kapan triggers harus aktif. Melalui variabel, Anda bisa membuat tag dan trigger bekerja berulang kali pada beberapa tugas secara spesifik.
Contohnya adalah saat pengunjung menambahkan item ke dalam keranjang belanja Anda.
6. Event
Selanjutnya Event, yang merupakan interaksi yang terjadi di halaman website Anda. Event akan Anda gunakan untuk mengaktifkan trigger sehingga tag tertentu mulai bekerja.
Misalnya saja, interaksi saat pengunjung melakukan klik di salah satu link, akan membuat Google Analytics event tag ini berjalan.
7. Data Layer
Data layer adalah variabel atau obyek javascript yang menyimpan informasi dan mengirimkannya ke Google Tag Manager, kemudian melanjutkannya ke Google Analytics.
Cara Memasang Google Tag Manager di Website
Sudah siapkah Anda menggunakan Google Tag Manager untuk website Anda?
Berikut ini adalah beberapa langkah yang harus Anda ikuti :
1. Membuat akun Tag Manager
Anda dapat mengunjungi lama https://tagmanager.google.com/. Jika akun Google Anda sebelumnya telah login, Anda akan langsung masuk ke laman Tag Manager. Pilih Create Account untuk mendaftar.
Selanjutnya, Anda akan masuk ke laman Add New Account dan mengisi field informasi akun :
Isi nama akun Anda (misalnya nama bisnis Anda) di field Account Name
Pilih Indonesia di bagian Country
Di bagian Container Setup, isi sesuai container Anda. Misalnya Anda menggunakan tag manager untuk website, maka isi dengan nama website bisnis Anda dan di bagian platform adalah web. Sama halnya jika Anda ingin menggunakan aplikasi Android, maka pilihannya adalah Android, dan seterusnya
Pilih Create
Di bagian bawah laman Term & Service/ Agreement, centang I also accept the Data Processing Terms as required by GDPR, lalu klik Yes.
2. Menginstal Google Tag Manager
Setelah mempunyai akun Tag Manager, langkah selanjutnya adalah menginstal kode snippet ke website Anda. Copy dan paste kode ke bagian <head> dan <body> website sesuai instruksi.
Untuk lebih mudahnya, pengguna WordPress bisa menggunakan plugin Insert Headers and Footers. Setelah mengaktifkan plugin tersebut, Anda bisa dengan mudah copy paste kode apapun ke bagian <head> dan <body> html.
Setelah proses instalasi kode berhasil, Anda bisa kembali ke halaman Tag Manager dan klik OK pada tampilan kode snippet.
Selanjutnya, Anda akan melihat tampilan dashboard Tag Manager dan bisa mulai menggunakannya.
Cara Menggunakan Google Tag Manager
Setelah tahapan membuat akun dan menginstal kode, Anda akan melangkah lebih jauh untuk menggunakan akun tag manager Anda. Jika Anda mengelola lebih dari satu akun, pastikan nama website sudah sesuai dengan yang akan Anda gunakan ya..
1. Membuat Tag dan Trigger
Anda bisa membuat tag dari dashboard awal dengan langsung mengklik Add a New Tag, atau klik panel sebelah kiri Tags > New. Isi nama tag sesuai dengan strategi atau label kampanye yang ingin Anda gunakan.
Setelah mengisi nama tag, klik bagian Tag Configuration. Ada beberapa opsi konfigurasi yang bisa Anda pilih, seperti gambar berikut :
Jika Anda ingin menghubungkan ke Google Analytics, pilih opsi tersebut. Selain itu, ada banyak opsi lain dari pihak ketiga yang bisa Anda pilih. Sebut saja HotJar, LinkedIn Insight, CrazyEgg, Google Ads, dan juga custom HTML.
Selanjutnya, tentukan Track Type yang Anda inginkan. Pilihannya antara lain Page View, Conversion, dan lainnya. Anda juga bisa menentukan variabel yang akan digunakan.
Setelah melakukan langkah tersebut, atur juga trigger untuk tag tersebut. Apakah semua halaman (All Pages), dengan pengecualian laman tertentu, atau klik link tertentu. Tentunya ini perlu disesuaikan dengan kebutuhan Anda masing- masing.
Jika semua sudah selesai dan data sudah benar, klik Save untuk menyimpan.
2. Menampilkan Preview
Saat selesai membuat tag, Anda perlu memastikan apakah informasinya sudah benar melalui tampilan preview. Tujuannya adalah mencegah terjadinya kesalahan sebelum tag dipublikasikan.
Di laman overview, klik tombol Preview di bagian kanan atas. Saat muncul pop up Tag Assistant, masukkan alamat website, lalu tap button Start.
Pop up debug website Anda akan muncul di jendela berbeda dan summary dari tags, variables, data layer dan error akan muncul di workspace Google Tag Manager Anda.
3. Mengaktifkan Tag di Website
Sudahkah Anda memastikan semua informasi sesuai dan tidak ada error? Jika iya, saatnya untuk mengkonfirmasi tag yang Anda buat dengan klik Publish di Submission Configuration.
Setelah berhasil membuat satu tag, Anda bisa membuat berbagai tag lain sesuai kebutuhan Anda. Misalnya saja di contoh gambar di atas, ada beberapa tag yang ada di satu website.
4. Menggunakan Template di GTM
Salah satu kelebihan dari Tag Manager adalah tersedianya pilihan template yang bisa langsung Anda gunakan. Penggunaannya, saat Anda menambahkan tag dan mengkonfigurasikannya, Anda bisa memilih Discover more tag types in The Community Template Gallery.
Melalui opsi ini, akan muncul berbagai tag pilihan yang dibuat oleh pihak ketiga. Salah satunya adalah tag Facebook Pixel.
Setelah memilih tag yang Anda butuhkan, pilih Add to Workspace. Seperti langkah sebelumnya dalam membuat tag, lakukan pengaturan Tag Configuration dan Trigger. Langkah terakhir, setelah semua selesai, klik Save untuk menyimpan data perubahan.
Kesimpulan
Selain panduan di atas, ada banyak cara yang bisa Anda eksplorasi dalam penerapan berbagai tag ke website Anda. Caranya kurang lebih sama, namun Anda perlu menggali lebih dulu tag apa saja yang Anda butuhkan, lalu mulai mengimplementasikannya ke website.
Dengan tracking yang lengkap di Google Tag Manager, akan lebih mudah untuk Anda menganalisa perilaku pengguna dan strategi marketing yang tepat untuk bisnis Anda. Analisa yang tepat akan membantu bisnis Anda menjadi lebih optimal. Setuju, bukan?
Sudah siapkah Anda menggunakan Google Tag Manager?
Untuk para webmaster, website audit mungkin bukan istilah yang asing. Hanya saja, banyak yang beranggapan kalau website audit ini tidak begitu penting kecuali untuk skala bisnis yang besar. Benarkah begitu? Kenyataannya, website audit penting untuk siapa saja yang menggunakan strategi digital dalam pemasarannya. Tentu kita perlu mencari tahu mengapa konservasi sangat minim meski lalu lintas website lumayan tinggi. Atau, kita juga perlu menganalisa mengapa belakangan ini pengunjung website menurun secara konsisten? Dan mungkin ada masalah- masalah lain yang kurang kita perhatikan padahal berdampak untuk jangka panjang.
Apa itu Website Audit?
Website audit atau audit website adalah serangkaian pemeriksaan secara sistematis yang kita lakukan pada website untuk mengetahui masalah kesehatan website dan hal- hal yang kita perlu tingkatkan dari website tersebut. Dalam pemeriksaan ini, kita akan mengetahui kondisi sebuah website dan membandingkan kondisinya pada saat ini dan kondisi ideal yang seharusnya. Dalam audit website, setidaknya ada lima aspek yang perlu diperhatikan, yaitu :
Aspek Desain
Aspek Konten dan Halaman
Aspek Kegunaan dan Manfaat
Aspek Tujuan dan Target Marketing
Aspek Keamanan dan Backup
Mengapa Audit Website Perlu Dilakukan?
Ada beberapa pemilik website yang merasa sudah puasa dengan trafik yang banyak dan konversi yang cukup. Padahal, apabila pemilik website ini melakukan audit dan menemukan beberapa hal yang bisa diperbaiki, traffic dan konversi bisa menjadi lebih optimal lagi. Melakukan audit pada website akan membantu kita mengetahui serta menilai seberapa optimal performa website kita dan potensinya. Kita juga bisa mengetahui seberapa tangguh website kita dibanding dengan kompetitor sejenis. Secara ringkas, berikut ini adalah beberapa manfaat dari melakukan audit website :
Mengetahui kekurangan website
Melakukan pengukuran kesehatan situs web secara menyeluruh
Melakukan analisa terhadap performa website (trafik vs konversi)
Melakukan optimasi terukur sesuai dengan kebutuhan website
Memaksimalkan potensi website dengan cara memperbaiki kekurangan yang ada
Sebagai fondasi untuk melakukan strategi marketing yang tepat dan efektif
Melakukan audit website akan memberi kita hasil apa saja yang harus diperbaiki dari website kita dan menambal kekurangan itu segera. Artinya, strategi yang kita lakukan, baik secara SEO maupun marketing keseluruhan akan lebih terarah dan tepat.
Jika Anda melewatkan tahapan ini, tentu Anda tetap melakukan optimasi SEO dan strategi digital marketing lainnya. Tapi mungkin ada beberapa hal yang seharusnya diprioritaskan, namun terlewat karena tidak kita sadari.
Cara Melakukan Audit Website
Inti dari kegiatan website audit adalah mengidentifikasi benchmark atau peninjauan potensial masalah pada website. Selanjutnya, webmaster akan mengumpulkan problem tersebut dan membandingkan standar SEO yang berlaku. Setelah melakukan perbaikan, cobalah untuk mengidentifikasi kembali dengan benchmark yang digunakan. Untuk lebih lengkapnya, berikut ini adalah beberapa step yang bisa dilakukan dalam audit website :
1. Identifikasi Benchmark
Identifikasi benchmark bisa dilakukan dengan menggunakan website audit tools. Proses ini bisa dilakukan dengan tool audit website, seperti Semrush. Untuk menggunakan layanan Semrush ini, pemilik website perlu mendaftar akun lebih dulu, dan melakukan verifikasi email. Selanjutnya, pemilik website bisa melakukan satu kali audit secara gratis. Jika sudah terdaftar, pengguna bisa menggunakan beberapa tool SEO yang tersedia di Semrush, termasuk salah satunya adalah audit website. Untuk mulai menggunakannya, kita bisa masuk ke akun Semrush kita, lalu di bagian Sidebar bisa memilih SEO Tool Kit > Site Audit. Masukkan situs web Anda, lalu klik ‘Start Audit’. Pengguna versi gratis bisa melakukan audit hingga 100 halaman, sedangkan pengguna berbayar bisa melakukan audit hingga 100.000 halaman. Tunggu hingga proses audit selesai. Selain site audit, tool ini juga bisa digunakan untuk track ranking website dan juga performa SEO On Page.
2. Mengumpulkan data SEO
Setelah proses audit selesai, Anda akan mendapatkan total skor dari nilai website audit. Semakin tinggi nilainya, maka skor akan semakin baik. Di tahap ini Anda akan memperoleh informasi apa saja masalah dalam situs Anda. Ada kategori error, dan warning. Error adalah indikasi masalah yang harus segera diperbaiki. Sedangkan warning adalah bagian kedua yang perlu dilakukan improvement. Selain error dan warning, ada juga bagian notice untuk melihat laporan lengkap audit yang diarahkan ke Link View All Issue. Di bagian ini akan ditampilkan semua informasi mengenai hal- hal yang diuji dalam audit. Misalnya saja broken internal link, external link, wrong page, image not found, dan masih banyak lagi. Dengan mengklik salah satunya, Anda akan diarahkan ke detail dari masalah tersebut. Misalnya saat Anda mengklik parameter broken internal image, maka saat diklik akan ditampilkan laporan sejumlah halaman dengan gambar internal yang rusak.
3. Bandingkan Standar dan Lakukan Analisa
Setelah melalui step #2, kini Anda mengetahui masalah yang terjadi pada website Anda. Langkah selanjutnya adalah memeriksa rekomendasi perbaikan yang ditawarkan untuk website Anda. Selain itu, Anda juga bisa membandingkan laporan web Anda dengan website kompetitor lainnya. Analisa masalah yang krusial dan harus segera diperbaiki agar kinerja situs Anda menjadi lebih optimal.
4. Buat Planning Perbaikan
Perbaikan pada masalah yang terdapat dalam laporan audit website harus segera direncanakan. Dengan begitu, Anda bisa melakukan audit lanjutan untuk menghasilkan perbaikan yang lebih baik. Proses audit ini perlu dilakukan secara berkala untuk monitoring kesehatan situs dan meningkatkan hasil yang optimal.
Cara Audit Website dengan Checklist
Selain keempat cara di atas, Anda juga bisa melakukan audit website dengan identifikasi manual. Maksudnya manual disini adalah mengacu pada aspek yang perlu dilakukan audit, dan mengumpulkan pertanyaan sesuai dengan aspek tersebut.
Aspek Desain
Apakah menu navigasi web Anda mudah ditemukan dan mudah digunakan?
Sudahkah Anda menggunakan skema warna yang konsisten sesuai brand Anda?
Apakah Anda menggunakan gambar berkualitas tinggi dan ringan untuk web Anda?
Apakah keseluruhan desain web Anda sudah konsisten dengan brand bisnis Anda?
Apakah website Anda mobile friendly atau responsif?
Aspek Konten dan Halaman
Sudahkah Anda mendefinisikan dengan jelas tujuan setiap halaman web Anda?
Apakah tombol CTA yang efektif sudah tersedia di semua halaman website?
Apakah Anda mempunyai landingpage diperlukan untuk membangun database email?
Apakah halaman ABOUT menjawab pertanyaan pengunjung dan mudah dimengerti oleh mereka
Apakah konten Anda jelas dan mudah dimengerti oleh pembaca?
Aspek Kegunaan dan Manfaat
Sudahkah Anda mendefinisikan siapa pembaca atau pengunjung web Anda?
Sudahkah Anda mendefinisikan bagaimana cara web Anda dalam melayani pengunjungnya?
Apakah web Anda mempunyai pesan pemasaran yang menarik sesuai kebutuhan pengunjung?
Apakah tersedia form opt-in email berlangganan yang bisa ditampilkan secara jelas di web Anda?
Apakah form opt-in yang dibuat bisa memecahkan satu masalah orang- orang yang mengunjungi web Anda?
Aspek Tujuan dan Target Marketing
Sudahkah Anda membuat sales funnel untuk mengubah pengunjung menjadi subscriber?
Apakah Anda sudah mengintegrasikan tool untuk melacak perilaku pengunjung dan interaksi di website? (Misalnya saja Google Analytics, Facebook Pixel, dsb)
Sudahkan Anda mendefinisikan hasil yang diinginkan dari website?
Aspek Keamanan dan Backup
Apakah Anda mempunyai plugin atau sistem keamanan untuk melindungi web Anda dari serangan hacker?
Sudahkah Anda menghapus pengguna default di web Anda? (Seperti administrator, kontributor, editor, dsb)
Apakah Anda sudah menggunakan password & username yang kuat untuk web Anda
Sudahkah Anda mempunyai sistem cadangan jika situs diretas?
Sudahkah Anda menggunakan plugin anti-spam?
Kesimpulan
Inti dari aktifitas website audit adalah menemukan kekurangan/ error/ kesalahan dari website untuk segera dilakukan perbaikan. Dengan begitu, Anda akan memaksimalkan potensi website Anda untuk kepentingan SEO dan bisnis secara keseluruhan. Ada banyak manfaat yang bisa Anda peroleh dengan melakukan audit website. Dan dampaknya bisa segera Anda lakukan saat perbaikan mulai dilakukan. Selamat mencoba!
Untuk pemilik bisnis yang ingin menganalisa trafik secara mendalam, Google UTM adalah tool yang wajib untuk digunakan. Dengan UTM, webmaster bisa melakukan analisa trafik konten yang dibagikan ke setiap platform yang berbeda. Anda mungkin saja menggunakan beberapa metode untuk mendatangkan trafik ke website Anda. Mulai dari trafik secara organik, trafik dari google ads, hingga trafik dari media sosial. Tanpa UTM, pebisnis mungkin akan kehilangan detail yang diperlukan untuk mengetahui sumber trafik secara terperinci. Jika ini terjadi, tentu sangat disayangkan. Sebelum melangkah lebih jauh, kita akan menjawab beberapa pertanyaan seputar Google UTM terlebih dulu :
Apa itu Google UTM / UTM Link?
UTM adalah kepanjangan dari Urchin Tracking Module. Tool online yang dikembangkan oleh Google ini akan membantu webmaster dalam melacak parameter postingan dan membedakan sumber trafik antara satu dan yang lainnya.
Apa fungsi Google UTM?
Fungsi utama Google UTM adalah sebagai tool yang efektif dan efisien dalam mengukur kinerja aset digital yang dimiliki. Dengan tool ini, pengguna bisa menganalisa trafik postingan di media sosial dengan lebih terperinci.
Apa itu UTM Builder/ URL Builder?
UTM builder adalah tool yang digunakan untuk membuat campaign UTM dengan parameter tertentu, sehingga menghasilkan URL yang bisa dilacak dengan mudah melalui Google Analytic.
Mengenal Google UTM
Anda mungkin seorang marketer yang membangun sumber daya trafik dari berbagai jenis channel. Atau Anda mungkin mempunyai web dengan lalu lintas yang besar dan ingin tahu strategi mana yang sudah Anda jalankan yang sebenarnya paling efektif.
Untuk mengetahui ini semua, Google UTM adalah jawabannya. Dengan parameter Google UTM, singkatnya Anda akan mendapat beragam insight dari strategi yang sudah Anda jalankan.
UTM adalah sebuah link khusus yang memungkinkan Anda untuk mengidentifikasi URL sehingga bisa melakukan tracking referal untuk blog post, opt-in, atau landing page yang diarahkan langsung ke orang- orang.
Dengan link UTM, Anda akan mengarahkan pengunjung ke URL landing page yang sama dari berbagai tempat yang berbeda. Sebut saja Facebook ads, newsletter, Linkedin, Instagram, atau channel lainnya dengan sebuah URL unik.
Untuk mengetahui mana yang paling efektif, Anda akan menganalisanya dari parameter UTM yang berbeda yang sudah disetting sebelumnya.
Bagaimana cara mengakses analisa UTM ini? Google Analytic jawabannya!
Untuk menggunakan UTM, Anda akan melibatkan dua tool sekaligus. Yang pertama adalah UTM builder, dan yang kedua adalah Google Analytic.
Cara kerja Google UTM dalam menganalisa trafik postingan secara singkat adalah :
Webmaster mengatur link UTM melalui Google URL builder
Memasang link UTM di kampanye yang digunakan (ads, email, social media, dsb)
Analisa trafik di Google Analytic
Tutorial Cara Menggunakan Google UTM
Setelah Anda memahami apa itu Google UTM dan UTM builder, langkah selanjutnya adalah mengetahui cara menggunakan Google UTM. Berikut ini adalah langkah- langkah yang harus Anda lakukan :
Langkah pertama adalah membuat kode pelacak UTM di Google’s Campaign URL Builder. Di halaman ini, ada beberapa jenis parameter yang nantinya menjadi kode tambahan dalam link URL Anda.
2. Isi Parameter yang Dibutuhkan
Mulailah dengan menambahkan parameter sesuai dengan campaign yagn Anda buat. Mulai dari website URL, source, medium dan campaign name. Jika Anda ingin menggunakan UTM untuk mengidentifikasi hasil iklan berbayar, Anda bisa mengisi kolom Term dan Content untuk mendapatkan kode UTM tambahan. Misalnya saja Panda ingin membuat kode UTM untuk halaman website https://pandagila.com/pemasaran-online-ukm/ yang nantinya akan kami buat campaign nya di email marketing dengan penawaran download eBook. Setelah mengisi parameter yang sesuai, Saya akan mendapatkan link kampanye yang Saya butuhkan.
3. Pasang Link di Kampanye yang Digunakan
Setelah mendapatkan link UTM, Anda bisa menggunakan shortener untuk memperpendek URL. Selanjutnya, gunakan link UTM tersebut ke media campaign yang Anda gunakan.
Yang perlu dicatat, untuk setiap campaign, link UTM yang dibuat harus berbeda. Jika membuat tiga campaign berbeda, maka harus dibuat tiga link UTM berbeda.
Misalnya untuk URL tadi tujuannya adalah untuk newsletter email, maka jika Anda ingin membuat link untuk campaign Facebook Ads dengan landing page yang sama, Anda harus membuat UTM lagi.
4. Akses Insight di Google Analytic
Setelah menggunakan link UTM khusus ke beberapa campaign yang berjalan, Google Analytic akan mulai mengumpulkan data dalam waktu 3-5 hari ke depan. Untuk mengetahui insight performa campaign UTM, Anda perlu masuk ke dashboard Google Analytics.
Untuk mengaksesnya, pilih menu Acquisition >> Campaigns >> All Campaigns. Di halaman ini, Anda akan melihat kinerja trafik dari link UTM.
Lakukan monitoring secara berkala sehingga Anda dapat mengukur kinerja hasilnya secara berkesinambungan. Untuk mempermudah analisa dan tracking, Anda juga bisa mengumpulkan setiap link UTM di spreadsheet dan membuat catatan kinerja tersendiri.
5. Menggabungkan UTM dengan Google Goals
Google Goals adalah tool dalam analytic yang digunakan untuk mengukur kinerja goal yang ingin diraih. Menggabungkan link UTM dengan Google Goal akan membantu pelacakan sumber trafik untuk berbagai jenis konten dengan lebih cepat dan tepat. Goal ini biasanya di setting saat pengguna ingin mengoptimalkan beberapa metrik penting seperti jumlah lead, jumlah sign up, jumlah klik WA, sign up newsletter, jumlah download, dan yang lainnya.
Mengenal Pembagian Parameter Google UTM
Sampai disini kita memahami bahwa Google UTM memberikan fleksibilitas yang luar biasa. Pebisnis bisa mencari tahu asal usul trafik yang diperoleh melalui URL dari sumber link, jenis konten, hingga tambahan parameter untuk analisa strategi marketing.
Secara rinci, berikut adalah pembagian dalam parameter dalam Google UTM :
1. Campaign Name (utm_campaign)
Masukan parameter ini sesuai dengan campaign atau promosi yang dibuat. Misalnya saja Campaign ini adalah Promo Harbolnas Diskon 25%, maka Anda dapat mengisi kolom campaign name : harbolnas_disc_25.
2. Campaign Source (utm_source)
Campaign source adalah parameter yang mengindikasikan sumber referral link berasal. Misalnya di contoh sebelumnya Anda menggunakan newsletter, maka utm_source sama dengan newsletter. Jika Anda menggunakan target sumber lain, seperti Facebook Ads, Google, Instagram, Twitter, atau YouTube, maka utm_source bisa disesuaikan dengan asal sumber tersebut.
3. Campaign Medium (utm_medium)
Campaign medium diisi berdasarkan medium yang digunakan dari source sebelumnya. Misalnya saja, dalam Instagram Anda menggunakan medium Story, maka bisa diisi utm_medium=story. Jadi penggunaan medium ini adalah untuk indikator jenis media apa yang digunakan saat pengunjung mengklik link yang disebarkan. Anda bisa mengetahui apakah pengunjung datang dari iklan banner, email, atau media lainnya.
4. Campaign Content (utm_content)
Parameter content digunakan jika Anda melakukan A/B testing untuk mengetahui performa campaign yang berbeda terhadap satu URL yang sama. Anda mungkin membedakan dua campaign ini dari sisi gambar atau copywriting. Dengan strategi ini, Anda akan mengetahui strategi promosi yang lebih efektif untuk sebuah konten.
5. Campaign Term (utm_term)
Parameter yang satu ini digunakan untuk menganalisa kata kunci pada sebuah ads berbayar, seperti PPC (Pay Per Click). Misalnya saat Anda beriklan dan ingin testing kata kunci mana yang lebih efektif, maka Anda bisa mengisinya di parameter ini.
Kesimpulan
Untuk pebisnis, membuat analisa dan evaluasi terhadap kinerja sebuah campaign adalah hal yang penting dilakukan. Dalam proses ini, pebisnis akan melakukan tebang pilih. Menebang strategi yang setelah di test, dioptimalkan, dan dievaluasi ternyata masih sangat tidak efektif. Lalu mengoptimalkan strategi yang jauh memberi dampak signifikan pada peningkatan lead dan konversi. Dengan Google UTM atau UTM link, kinerja campaign dapat dianalisa dengan mudah dan tepat. Anda bisa mengidentifikasi trafik berkualitas dan Anda bisa memaksimalkan campaign dan source yang memberi kinerja maksimal. Tertarik untuk mempraktekkan strategi UTM ini? Cobalah sekarang juga!