Saat menyusun strategi
marketing, tentu kita berharap strategi tersebut tepat sasaran dan berjalan
sesuai harapan. Sayangnya, seringkali strategi yang terlihat wah di awal justru
bisa memberi hasil yang tidak signifikan. Apa yang kira- kira kita lewatkan?
Banyak pakar bisnis online yang menduga bahwa salah satu alasan strategi
marketing yang ciamik tidak bekerja sesuai harapan adalah karena kita lupa
untuk kembali ke akar. Maksudnya, sebelum berpikir jauh tentang beriklan, dan melakukan
promosi besar- besaran, penting untuk kita mengenali tipe konsumen bisnis
online.
Jika kita tidak melakukan hal itu, bagaimana bisa kita menyajikan konten
promosi kita ke orang yang tepat?
Tipe Konsumen Bisnis Online di Indonesia
Mengenal tipe konsumen dalam bisnis
online, sama artinya dengan memahami bagaimana cara terbaik untuk menjangkau konsumen
agar mereka membeli dan menjadi pelanggan setia Anda.
Untuk Anda pelaku bisnis online, berikut ini adalah tipe konsumen pelak bisnis
online yang perlu Anda kenali :
Innovator
Innovator adalah tipe konsumen yang berasal dari kalangan berada. Mereka mempunyai penghasilan yang besar dan mempunyai sejumlah perangkat teknologi modern.
Meski berduit, mereka tidak selalu tertarik dengan produk yang mahal. Mereka juga suka membeli produk berharga murah dengan tetap memperhatikan kualitas barang yang dibelinya.
Untuk berbelanja, kelompok ini lebih suka menggunakan aplikasi belanja online. Jenis konsumen innovator ini sangat senang menerima notifikasi dari toko online dan mengecek informasi terbaru.
Sedangkan untuk urusan pembayaran, jenis konsumen ini lebih suka melakukan transaksi dengan menggunakan internet banking.
Early Adopters
Di urutan kedua ada tipe konsumen Early Adopters, yaitu jenis konsumen dengan penghasilan yang lebih rendah, tapi juga mempunyai beberapa perangkat modern untuk berbelanja.
Tipe konsumen ini sangat suka membeli barang dengan harga murah dan senang dengan iming- iming potongan harga.
Saat berbelanja online, Early Adopters lebih suka mencari lewat mesin pencari seperti Google, dan tidak langsung pada website atau aplikasi tertentu. Setelah melakukan transaksi, jenis konsumen ini biasanya akan melakukan pembayaran lewat ATM atau internet banking.
Gap-tech
Selanjutnya adalah jenis konsumen yang punya pendapatan tinggi, namun mereka lebih suka berbelanja pada satu perangkat saja. Jenis konsumen ini sering disebut dengan Gap-tech.
Dibandingkan mendapatkan informasi sebuah produk dari iklan atau notifikasi mana pun, jenis konsumen ini lebih suka memperoleh informasi produk dari toko online itu sendiri. Mereka juga lebih suka berbelanja produk yang ada diskonnya dan melihat langsung barangnya agar bisa merasakannya.
Sedangkan dalam proses transaksi, mereka cenderung menggunakan cara konvensional seperti transfer via ATM.
Latebloomers
Jenis konsumen terakhir adalah Latebloomers, yaitu jenis konsumen yang baru dalam dunia e-Commerce. Mereka mempunyai pendapatan yang rendah, dan cenderung mempunyai satu perangkat saja untuk berbelanja.
Saat melakukan transaksi belanja online, mereka biasanya melakukannya melalui mobile sites atau aplikasi e-Commerce yang tersedia. Mereka juga tipe konsumen yang mementingkan harga barang murah dibandingkan kualitasnya.
Sedangkan untuk pembayaran, mereka lebih suka melakukannya dengan cara COD alias Cash on Delivery.
Saat Anda menjalankan sebuah bisnis, strategi marketing apapun yang Anda jalankan akan bermuara kepada goal untuk meningkatkan penjualan. Maka dari itu, penting untuk memastikan semua faktor pendukung berjalan seirama agar penjualan mudah terjadi dan menciptakan keuntungan.
Masalah mulai terjadi saat Anda berpikir sudah menyediakan yang terbaik dari sisi kualitas produk dan harga, namun ternyata produk Anda masih saja sepi peminat. Jumlah pembeli jauh dari ekspektasi Anda, dan tim Anda ngos- ngos an dalam mengejar target penjualan.
Penyebab Orang- orang Tidak Mau Membeli Produk Anda
Menyedihkan memang saat produk Anda
disebut sepi peminat dan tidak laku. Dalam sekejap seolah- olah kerja keras
Anda dalam melakukan promosi sia- sia belaka. Apa yang sebenarnya terjadi?
Mengapa pasar tidak tertarik dengan produk Anda? Dimana letak kesalahannya?
Anda tidak bisa serta merta mencari kesalahan tanpa menelusuri benang merahnya
terlebih dulu. Langkah pertam yang harus dilakuka adalah mengevaluasi strategi
marketing yang dijalankan. Dari data yang Anda miliki, apakah promosi sudah
dijalankan dengan cara dan audience yang tepat? Apakah split test sudah
dilakukan secara optimal?
Setelah mengevaluasi dari sisi strategi marketing, Anda kemudian dapat
menganalisa penyebab produk Anda kurang diminati pembeli. Mungkin saja Anda
menemukan jawabannya dari beberapa alasan orang tidak tertarik membeli produk
Anda berikut ini :
1. Calon Pembeli Tidak Mengetahui Produk Anda
Pasar yang membutuhkan atau yang potensial berminat tidak akan membeli produk Anda jika mereka bahkan tidak mengetahui produk Anda. Jika Anda merasa sudah melakukan banyak strategi marketing dan iklan Anda sudah ada dimana- mana, namun calon pembeli tetap tidak datang juga, mungkin ada yagn salah dengan strategi pemasaran Anda.
Anda perlu mengevaluasi, apakah produk Anda sudah dipasarkan di lingkungan yang tepat? Apakah produk Anda sampai ke calon pembeli potensial yang ditargetkan? Apakah split test iklan Anda dilakukan dengan benar dalam mendapatkan winning campaign?
Dari hasil evaluasi Anda, Anda bisa menemukan beberapa point yang dapat membantu Anda menganalisa dimana letak kesalahannya. Dari point- point ini, Anda dapat melakukan perbaikan dalam melakukan promosi produk agar produk Anda benar- benar dijangkau oleh mereka yang membutuhkan atau mereka yang mempunyai minat dan ketertarikan.
2. Manfaat Produk Anda Tidak Tersampaikan
Ada beberapa jenis produk yang
saat dijual, perlu dilengkapi dengan edukasi terkait produk tersebut. Misalnya
Anda menjual produk suplemen herbal. Tentu saja Anda perlu menjelaskan kepada
target konsumen Anda apa manfaat dari supplement tersebut, seperti untuk
menurunkan berat badan, meningkatkan nafsu makan, melancarkan peredaran darah,
mengoptimalkan metabolisme, dan lain sebagainya.
Karena produk yang Anda jual adalah supplemen, Anda juga perlu meyakinkan calon
pembeli Anda bahwa produk Anda ini aman, sehat, halal, dan sudah terdaftar di
BPOM (tentu saja karena Anda benar- benar menjual produk yang bagus!).
Jika informasi seperti ini tidak sampai ke calon pembeli Anda, wajar saja jika
produk Anda hanya diabaikan. Berapa pun budget iklan yang Anda gelontorkan
semua akan percuma jika calon konsumen tertarget Anda hanya scroll iklan Anda. Mereka tidak mengerti
apa manfaat dari produk Anda. End of
story.
3. Calon Pembeli Merasa Produk Anda Tidak Dibutuhkan
Akan lebih mudah menjual barang yang berjenis need base atau sesuai dengan kebutuhan konsumen. Bukan berarti Anda harus berjualan beras atau gula saja yang merupakan kebutuhan sehari- hari. Anda bahkan bisa membuat seolah- olah konsumen membutuhkan produk yang Anda tawarkan -padahal yang nggak butuh!
Bagaimana triknya? Mainkan copywriting dan berikan penawaran berbatas waktu. Di landing page atau materi iklan, sampaikan hal apa yang stand out dari produk Anda dan mengapa produk Anda tidak boleh dilewatkan. Jika memungkinkan, beberkan digit angka yang konsumen bisa hemat dengan menggunakan produk Anda.
Testimoni berpengaruh? Tentu saja! Kumpulan testimoni dapat menambah nilai jual dari penawaran Anda dan membuat calon konsumen merasa bahwa produk Anda memang sayang untuk tidak dimiliki.
4. Produk Anda Terlihat Tidak Mempunyai Nilai Lebih
Saat kompetitor semakin banyak
dan tren bakar- bakar duit semakin menggila, value dari sebuah product harus
semakin ditonjolka. Bagi calon pembeli, produk yang mempunyai nilai lebih, baik
dari segi manfaat, dan kualitas adalah produk yang sulit untuk ditolak.
Bagaimana cara memberi nilai lebih pada produk Anda? Lakukanlah branding!
Selain itu, jangan lupa untuk meningkatkan kualitas, menampilkan packaging yang
menarik, foto yang berkualitas, dan berikan penawaran special yang masuk akal.
5. Calon Pembeli Sulit Membeli Produk Anda
Berbeda dengan alasan #1 dan
lainnya, ada sekelompok calon pembeli potensial yang sebenarnya sudah ingin
membeli produk Anda. Sayangnya, saat mereka membutuhkannya, mereka tidak jadi
melakukannya karena kesulitan melakukan proses pembelian.
Jika point ini yang terjadi, apa yang harus dilakukan? Coba evaluasi cara
pemesanan yang Anda terapkan di bisnis Anda. Apakah sudah semudah mungkin?
Apakah fitur add-to-cart di website Anda berjalan normal? Apakah Anda
menyediakan layanan WA atau live chat untuk mendukung terjadinya pembelian?
Jika memang ‘kebocoran’ terjadi dalam proses pemesanan, Anda harus segera
menambalnya. Buat proses pemesanan hingga pembayaran menjadi semudah mungkin.
Biar bagaimanapun, user experience adalah hal yang sangat vital dalam proses
jual beli modern. Bukan hanya pembeli baru yang akan menikmati proses ini, tapi
perbaikan ini juga dapat membuat angka repeat order menjadi lebih baik lagi.
Media sosial telah menjadi salah satu strategi yang sangat diperhitungkan untuk mereka yang menggunakan digital campaign sebagai salah satu tool marketing. Dengan menggunakan media sosial, bukan hanya branding saja yang dapat dioptimalkan, tapi juga trafik ke website, promosi, dan juga penjualan.
Namun, salah satu kendala mengguanakan media sosial adalah pebisnis sering merasa kesulitan dalam menentukan indikator untuk mengukur tingkat kepuasan customer mereka lewat media sosial. Ada juga yang menyebut bahwa sulit sekali untuk menentukan indikator tersebut. Benarkah demikian? Bagaimana dengan Anda?
Apa saja Indikator untuk Mengukur Tingkat Kepuasan di Media Sosial?
Salah satu alasan mengapa indikator untuk mengukur kepuasan pelanggan ini diperlukan adalah untuk memastikan bahwa strategi media sosial yang kita lakukan selama ini memang efektif dalam mendongkrak kinerja brand dan promosi produk kita.
Fakta penting untuk digarisbawahi, kita tak bisa hanya menebak- nebak ekspektasi pelanggan seperti saat kita bertatap muka dan bertransaksi langsung. Maka dari itu, kita memerlukan indikator sebagai pengukur kepuasan pelanggan kita di media sosial. Indikator tersebut antara lain :
1. Pengukuran dari Segi Volume dan Topik
Salah satu cara termudah untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan di media sosial kita adalah dengan melakukan pengukuran dari segi volume dan topik. Kita dapat memperkirakan kepuasaan pelanggan tersebut melalui banyaknya pesan pribadi dan notifikasi yang kita terima dari halaman media sosial kita, serta respon yang mereka berikan terhadap konten yang kita posting, serta seberapa banyak keyword bisnis kita disebut dan dibicarakan oleh pengguna media sosial.
Bentuk follow up dari pengukuran ini adalah mengelompokkan respon dan pertanyaan yang sering diajukan oleh pengguna media sosial kita. Selanjutnya, susunlah FAQ (Frequently Asking Question) yang dapat Anda pasang di feed halaman media sosial (jika di Facebook bisa di-pin sebagai thread teratas) dan juga di website. Dengan begitu, pelanggan akan semakin mudah dalam mencerna informasi seputar bisnis Anda.
2. Indikator dari Waktu Respon
Indikator yang satu ini sedikit lebih rumit karena lebih detail. Anda perlu untuk mengukur waktu respon pertama saat customer mulai bertanya, baik itu melalui komentar atau pun inbox, kemudian waktu respon rata- rata dalam menjawab pertanyaan pelanggan, serta tingkat pengabaian respon pelanggan.
Dengan mengukut waktu respon, maka Anda dapat memperbaiki kualitas pelayanan bisnis melalui media sosial. Bila tingkat respon yang diberikan konsumen masih rendah, sedangkan tingkat pengabaiannya tinggi, berarti ada masalah komunikasi disini.
Masalah komunikasi yang tidak ditangani dengan baik akan membuat bisnis kita ditinggalkan oleh pelanggan di media sosial. Pelanggan merasa tidak happy dengan respon kita, atau mereka merasa tidak tertarik untuk mengetahui lebih lanjut.
Banyak dari pengguna medsos yang masuk jenis kategori konsumen ‘tidak sabar’ dan cenderung segera mencari pengganti jika mereka tidak segera ditangani. Jadi, pastikan waktu respon Anda di media sosial dilakukan secepat dan seefektif mungkin. Cara kita merespon mereka juga perlu dievaluasi untuk memastikan customer menerima apa yang kita sampaikan dengan senang hati.
3. Tingkat Sentimen pada Bisnis/ Produk Anda
Indikator berupa tingkat sentiment terhadap bisnis & produk Anda bisa dikategorikan sebagai salah satu point vital. Campaign media sosial untuk bisnis yang Anda jalankan tentu bisa berjalan dengan baik saat mendapatkan apresiasi dan reaksi positif di medsos.
Mulai lah untuk memperhatikan rating atau feedback yang diberikan oleh pelanggan terhadap produk dan pelayanan bisnis kita. Mana yang lebih dominan? Rating dan feedback positif atau negatif? Jika ditangani dengan serius, feedback ini dapat menjadi acuan untuk bisnis Anda berinovasi dan memperbaiki kekurangan.
Tingkat sentiment ini juga bisa dipengaruhi banyaknya pelanggan setia yang puas di media sosial. Mereka yang berada dalam kategori ini biasanya dapat mempengaruhi orang lain untuk percaya dan mencoba bisnis kita.
Dari kacamata kompetitor, tingkat sentiment juga perlu diukur untuk membandingkan apakah produk kita berhasil membuat kompetitor merasa tersaingi atau tidak. Saat kompetitor merasa tersaingi, merkea akan berupaya untuk mempertahankan eksistensi produknya dan mengembangkan strategi marketing mereka.
Ada dua parameter yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat sentiment ini, yaitu NPS (Net Promoter Score) dan CSI (Customer Satisfaction Index). Dengna dua indikator ini, maka kita dapat mengukut tingkat kepuasan pelanggan terhadpa bisnis kita.
Apa Untungnya Mengukur Tingkat Kepuasan Pelanggan di Media Sosial?
Sempat kami singgung di atas bahwa salah satu tujuan mengukur tingkat kepuasan pelanggan adalah untuk mengukur kinerja brand di media sosial, apakah efektif, atau ada banyak hal yang perlu ditingkatkan.
Saat pengkuran kepuasan pelanggan di media sosial ini dilakukan secara teratur, maka kita dapat menemukan langkah terbaik untuk berinovasi dan meningkatkan kepuasan pelanggan kita. Ada banyak goal baru yang bisa kita capai saat kepuasan pelanggan terpenuhi, yaitu
Meningkatkan jumlah pelanggan loyal
Meningkatkan repeat order
Meningkatkan jumlah pelanggan baru
Apakah pengukuran ini terlalu jauh untuk ukuran media sosial? Tidak! Kenyataannya, brand- brand besar pun tidak ada yang bisa mengabaikan the power of social media. Kini giliran Anda 😊
Untuk mengoptimalkan strategi marketing Anda, salah satu langkah penting yang harus dilakukan adalah menyesuaikan strategi Anda dengan jenis konsumen yang Anda bidik. Para pakar neuro-economic sendiri telah mendefinisikan tiga jenis pelanggan menjadi tightwads, spendthrifts, dan average spender. Yang perlu Anda lakukan adalah mengenali mereka dengan baik, kemudian menerapkan trik pemasaran yang tepat untuk ketiganya. Mari kita pelajari masing- masing kategori ini…
1. Tipe Pembeli “Tightwads” Customer bertipe Tightwad cenderung memilih untuk menghemat uang daripada membelanjakannya secara masih. Mereka adaalh orang yang jeli dalam anggaran dan perencana keuangan. Mereka mencoba menahan pengeluaran selama mereka bisa. Alasan mereka melakukan hal ini tidak selalu karena mereka kurang uang.
Terkadang, mereka melakukan hal ini untuk menyimpan uang mereka untuk membeli barang- barang yang langka (save for the best). Terkadang mereka juga menunggu harga sebuah produk yang diincarnya turun setelah hype nya berangsur- angsur mereda. Dengan alasan- alasan ini, mereka cenderung membelanjakan lebih sedikit dan menghemat lebih banyak dibandingkan dengan orang kebanyakan.
Trik Marketing untuk Tightwad Tidak mudah memang menjual ke tightwad sehingga Anda perlu memainkan game yang agak melelahkan. Tipe customer ini akan selalu menolak umpan marketing Anda saat harga yang ditawarkan masih belum sesuai dengan anggaran mereka.
Untuk menghadapinya, Anda perlu menggunakan data angka, bagan, atau grafik untuk menciptakan daya Tarik emosional mereka. Karena mereka bukan tipe customer yang suka dengan pemasaran yang basa- basi, maka Anda akan diminta untuk bersikap lebih lugas, jujur, dan tepat.
Selain itu, manfaatkan lah kalimat bermuatan emosi negatif dalam konten marketing Anda. Jangan sampaikan, “Anda berhak mendapatkan ini”, karena cenderung kurang lugas. Sebaliknya, Anda disarankan untuk menggunakan kalimat seperti ini : “Simpan lebih banyak di masa depan dengan berinvestasi di sini, sekarang juga!”
2. Tipe Pembeli “Spendthrifts”
Jenis pembeli ini adalah kebalikan dari jenis pertama tadi dan jumlahnya sebenarnya juga tidak banyak. Spendthrifts ini kebal terhadap penyesalan yang biasa dialami pembeli. Mereka mudah lapar mata dan kurang pintar dalam menghemat dibandingkan kebanyakan orang.
Bisa dibilang pembeli ini mengikuti motto bahwa uang ada untuk dibelanjakan, dan menghabiskan uang tidak perlu dipengaruhi oleh faktor pengendali seperti anggaran. Mereka benar- benar kelom[pl [embeli yang mudah didorong oleh emosional mereka sendiri.
Trik Marketing untuk Spendthrifts Tipe customer ini adalah kelompok customer termudah Anda, karena mereka biasanya tidak perlu banyak diyakinkan untuk melakukan pembelian. Meski begitu, tetap saja ada trik untuk mengoptimalkan jenis customer ini.
Anda bisa menggunakan iklan yang emosional. Bisa berupa video yang berisi banyak gambar yang menarik perhatian mereka. Manfaatkan lah psikologi marketing warna dengan cara yang atraktif untuk mereka. Setelah mereka tertarik untuk membeli produk Anda, kombinasikan dengan strategi up selling dan cross-selling yang telah Anda pelajari.
3. Tipe Pembeli “Average Spenders” Berbeda dengan Tightwads dan Spendthrifts yang berdiri dengan sisi berlawanan dalam pengaturan keuangan, Average Spenders adalah kategori pembeli yang berada di tengah- tengah kedua jenis pembeli tersebut.
Kebanyakan Average Spenders ini membeli barang yang menurut mereka masih rasional sebagai investasi yang baik, tapi sekaligus tidak menjadi resiko untuk keuangan mereka. Jadi, mereka masih dapat memanjakan diri mereka dalam hal belanja, tapi juga masih bisa berhemat dan mematuhi anggaran keuangan yang telah dibuat. Pengeluaran dan perilaku belanja tipe pembeli ini juga cenderung didorong oleh faktor emosional dan juga oleh analitik.
Trik Marketing untuk Average Spenders Average Spenders adalah basis pembeli terbesar di hampir semua jenis market. Jadi, sebaiknya Anda fokus ke target market ini. Anda dapat membuat strategi pemasaran yang menyentuh emosi mereka sekaligus data-driven. Misalnya saja Anda memberikan promosi dengan jaminan uang kembali, garansi seumur hidup, atau pengiriman gratis untuk menenangkan rasa takut mereka terhadap penyesalan membeli yang mungkin mereka alami nantinya. Hal ini bisa mendorong mereka untuk berbelanja tanpa rasa takut.
Ramadhan sebentar lagi. Bagaimana persiapan Anda dalam menyambut Ramadhan tahun ini? Sudah siapkah Anda untuk beribadah lebih baik lagi? Tentu saja harus siap, karena kita harus menjadi insan yang lebih baik dari tahun kemarin, bukan malah sebaliknya. Setuju ya??
Bicara soal Ramadhan, tentu saja akan ada pembahasan yang cukup menarik terkait bisnis online. Jika Anda pelaku bisnis online, tentu Anda sedang bersiap- siap untuk memanfaatkan moment ini sebaiknya- baiknya agar bias meraih profit maksimal. Hitung- hitung biar bisa bagi- bagi THR sebanyak- banyak ke saudara- saudara sekampung, ya? ^_^
Amati Perubahan Pola Perilaku Konsumen adalah Kunci Penting Pebisnis Online
Pertama- tama, untuk dapat meraup profilt maksimal memanfaatkan moment Ramadhan, tentu kita harus jeli dalam melihat peluang. Kita harus memahami setiap mulai masuk ke bulan Ramadhan, para konsumen ini mengalami perubahan pola perilaku yang berbeda dari bulan- bulan sebelumnya. Perubahan pola perilaku ini meliputi jenis produk yang ingin dibeli, perubahan sikap dalam berbelanja online, waktu berbelanja dan waktu berselancar di dunia maya.
Dengan memahami perubahan pola perilaku ini, kita akan masuk ke celah yang pas untuk membuat produk kita laris manis di moment yang tepat ini. Anda siap? Mari kita kupas tuntas bersama…
1. Di bulan Ramadhan Konsumen akan Lebih Royal dalam Berbelanja Idealnya sih bulan Ramadhan agar kita berhemat dan dapat merasakan penderitaan orang yang hidupnya lebih kurang beruntung dari kita. Namun fakta di lapangan berbeda dari seharusnya. Baik dalam urusan perut atau yang lainnya, masyarakat Indonesia justru relatif lebih boros dan royal membelanjakan uangnya di bulan Ramadhan. Bukan hanya dalam hal belanja makanan dan minuman saja, masyarakat Indonesia juga menjadi lebih konsumtif untuk pembelian barang- barang lainnya, khususnya produk fashion. Bahkan menurut sebuah study oleh perusahaan consumer, di Ramadhan tahun lalu ( 2015 ), jumlah pembelanjaan fashion online meningkat sebanyak 100% di Indonesia. Wooowww.. amazing bukan?
2. Konsumen Tidak Peka Terhadap Harga di Bulan Ramadhan Sekali lagi, masyarakat Indonesia ini luar biasa konsumtif di bulan Ramadhan. Jika di bulan biasa mereka bisa jadi hitung- hitungan dan banyak mikir soal harga, maka di bulan Ramadhan konsumen online akan cenderung mengabaikan harga dan memberikan banyak toleransi. Selain karena factor menerima THR ( Tunjangan Hari Raya ), rupanya masyarakat juga sudah menganggap harga di bulan Ramadhan ini normal- normal saja kalau lebih mahal. Jadi kalau sudah sreg dengan produk tertentu dan ingin beli, konsumen tidak akan berpikir dua kali lagi.
Sebagai pebisnis online, ini kesempatan emas untuk Anda. Bukan berarti Anda harus menaikkan harga, bukan… salah strategi namanya. Dengan trend mengabaikan harga seperti ini, produk Anda yang biasanya ditimang- timang karena cenderung agak mahal berpotensi laris manis. Konsumen Anda mungkin akan membeli produk Anda satu, dua atau tiga, berapa pun harganya. Jadi maksimalkan lah strategi penjualan Anda di bulan Ramadhan ini. Anda bisa mengadakan promo khusus, menyiapkan budget khusus beriklan atau rajin broadcast atau posting produk yang kerap menjadi favorit #pelanggan.
3. Waktu Berbelanja Konsumen Online Juga Mengalami Perubahan Mengingat di bulan Ramadhan, umat Muslim fokus menjalankan ibadah puasa dan Tarawih, maka pola aktifitas online masyarakat pun mengalami perubahan. Beberapa waktu yang potensial untuk konsumen berbelanja antara lain setelah sahur, menjelang maghrib dan setelah shalat Tarawih selesai. Waktu berbelanja ini akan kita bahas lebih lanjut di postingan di bawahnya ya 🙂
4. Menjelang Lebaran, Pembelian akan Semakin Tinggi Ketika bulan Ramadhan hampir berakhir, maka penjualan secara online akan semakin mengalami peningkatan. Kenapa hal ini bisa terjadi? Tentu saja karena masyarakat sudah menerima THR yang biasanya diberikan sekitar satu minggu atau dua minggu sebelum bulan Ramadhan berakhir.
5. Produk Kuliner, dan Fashion Muslim Waktunya Unjuk Gigi Daya tarik produk kuliner dan fashion, khususnya busana Muslim-Muslimah semakin menanjak di periode bulan Ramadhan ini. Tidak heran jika semakin mendekati lebaran, maka tingkat penjualan Anda semakin besar, karena kedua hal ini kerap dijadikan sebagai oleh- oleh atau perangkat wajb dalam rangka menyambut Lebaran.
Yang wajib diwaspadai adalah tenggat waktu. Para pebisnis online harus menyadari bahwa saking ramainya, kurir pun kerap kewalahan dalam mengirim pesanan konsumen. Berikan tenggat waktu maksimal pemesanan dan koordinasikan pada #kurir langganan kapan kira- kira terakhir mengirimkan paket atau apakah kurir mereka sudah overload. Hal ini wajib dilakukan agar konsumen Anda dapat menerima paket mereka tepat waktu ( sebelum Lebaran pastinya ) dan tidak kecewa. Kejadian tahun kemarin, kurang lebih H-5 sebelum lebaran, kurir JNE sudah tidak bisa menerima paket lagi karena overload, atau bisa menerima paket untuk pengiriman tertentu saja. Komunikasikan juga pada pelanggan bahwa pengiriman paket mungkin agak lebih lambat karena faktor overload tersebut.
6. Meski Konsumtif, Konsumen Online juga Tertarik pada Kegiatan Amal di Bulan Ramadhan Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah. Meskipun identik dengan perilaku konsumtif, bulan ini juga lah bulan dimana banyak konsumen online gemar beramal. Anda dapat menggunakan moment ini untuk promosi kepada konsumen Anda misalnya setiap pembelian dari pelanggan maka 10% dari pembelanjaan akan didonasikan kepada kaum yatim piatu dan duafa, dengan catatan minimal belanja Rp 100.000 atau sesuai ketentuan yang Anda buat. Tapi tentu saja tidak pakai acara tipu- tipu ya, jangan menggunakan kampanye ini untuk mendapatkan untung sebanyak- banyaknya padahal sebenarnya uangnya tidak Anda sumbangkan sesuai janji. Ingat, utamakanlah kejujuran dan etika dalam berbisnis.
Waktu yang Tepat Berpromosi di Bulan Ramadhan
Setelah menyusun strategi penjualan took online Anda di bulan Ramadhan, selanjutnya lakukan lah promosi online di waktu yang tepat untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Waktu yang tepat ini berkaitan dengan kapan sesungguhnya para konsumen online ini aktif mengakses internet atau social media seperti Facebook, Twitter dan Instagram di bulan Ramadhan. Di bulan penuh berkah ini, mayoritas orang di Indonesia akan mengakses internet pada jam- jam berikut ini : 03.00 – 05.00 WIB Periode menjelang sahur, selama sahur dan menjelang subuh banyak digunakan oleh netizen untuk mengakses internet. Meskipun relatif singkat, namun tempo ini cukup baik untuk para pebisnis online mempromosikan produk mereka.
12.00 – 13.00 WIB Di waktu puasa, kebanyakan netizen akan mengalokasikan seluruh waktunya yang biasa untuk makan siang menjadi waktu yang digunakan untuk mengakses internet secara optimal.
16.30 – 18.30 WIB Ada sebagian kantor yang memiliki jam kerja berakhir lebih awal di bulan puasa, sehingga rata- rata pada pukul 16.30, orang- orang sudah selesai dengan pekerjaan mereka dan akan menghabiskan waktu mereka untuk menunggu waktu berbuka puasa, salah satunya dengan mengakses internet. Jumlah orang yang mengakses internet akan semakin menurun seiring dengan waktu Isya dan shalat Tarawih tiba.
21.00 – 23.00 WIB Periode ini bisa dibilang prime time nya bulan Ramadhan. Karena di jam- jam ini netizen Muslim sudah selesai melakukan ibadah shalat tarawih dan mereka banyak menggunakan waktu ini untuk kembali mengakses internet sampai menjelang tidur.
Perhatikan Juga Waktu yang Tepat Terkait Produk yang Anda Tawarkan
Bukan hanya jam promosi yang perlu menjadi perhatian Anda, jenis produk pun perlu menjadi focus Anda dalam bulan penuh berkah ini : 10 Hari Pertama : Di periode pertama, konsumen online masih focus menjalankan ibadah mereka. Di periode ini, produk yang tepat untuk digencarkan promosinya adalah produk yang berkaitan dengan ibadah, seperti buku agama Islam, Al Qur’an Digital dan sejenisnya.
10 Hari Kedua : Konsumen akan mulai melakukan aktifitas buka bersama. Ini adalah waktu yang sempurna untuk pengusaha kuliner semakin aktif dalam mempromosikan produknya. Mungkin Anda bisa membuka harga khusus untuk paket buka bersama misalnya. Selain itu, para online shoppers juga mulai melirik produk fashion untuk persiapan menjelang lebaran mereka.
10 Hari Terakhir : Di periode ini adalah waktu dimana perusahaan sudah mengeluarkan Tunjangan Hari Raya ( THR ) dan konsumen sudah siap- siap untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri. Berbagai macam produk yag mereka cari antara lain fashion, kue lebaran, parcel, gadget dan berbagai produk yang mendukung persiapan lebaran mereka. Memanfaatkan moment ini dengan tepat akan membantu Anda meraih omset yang optimal untuk toko online Anda.
Jadi, apa persiapan bisnis online Anda untuk bulan Ramadhan kali ini? Semoga artikel ini bermanfaat untuk Anda. Terimakasih sudah membaca 🙂