10 Alasan Mengapa Karyawan Terbaik Resign/ Mengundurkan Diri

10 Alasan Mengapa Karyawan Terbaik Resign/ Mengundurkan Diri

Saat Anda menjadi pengusaha, Anda bukan hanya melulu berhadapan dengan strategi bisnis, dan keuangan perusahaan. Satu hal lain yang pasti akan Anda hadapi adalah menyangkut SDM (Sumber Daya Manusia) atau karyawan.

Karyawan mengundurkan diri dari perusahaan merupakan sebuah hal yang lumrah. Bahkan karyawan terbaik yang paling bisa kita andalkan. Hal ini bisa terjadi dimana saja, bahkan perusahaan paling difavoritkan banyak orang sekalipun.

Alasan Karyawan Terbaik Resign

Yang namanya karyawan terbaik, tentu Anda berharap agar karyawan tersebut menikmati karir di perusahaan Anda dalam jangka waktu yang lama. Meski begitu, ini adalah hal yang tak bisa dihindari.

Yang menjadi pertanyaan, apa saja yang membuat karyawan terbaik resign alias mengundurkan diri dari perusahaan? Berikut ini adalah beberapa alasan yang sering membuat karyawan terbaik mengundurkan diri dari perusahaan :

1. Rutinitas Kerja Membosankan

Tak ada lagi tantangan dalam pekerjaan yang digelutinya adalah salah satu alasan utama mengapa seorang karyawan terbaik mengundurkan diri dari perusahaan. Pada titik ini karyawan merasa sudah jenuh dengan rutinitas kerja yang dilakukannya. Secara perlahan, semangat kerja karyawan pun menjadi menurun.

Tips :
Sebagai pemilik bisnis, Anda harus jeli melihat situasi ini. Jika tanda- tandanya sudah terlihat, cobalah melakukan inovasi untuk menciptakan suasana baru untuk karyawan. Misalnya saja dengan melakukan perubahan posisi karyawan, memberikan reward tertentu, mengajak karyawan piknik, dan hal lainnya.

2. Tidak Mendapatkan Kesempatan untuk Berkembang

Karyawan terbaik juga bisa mengundurkan diri saat ia sadar tak ada ruang untuknya berkembang di perusahaan. Di satu sisi perusahaan menuntut agar target- target perusahaan tercapai dengan berbagai cara. Namun di sisi lain, tekanan yang diberikan tidak sebanding dengan kesempatan untuk mendapatkan lebih banyak ilmu dan pengalaman baru.

Tips :
Karyawan perlu diberi pembekalan yang cukup agar bisa melakukan pekerjaannya dengan baik. Perusahaan mungkin bisa melakukan training keahlian secara berkala, diskusi untuk mendengarkan keinginan karyawan, mengirim karyawan untuk seminar atau pelatihan.

Bukan hanya sebagai metode pengembangan diri, namun karyawan juga mendapatkan ilmu yang bisa ia terapkan di pekerjaannya.

3. Jenjang Karir Tidak Jelas

Hak karyawan bukan hanya mendapatkan gaji dan tunjangan karyawan saja. Karyawan juga berhak menikmati jenjang karir jika kinerjanya dirasa cukup membantu perusahaan untuk berkembang.

Tidak adanya jenjang karir di perusahaan bukan saja menghambat karyawan terbaik untuk maju, namun juga membuat mereka mudah terjebak rasa jenuh karena tidak yakin karirnya akan mengalami peningkatan saat bekerja di perusahaan Anda.

Tips :

Kenaikan jabatan tidak harus sesuatu yang terdengar wah. Coba perhatikan kembali struktur organisasi di perusahaan Anda. Cobalah untuk menyusun struktur organisasi yang memungkinkan setiap karyawan terbaik untuk naik posisi dan mengembangkan dirinya menjadi lebih baik lagi.

Tentu saja Anda perlu membuat syarat dan ketentuan terhadap kenaikan jabatan setiap karyawan di perusahaan Anda.

4. Konflik di Tempat Kerja

Konflik sebenarnya hal yang lumrah terjadi di perusahaan. Meski begitu, bukan lantas Anda hanya mendiamkannya dan tidak melakukan tindakan apapun. Konflik kecil yang diabaikan seringkali menjadi besar dan membuat atmosfer bekerja di perusahaan menjadi tidak nyaman. Alhasil, banyak karyawan yang keluar masuk dan membuat performa perusahaan menjadi tidak stabil.

Tips :

Melalui setiap kepala divisi, pimpinan harus mengetahui konflik apa saja yang terjadi di perusahaannya. Masih dalam taraf normal kah atau akan memberi dampak untuk kenyamanan karyawan dan performa perusahaan dalam jangka panjang.

Setiap konflik harus terselesaikan melalui mediasi antar karyawan atau dengan turut campur kepala divisi. Jika konflik terjadi karena urusan pekerjaan, akan lebih baik dikonfirmasi agar hal serupa tidak terjadi lagi.

Namun jika konflik dilatarbelakangi urusan pribadi, maka harus diselesaikan di luar kantor. Usahakan agar konflik tidak menyebar di kantor dan membuat karyawan lain ikut campur dalam konflik yang terjadi.

5. Lingkungan Kantor Kurang Kondusif

Kondusif dalam perusahaan bisa mempunyai definisi yang sangat luas. Hal ini bisa terkait dengan kebiasaan, keyakinan, tempat, keamanan lingkungan, akses, dan lain sebagainya.

Misalnya saja jika di perusahaan ada larangan untuk menggunakan hijab, sementara sebagian besar dari karyawan beragama Muslim. Tentu hal ini bisa menjadi issue sensitif yang mendorong karyawan untuk mengundurkan diri.

Contoh lain adalah lokasi perusahaan yang berada di tengah- tengah kebisingan sehingga membuat karyawan sulit untuk berkosentrasi dalam pekerjaan.

Tips :

Cobalah siasati hal- hal yang menyebabkan lingkungan bekerja kurang kondusif. Misalnya saja terkait penggunaan hijab, mungkin perusahaan bisa lebih toleran mengingat mayoritas agama di Negara kita adalah Muslim.

Atau jika ada posisi tertentu yang memang diharuskan tidak boleh memakai jilbab, frontliner misalnya, mungkin perusahaan bisa merekrut karyawan yang non-Muslim untuk mengisi pos tersebut.

6. Kurang Mendapatkan Apresiasi

Seorang pemimpin harus tahu kapan karyawannya layak untuk diperhatikan dan mendapatkan apresiasi. Apresiasi bisa diberikan sebagai wujud kepedulian perusahaan terhadap kinerja karyawan.

Tips :
Jangan sungkan untuk memberikan apresiasi pada karyawan. Tidak harus sesuatu yang wah dan bernilai mahal. Misalnya saja berikan pujian atas kinerjanya yang selalu tepat waktu dan rapi.

Selain apreasiasi, berikan juga karyawan kritik yang membangun. Dengan begitu mereka akan mengerti mana yang harus dipertahankan dan mana yang perlu diperbaiki.

7. Kebijakan Perusahaan Tidak Konsisten

Konsistensi kebijakan perusahaan akan mempengaruhi kenyamanan bekerja para karyawannya. Jika kebijakan perusahaan Anda sering berubah- ubah, bersiap- siaplah dengan karyawan yang terus keluar masuk di perusahaan.

Alasannya, karyawan merasa dikhianati dengan janji dan peraturan perusahaan. Saat kebijakan berubah, secara otomatis kebijakan terdahulu dari perusahaan sudah tidak berlaku lagi.

Tips :
Di saat tertentu, misalnya saat berganti pimpinan, perusahaan memang perlu untuk meng-update kebijakannya agar relevan dengan situasi perusahaan terkini. Kebijakan baru ini harus dibuat berdasarkan kesejahteraan karyawannya.

Saat meng-update kebijakan perusahaan, cobalah untuk musyawarah dengan kepala divisi atau perwakilan karyawan. Pastikan ini tidak asal dilakukan.

8. Kesempatan Berkarir di Tempat Lain yang Lebih Baik

Alasan selanjutnya mengapa karyawan terbaik mengundurkan diri adalah karena adanya kesempatan yang lebih baik di tempat lain. Bisa jadi, ini adalah kesempatan yang memang sudah sangat diidam- idamkan.

Tips :

Suka tidak suka, ini adalah alasan resign yang paling tidak bisa dikendalikan oleh perusahaan. Jika memang karyawan merasa ia ingin menjajaki kesempatan yang lebih baik di perusahaan lain, sebaiknya pimpinan tidak perlu terlalu mempermasalahkannya.

9. Faktor Keluarga

Keluarga adalah prioritas utama dari kebanyakan orang. Karena bahkan karyawan terbaik adalah manusia biasa, tentu mempriotaskan keluarga adalah hal yang lumrah.

Tips :
Faktanya, pimpinan perusahaan tidak bisa mencampuri urusan keluarga karyawannya. Jadi saat karyawan terbaik Anda resign karena faktor keluarga, mau tidak mau Anda harus merelakannya. Mungkin ini saat yang tepat untuk tongkat estafet karyawan terbaik berpindah ke karyawan lainnya.

10. Memulai Usaha Sendiri

Sangat logis jika setiap karyawan tidak ingin selamanya bekerja di perusahaan Anda. Bisa jadi, mereka mempunyai mimpi untuk membuka bisnis mereka sendiri. Dengan memulai bisnis sendiri, mereka mempunyai harapan untuk mendapatkan tantangan dan penghasilan yang lebih besar dari yang mereka dapatkan di perusahaan Anda saat ini.

Tips :
Lagi- lagi, ini adalah alasan yang tidak bisa dikendalikan oleh perusahaan. Tidak perlu berkecil hati, yang perlu Anda lakukan adalah memberikan ucapan selamat kepada karyawan terbaik Anda. Anda mungkin telah menjadi salah satu orang yang membantunya untuk berkembang dan menjadikannya manusia yang lebih hebat hingga akhirnya ia punya keberanian untuk resign demi berwirausaha sendiri.

Resign Demi Fokus ke Bisnis Online dan Startup? Pertimbangkan Dulu Hal Ini?

Jika sudah menghasilkan ‘ikan paus’ secara rutin dari bisnis online, memang sudah sewajarnya jika kita ingin fokus beternak ‘ikan paus’ dan mundur dari pekerjaan kita di perusahaan swasta/ negeri. Apalagi di #socialmedia seperti Facebook banyak teman- teman Anda yang membuat status yang membuat Anda merasa panas dingin dengan sliweran ‘Udah resign ajaaa………’. Resign nya sih memang enak, tapi sudahkah Anda benar- benar mempersiapkan diri dengan matang?

Bisa dibilang, Indonesia adalah surganya bisnis online. Bagaimana tidak… dengan jumlah penduduknya yang luar biasa dan kultur masyarakat yang konsumtif, Indonesia menyimpan potensi yang gila untuk membuat setiap bisnis online dan startup mudah laris manis. Meskipun startup baru kerap muncul setiap bulannya, startup lama pun tetap unjuk gigi dan persaingan berjalan dengan sangat kompetitif.

Kini, hampir setiap online marketer ingin mendirikan startup dan resign dari pekerjaan mereka. Tentu saja ini sangat positif dan sah- sah saja. Tapi… tentu ada beberapa hal yang wajib menjadi pertimbangan. Mengapa? Karena mendirikan startup atau bisnis lainnya selalu ada ups and down. Tidak sama dengan menjadi karyawan yang selalu mendapat gaji bulanan dan THR tahunan. Menjadi pengusaha, selain Anda siap dengan ikan paus Anda harus waspada juga bila terhadap resiko untuk mendapatkan ikan teri. That’s entrepreneur life.

 

Pertimbangkan 3 Hal Ini Sebelum Anda Mantap Resign untuk Bisnis Online dan Startup

Sudah mantap untuk resign demi memaksimalkan bisnis online atau mendirikan startup baru? #Resign atau memulai bisnis, keduanya membutuhkan persiapan. Baik lah, setidaknya ada 3 hal yang wajib menjadi perhatian Anda kali ini :

1. Anda Memiliki Model Bisnis yang Jelas dan Siap Bersaing
Meskipun di atas tadi sempat Saya singgung bahwa Indonesia itu surga, bukan berarti Anda akan kebagian enak terus dalam berbisnis.  Jika ingin lebih sering enak dan nyaman, tentu persiapannya harus matang. Salah satunya adalah dengan memiliki model bisnis yang jelas. Startup atau bisnis Anda harus memiliki konsep yang bisa terus berkembang dan terus berjalan di segala kondisi. Anda harus dapat memahami kemauan pasar dan mempunyai pengalaman dalam menjangkau pasar Anda sehingga meskipun persaingan semakin ketat, Anda tidak tenggelam begitu saja. Bagaimana cara mendapatkan pengalaman tersebut? Tentu saja karena Anda sudah sempat menjajaki bidang yang ingin Anda tekun itu dalam kurun waktu tertentu. Jadi, tentu saja tidak asal resign, kan?

3. Anda Memiliki Produk yang Siap Bersaing
Jika sudah memiliki konsep bisnis yang matang, maka pastikan produk Anda juga siap. Siap disini berarti Anda sudah pernah menguji produk Anda ke pasar dan produk Anda mendapatkan respon yang baik dari pasar. Produk Anda harus berkualitas, bermanfaat untuk konsumen, siap bersaing dan inovatif. Percaya lah, di bisnis online, Anda tidak sedang sendirian. Produk Anda, apa pun jenisnya, pasti memiliki ‘teman’. Untuk dapat eksis dalam jangka waktu yang lama, Anda harus lebih unggul dari ‘teman’ Anda. Sebagai catatan, jika menyangkut soal kualitas, sebenarnya bukan hanya produk saja ya, tapi juga Anda harus memiliki layanan yang prima untuk konsumen.

4. Temukan Partner untuk Tumbuh Bersama
Mengapa harus sendiri kalau bersama- sama akan menjadi lebih mantap dan menjadi lebih hebat? Temukan lah partner yang dapat membantu Anda mengembangkan #startup Anda. Tidak mudah memang menemukan partner ahli yang sejalan, tapi dengan melakukan riset dan membuka diri, Anda pasti akan menemukan partner untuk menjadikan bisnis online atau startup Anda menjadi lebih sensasional.

Beberapa keuntungan ketika Anda menemukan partner ahli antara lain dapat menyusun rencana untuk mengembangkan startup, menggabungkan variasi ide, mengeksekusi sesuai keahlian masing- masing dan juga ada teman untuk menanggung resiko bersama. Karena akan ada hal yang akan kalian bagi bersama, maka teliti dan sabar lah untuk mencari partner bisnis ini.

4. Persiapkan Tabungan Resiko
Siapa sih yang berani menjamin mendirikan startup dan fokus di bisnis akan selalu untung? Pengusaha yang sudah berpengalaman pun menyadari bahwa kerugian adalah bagian dari permainan. Maka dari itu, sebelum Anda resign, pastikan Anda sudah memikirkan hal ini dan juga sudah menyiapkan tabungan resiko jika saja bisnis Anda tidak berjalan sesuai rencana. Lho, belum apa- apa kok sudah pesimis? Mempersiapkan resiko tidak ada hubungannya dengan pesimis sama sekali. Resiko adalah bagian dari hidup yang wajib kita persiapkan. Khususnya jika Anda sudah berkeluarga, tentu saja Anda harus memikirkan tentang resiko ini lebih serius lagi karena ada pertanggungjawaban ekstra. Tabungan resiko ini juga dapat Anda gunakan untuk cadangan membiayai startup Anda jika membutuhkan dana tambahan tanpa harus terjebak pada hutang dengan bunga yang tinggi.

Bagaimana? Anda sudah mempertimbangkan 4 point di atas dengan seksama? Jika Anda sudah siap dan mantap, ayo resign sekarang juga!