Jika saat ini Anda sedang menjajaki investasi di pasar modal, maka penting sekali untuk mengenali Bullish dan Bearish. Kedua istilah ini sempat mencuat dalam perbincangan tren pasar modal. Memahami keduanya juga akan berperan penting untuk investor memaksimalkan potensi investasi di pasar modal.
Bullish dan bearish adalah dua istilah yang sering digunakan dalam analisis pasar keuangan, khususnya pasar saham. Istilah ini menggambarkan sentimen dan ekspektasi investor terhadap pasar. Di artikel ini, Panda akan mengulas keduanya dengan lebih lengkap.
Arti dari Bullish adalah…
Kedua istilah bullish dan bearish sendiri berasal dari Bahasa Inggris. Secara garis besar, istilah ini menggambarkan bagaimana kinerja pasar saham secara umum. Apakah nilai dari saham sedang terapresiasi (naik) atau justru terdepresiasi (turun).
Bullish berasal dari kata bull yang dalam bahasa Inggris berarti banteng jantan. Istilah ini melambangkan sifat banteng yang selalu menyerang ke atas dengan tanduknya. Oleh karena itu, bullish merujuk pada kondisi pasar yang optimis dimana harga aset cenderung naik.
Pasar saham sendiri cenderung berada di kondisi bullish saat situasi ekonomi sedang berjalan baik. Tren bullish ditandai dengan adanya kenaikan harga saham berkesinambungan. Hal ini biasanya berkaitan dengan tingginya permintaan atas saham, sehingga berpotensi mendorong kenaikan harga. Para investor cenderung percaya bahwa tren ini kemungkinan akan berlanjut dalam jangka panjang.
Arti Bearish adalah…
Berbeda dengan Bullish, bearish berasal dari kata ‘bear’ yang berarti beruang. Beruang dikenal dengan gerakan mengayunkan cakarnya ke bawah saat menyerang. Karena itu, bearish merujuk pada kondisi pasar yang pesimis dimana harga aset cenderung turun.
Dalam konteks keuangan, bearish adalah kondisi pasar saham dimana grafik menunjukkan tren menukik ke bawah atau melemahnya tren pasar. Tren Bearish menggambarkan bahwa sedang ada aksi jual dalam volume besar.
Intinya, bullish mencerminkan sentimen optimistis investor, sedangkan bearish merefleksikan sentimen pesimistis investor. Selain itu, bullish dan bearish juga tidak hanya menggambarkan kondisi pasar modal semata. Melainkan juga memberi gambaran kondisi perekonomian sebuah negara, bahkan kondisi ekonomi secara global.
Ciri-Ciri Tren Pasar Bullish
Pasar bullish ditandai dengan beberapa ciri khas berikut ini:
1. Harga Saham Cenderung Naik
Ketika pasar sedang bullish, harga saham cenderung mengalami kenaikan. Mengapa? Karena saat pasar optimis, permintaan saham akan meningkat sehingga harga pun ikut terdorong naik oleh permintaan yang besar. Tidak jarang kenaikan harga saham mencapai dua digit ketika sedang bullish.
2. Investor Optimis
Sentimen pasar bullish membuat investor merasa optimis soal prospek investasi saham. Mereka yakin bahwa kondisi ekonomi bagus, profitabilitas perusahaan baik, sehingga harga saham layak dibeli. Selain itu, investor percaya bahwa harga saham masih akan terus naik ke depannya.
3. IHSG Meningkat
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sering kali menjadi indikator utama kondisi pasar saham Indonesia. Ketika IHSG menunjukkan tren kenaikan atau bahkan mencetak rekor tertinggi baru, ini mengindikasikan pasar sedang bullish.
4. Volume Perdagangan Tinggi
Volume perdagangan saham yang tinggi juga menjadi ciri pasar bullish. Hal ini menunjukkan banyak investor yang aktif bertransaksi karena terdorong optimisme. Semakin ramai perdagangan saham, semakin tinggi pula volume perdagangannya.
Ciri-Ciri Tren Pasar Bearish
Pasar bearish ditandai dengan beberapa ciri-ciri berikut:
1. Harga Saham Cenderung Turun
Dalam pasar bearish, harga saham mayoritas perusahaan tercatat mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya. Penurunan harga saham terjadi karena permintaan lebih rendah daripada penawaran saham di pasar.
2. Investor Pesimis
Sentimen investor cenderung negatif dan pesimis tentang prospek pasar dan kondisi ekonomi ke depan. Investor enggan membeli saham baru atau menambah posisi saham yang dimiliki.
3. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Menurun
IHSG sebagai indeks pasar saham menunjukkan tren penurunan dalam jangka waktu tertentu. Penurunan IHSG mencerminkan pelemahan secara keseluruhan di pasar saham.
4. Volume Perdagangan Rendah
Jumlah saham yang diperdagangkan setiap harinya cenderung lebih sedikit. Volume perdagangan yang rendah mengindikasikan kurangnya minat investor untuk bertransaksi saham.
Ciri-ciri di atas menunjukkan sentimen negatif dan minat berkurang dari para investor di pasar modal. Kondisi ini disebut sebagai pasar bearish atau pasar yang cenderung menurun.
Penyebab Pasar Bullish
Kondisi perekonomian yang membaik merupakan salah satu faktor utama yang mendorong pasar saham memasuki tren bullish. Misalnya, tingkat pengangguran dan inflasi yang rendah menandakan sentimen konsumen yang positif dan daya beli yang tinggi. Hal ini dapat memicu lonjakan pendapatan dan laba emiten sehingga harga sahamnya naik.
Laporan keuangan emiten yang positif juga menjadi pemicu pasar bullish. Jika kinerja keuangan emiten melampaui ekspektasi analis dan investor, maka harga sahamnya pun cenderung naik karena dinilai prospektif. Di samping itu, dividen yang tinggi atau aksi korporasi seperti stock split juga kerap menjadi katalis sentimen bullish.
Terkadang, pasar bullish didorong euforia berlebihan (irrational exuberance) di kalangan investor. Ketika sentimen pasar terlalu optimistis, para investor cenderung mengabaikan valuasi yang wajar dan mengangkat harga saham melampaui nilai fundamentalnya.
Selain itu, kebijakan pemerintah yang mendukung iklim investasi dan pasar modal juga dapat menciptakan sentimen bullish. Misalnya, deregulasi investasi asing, insentif pajak, stimulus fiskal, dan relaksasi peraturan. Hal ini membuat investor lebih tertarik menanamkan modal di pasar saham domestik.
Penyebab Pasar Bearish
Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan pasar saham memasuki tren bearish:
1. Kondisi ekonomi memburuk
Salah satu penyebab utama pasar bearish adalah memburuknya kondisi perekonomian suatu negara. Misalnya pertumbuhan ekonomi yang melambat, tingkat pengangguran yang tinggi, inflasi yang meningkat, atau defisit perdagangan yang membesar. Hal ini akan berdampak negatif terhadap perusahaan-perusahaan secara keseluruhan.
2. Laporan keuangan emiten jelek
Laporan keuangan emiten yang buruk juga dapat memicu pasar bearish. Jika banyak perusahaan mengeluarkan laporan keuangan dengan laba yang menurun tajam atau merugi, maka investor akan khawatir dan cenderung menjual saham mereka.
3. Ketakutan berlebih
Kadangkala pasar bearish timbul karena faktor psikologis yaitu ketakutan berlebih. Walaupun kondisi ekonomi relatif stabil, namun sentimen negatif yang berlebihan dapat memicu aksi jual.
4. Kebijakan pemerintah tidak mendukung
Kebijakan atau peraturan pemerintah tertentu juga bisa memicu pasar bearish, misalnya kenaikan pajak yang signifikan bagi perusahaan atau investor, atau kebijakan yang membatasi aktivitas ekonomi dan investasi. Hal ini membuat pelaku pasar menjadi pesimistis.
Apa yang Harus Investor Lakukan untuk Menghadapi Tren Bullish?
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan trader saat pasar sedang bullish:
1. Buy and Hold
Strategi yang paling sederhana dalkam menghadapi bullish adalah buy and hold. Saat pasar sedang bullish, harga akan cenderung naik dalam jangka panjang. Oleh karena itu, strategi yang paling sederhana adalah membeli saham yang bagus seperti saham blue chip, lalu menahannya dalam jangka panjang.
Investor tidak perlu melakukan banyak aksi jual-beli. Cukup beli saham berkualitas kemudian tahan. Dengan sendirinya harga saham akan meningkat seiring tren bullish pasar.
2. Rata-rata Ke Bawah (Averaging Down)
Strategi lainnya adalah rata-rata ke bawah atau averaging down. Artinya, jika harga saham yang sudah dibeli mengalami penurunan, investor bisa menambah posisinya. Dengan begitu, harga rata-rata pembelian menjadi lebih murah.
Saat harga nanti kembali naik, keuntungan yang didapatkan akan lebih besar. Strategi ini bisa dilakukan selama yakin bahwa pasar sedang bullish sehingga penurunan harga bersifat sementara.
3. Call Option
Strategi lainnya adalah dengan membeli call option. Call option adalah kontrak untuk membeli saham di masa depan pada harga yang sudah ditentukan. Saat pasar bullish, harga saham cenderung terus naik.
Oleh karena itu, strategi membeli call option bisa menghasilkan keuntungan besar. Investor hanya perlu membayar premi call option yang relatif kecil untuk kemudian membeli saham di masa depan pada harga lebih murah dari harga pasar saat itu.
Strategi Menghadapi Kondisi Bearish
Saat pasar dalam kondisi bearish atau turun, ada beberapa strategi yang bisa investor terapkan :
1. Short Selling
Short selling adalah strategi jual dulu baru beli. Caranya adalah meminjam saham dari broker, kemudian menjualnya. Setelah harganya turun, baru membeli kembali saham tersebut dengan harga lebih murah untuk mengembalikan ke broker. Selisih harga jual dan beli dapat menjadi keuntungan investor.
2. Put Option
Put option adalah kontrak opsi yang memberi hak untuk menjual aset pada harga tertentu. Investor membeli put option jika memperkirakan harga akan turun. Jika harga jatuh di bawah harga strike, put option bisa dieksekusi untuk mendapatkan keuntungan.
3. Take Profit
Take profit adalah menutup posisi investasi untuk mengunci keuntungan. Hal ini penting dilakukan pada saat pasar bearish agar tidak terjebak dalam kerugian. Investor harus menetapkan target take profit yang realistis sebelum membuka posisi.
Kesimpulan
Pada umumnya, bullish menggambarkan suasana pasar yang optimis dan harga aset cenderung naik. Bullish terjadi ketika harga saham atau aset lainnya naik secara signifikan dalam jangka waktu tertentu.
Sebaliknya, bearish menggambarkan suasana pasar yang pesimis dan harga aset cenderung turun. Bearish terjadi ketika harga saham atau aset lainnya turun secara signifikan dalam jangka waktu tertentu.
Penting bagi investor untuk memahami indikator teknikal bullish bearish dan menyesuaikan strategi investasi mereka dengan kondisi pasar saat ini. Investor juga membutuhkan analisis fundamental untuk melihat gambaran besar perekonomian. Dengan begitu, para investor dapat memaksimalkan keuntungan mengikuti tren di pasar modal, serta menghindari kerugian karena asal beli dan jual tanpa perhitungan yang matang.
Jika bicara tentang investasi yang minim resiko dan cocok untuk pemula, reksadana adalah salah satunya. Berbeda dengan saham yang cenderung memberi return tinggi tapi sekaligus resiko lebih tinggi, reksa dana memang memberi return yang cenderung lebih rendah tapi terbilang stabil.
Dengan pertimbangan ini lah, reksa dana menjadi pilihan investasi favorit banyak orang. Terutama untuk pemula, reksadana juga menjadi pilihan investasi untuk mengasah jam terbang. Apakah kamu tertarik untuk mempelajari reksa dana lebih lanjut? Kali ini Panda akan menjadi sahabat baik yang mengulas jenis investasi ini secara lengkap.
Pengertian Reksadana
Dalam dunia investasi, reksadana adalah sebuah instrumen yang telah menjadi pilihan utama bagi banyak investor. Bukan tanpa alasan, selain bisa memulai dengan modal yang kecil, jenis investasi ini juga cenderung minim resiko daripada saham.
Reksadana adalah suatu bentuk investasi kolektif yang berhasil mengumpulkan dana dari berbagai investor, dan dikelola oleh para manajer investasi. Konsep dasar dari reksa dana adalah menciptakan peluang bagi individu dengan modal terbatas untuk dapat memiliki dan mengelola portofolio investasi yang terdiversifikasi secara efektif. Mulai dari saham, obligasi, serta produk keuangan dan investasi lainnya.
Terkait dengan pengertian reksadana ini, ada tiga hal yang dapat kita cermati, yaitu :
Pertama : ada dana individu yang dikelola.
Kedua : ada dana yang diinvestasikan dalam portofolio efek.
Ketiga : ada manajer investasi yang mengelola dana- dana tersebut dengan cerdik.
Jenis-Jenis Reksadana
Untuk berinvestasi dengan tepat, penting sekali untuk memahami jenis- jenis reksadana sejak awal. Pasalnya, setiap jenis memiliki karakteristik unik dan tujuan investasi yang berbeda.
1. Reksadana Saham (Equity Funds)
Produk reksa dana saham adalah pilihan bagi mereka yang ingin meraih potensi keuntungan tinggi melalui investasi pada saham perusahaan. Meskipun cenderung memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi, instrumen saham dapat menjadi pilihan tepat untuk investor yang bersedia mengambil risiko demi pertumbuhan modal yang maksimal.
Dalam instrumen ini, manajer investasi akan menginvestasikan sekurang- kurangnya 80 persen ke dalam bentuk efek bersifat ekuitas. Kendati resikonya tinggi, imbal hasil dari jenis reksa dana ini juga lebih tinggi dari reksa dana pasar uang dan pendapatan tetap.
Pilihan ini cocok untuk investor yang mengincar pertumbuhan harga saham atau unit dalam jangka panjang.
2. Reksadana Obligasi/ Pendapatan Tetap (Fixed Income Fund)
Jika kamu mencari investasi dengan tingkat risiko yang lebih rendah, instrumen obligasi adalah opsi yang menarik. Dengan fokus pada obligasi dan instrumen pasar uang, reksadana ini memberikan pendapatan tetap dan keamanan investasi yang sebagian besar investor konservatif inginkan.
Dalam instrumen ini, manajer investasi akan menginvestasikan minimal 80 persen ke dalam bentuk efek utang atau obligasi. Tujuan dari investasi ini adalah menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil. Instrumen ini memiliki risiko lebih rendah dari reksadana saham, tapi lebih tinggi daripada reksadana pasar uang.
3. Reksadana Pasar Uang (Money Market Funds)
Reksa dana Pasar Uang merupakan jenis reksadana yang penempatan dananya ada di instrumen pasar uang dan efek bersifat yang terbit dalam jangka waktu kurang dari satu tahun.
Berbeda dengan dua jenis sebelumnya, reksadana ini menempatkan dana dalam instrumen pasar uang yang cenderung memiliki tingkat risiko yang sangat rendah. Bersamaan dengan itu, imbal balik dari jenis investasi ini juga tergolong lebih kecil dari yang lainnya.
Instrumen ini paling cocok untuk investor yang mencari keamanan dan likuiditas tinggi dan mengincar pemeliharaan dana dalam jangka pendek. Contoh dari reksadana pasar uang antara lain deposito berjangka, Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU).
4. Reksadana Campuran (Discretionary Funds)
Sesuai dengan namanya, reksadana campuran adalah investasi reksadana yang mengalokasikan dana investastor dalam efek yang bersifat utang dan ekuitas. Artinya, reksadana ini memuat kombinasi antara instrumen saham dan obligasi dalam portofolio investasinya.
Untuk investor yang menginginkan keseimbangan antara pertumbuhan dan keamanan, reksadana campuran adalah solusi ideal. Portofolio gabungan antara saham dan obligasi memberikan diversifikasi yang seimbang, meminimalkan risiko sambil tetap memberikan potensi keuntungan.
Keuntungan dan Kelemahan Investasi Reksadana
Investasi dalam reksadana merupakan langkah cerdas untuk mengelola keuangan. Namun seperti halnya setiap jenis investasi, ada keuntungan dan kelemahan yang perlu dipertimbangkan dengan cermat.
Keuntungan Investasi Reksadana
1. Diversifikasi Efektif
Reksadana memungkinkan investor memiliki sebagian kecil dari berbagai instrumen investasi. Diversifikasi efektif ini membantu mengurangi risiko dan memberikan eksposur pada berbagai kelas aset.
2. Manajemen Profesional
Dana di dalam reksadana dikelola oleh para ahli profesional atau manajer investasi, yang memiliki pengetahuan mendalam tentang pasar keuangan. Keberadaan manajer investasi membantu mengoptimalkan kinerja portofolio dengan efektif.
3. Likuiditas Tinggi
Reksa dana diperdagangkan di pasar sekunder. Hal ini memungkinkan investor menjual atau membeli unit dengan mudah. Likuiditas tinggi memberikan fleksibilitas dalam mengelola sebuah investasi.
4. Akses bagi Investor dengan Modal Terbatas
Dalam reksa dana, modal tidak jadi kendala dalam berinvestasi. Investor dengan modal terbatas dapat mengakses portofolio investasi yang luas, bahkan dengan modal mulai dari Rp 100.000. Ini membuka peluang investasi yang sebelumnya sulit terjangkau oleh banyak orang.
Kelemahan Investasi Reksadana
1. Biaya Manajemen
Produk investasi reksadana umumnya tidak gratis. Ada biaya manajemen yang harus investor bayarkan kepada manajer investasi untuk jasanya. Namun kabar baiknya, investasi ini kini semakin mudah karena kehadiran aplikasi investasi saham dan reksadana dengan biaya manajemen yang murah, bahkan bisa gratis.
2. Ketergantungan pada Kinerja Manajer
Keberhasilan investasi instrumen ini sangat tergantung pada keterampilan dan keputusan manajer investasi. Jika manajer tidak konsisten dalam menghasilkan hasil yang baik, dapat mempengaruhi kinerja pertumbuhan dana investor.
3. Risiko Pasar
Seperti semua investasi, reksa dana juga rentan terhadap fluktuasi pasar. Faktor ekonomi global, peristiwa politik, dan kondisi pasar dapat mempengaruhi nilai investasi.
4. Resiko Likuiditas
Risiko likuiditas bisa terjadi saat sebagian besar investor melakukan penjualan kembali (redemption). Dalam situasi ini, investor akan kesulitan menarik dana mereka. Untuk mengurangi dampak resiko ini, penting sekali untuk investor melakukan diversifikasi portofolio investasi.
Cara Kerja Investasi Reksa dana
Investasi dalam reksadana melibatkan proses yang terorganisir dan melibatkan beberapa pihak untuk menciptakan pengalaman investasi yang efisien.
1. Pengelolaan Dana oleh Manajer Investasi
Manajer investasi adalah otak di balik kinerja reksa dana. Mereka melakukan analisis pasar, memilih instrumen investasi, dan mengelola portofolio sesuai dengan tujuan dan kebijakan investasi reksa dana. Keputusan manajer investasi mempengaruhi kinerja dan keberhasilan reksadana.
2. Akumulasi Dana dari Investor
Investor individu atau institusional yang berminat untuk berinvestasi dalam reksa dana menyumbangkan dana mereka. Dana dari satu investor akan bergabung dengan dana dari investor lain untuk membentuk portofolio investasi yang lebih besar.
3. Pembentukan Unit Penyertaan
Dana yang dikumpulkan dari investor dibagi menjadi unit-unit kecil yang bernama”unit penyertaan”. Setiap investor memegang jumlah unit sesuai dengan besaran kontribusi dana mereka. Harga per unit ditentukan oleh nilai total portofolio investasi dibagi dengan jumlah unit.
4. Penerbitan dan Pembelian Unit
Investor dapat membeli unit reksadana sesuai dengan kemampuan finansial mereka. Pada saat pembelian, investor akan mendapatkan unit penyertaan dengan harga yang berlaku pada saat itu. Penerbitan dan pembelian unit dapat investor lakukan melalui distributor atau agen reksa dana.
5. Penempatan Dana dalam Instrumen Investasi
Manajer investasi menempatkan dana yang terkumpul ke dalam berbagai instrumen investasi sesuai dengan kebijakan investasi reksadana. Ini bisa mencakup saham, obligasi, atau instrumen pasar uang, tergantung pada jenis reksa dana.
6. Pendapatan dan Keuntungan
Selama portofolio investasi menghasilkan pendapatan, pemegang unit dan investor bisa mendapatkan pendapatan dan keuntungan sesuai dengan jumlah unit masing-masing investor. Hal ini bisa berupa seperti bunga dari obligasi atau dividen dari saham.
7. Perdagangan di Pasar Sekunder
Unit reksa dana dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Dengan begitu, hal ini memungkinkan investor menjual atau membeli unit dari atau kepada investor lain. Harga unit pada pasar sekunder biasanya bergantung pada permintaan dan penawaran dari para investor.
8. Penarikan Investasi dan Penutupan Instrumen
Investor dapat menarik investasinya dengan menjual unit reksadana kembali ke perusahaan manajemen investasi. Jika terjadi penutupan reksadana, investor akan menerima pembayaran sesuai dengan nilai likuidasi unit pada saat penutupan.
Cara Investasi Reksadana
Investasi dalam reksadana adalah keputusan cerdas untuk mengelola keuangan. Namun, bagaimana investor bisa memulai proses investasi ini dengan langkah-langkah yang tepat? Berikut tips dari Panda :
1. Tentukan Tujuan dan Profil Risiko Anda :Profil risiko dan tujuan akan membantu menentukan jenis reksa dana yang sesuai dengan kebutuhan investor.
2. Pelajari Jenis-Jenis Reksadana : Kenali berbagai jenis reksa dana, termasuk saham, obligasi, campuran, pasar uang, dan pendapatan tetap.
3. Pilih Manajer Investasi yang Terpercaya : Periksa rekam jejak dan kredibilitas manajer investasi dari reksadana yang Anda pertimbangkan.
4. Tentukan Jumlah Investasi : Mulailah dengan jumlah yang sesuai dengan kemampuan finansial Anda.
5. Pilih Distributor atau Agen Reksa dana : Pastikan bahwa mereka terdaftar dan dalam pengawasan otoritas yang berwenang.
6. Buka Rekening Efek : Rekening efek memungkinkan investor melakukan transaksi pembelian dan penjualan unit reksa dana.
7. Pilih Reksa dana yang Sesuai : Tentukan jenis reksa dana terbaik yang sesuai dengan profil resiko Anda. Tinjau juga prospektus reksa dana untuk memahami lebih lanjut tentang tujuan investasi, kebijakan investasi, dan biaya-biaya yang terkait.
8. Monitor dan Evaluasi Portofolio : Evaluasi secara berkala apakah portofolio masih sesuai dengan tujuan atau membutuhkan penyesuaian.
Untuk mendalaminya lebih lanjut, kamu juga bisa membaca artikel Panda yang mengulas Cara Investasi Reksadana
Kesimpulan
Dalam investasi, reksadana adalah pilihan yang cerdas bagi para investor yang menginginkan diversifikasi, profesionalisme manajemen, dan kemudahan likuiditas. Meskipun terdapat beberapa risiko yang menjadi pertimbangan, reksa dana menawarkan akses mudah ke pasar keuangan dan peluang investasi yang sebelumnya sulit investor jangkau.
Dengan pemahaman yang baik tentang jenis-jenis reksa dana, cara kerja, serta profil risiko dan tujuan investasi, investor dapat memulai perjalanan mereka menuju portofolio investasi yang sukses dan berkelanjutan. Jadi, sudah siapkah Anda berinvestasi? Semoga bermanfaat!
Untuk Anda yang mengenal investasi saham dan reksadana, istilah saham blue chip pasti membuat penasaran. Saham dan reksadana sendiri terbilang cukup ngehits untuk generasi milenial. Tidak heran, jenis investasi ini makin digandrungi.
Kendati begitu, berinvestasi perlu kita mulai dengan kehati- hatian. Karena dengan iming- iming keuntungan menggiurkan, tentunya ada resiko yang perlu kita perhitungkan.
Saham blue chip sendiri menjadi golongan investasi yang sering investor rekomendasikan. Memang ada apa sih dengan saham blue chip? Seberapa aman dan cuan untuk investasi jangka panjang? Simak ulasan Panda di artikel ini ya!
Mengenal Apa itu Saham Blue Chip
Faktanya, Blue Chip menjadi saham yang paling investor rekomendasikan. Pasalnya, saham ini merupakan jenis saham unggulan yang cenderung aman untuk jangka panjang.
Istilah blue chip ini sendiri pertama kali muncul dari permainan poker. Dalam permainan poker, chip judi mewakili nilai dolar Amerika yang berbeda di setiap warnanya. Chip putih mewakili 1 dollar AS per chip, chip merah setara dengan 5 dollar AS per chip, sedangkan chip biru alias blue chip mempunyai nilai tertinggi.
Sehingga dengan penamaan ini, saham blue chip artinya adalah saham dari perusahaan dengan reputasi yang mumpuni, baik secara kualitas, serta handal dan menguntungkan dalam berbagai situasi ekonomi.
Sederhananya, saham blue chip merupakan saham papan atas di bawah naungan perusahaan besar. Jenis saham ini tentunya mempunyai kapitalisasi pasar yang besar hingga di atas Rp 10 triliun dan menjadi market leader di sektornya.
Dengan definisi ini, wajar saja banyak yang tergoda untuk invest ya, kan? 🙂
Ciri- ciri Saham Blue Chip
Saham perusahaan yang masuk ke dalam kategori blue chip tentunya punya etos kerja baik, kokoh secara fundamental, dan dikelola oleh para profesional. Selain itu, perusahaan yang termasuk ke daftar saham blue chip adalah emiten dengan latar belakang industri yang banyak orang butuhkan. Misalnya saja sektor consumer goods dan finance.
Untuk lebih mudahnya, sobat Panda perlu mengenali ciri- ciri saham blue chip sebelum memutuskan berinvestasi. Apa saja? Antara lain sebagai berikut :
1. Punya Nilai Kapitalisasi Pasar yang Besar
Yang menjadi ciri pertama dari saham blue chip adalah nilai kapitalisasi yang besar. Perusahaan dengan kategori saham ini adalah golongan perusahaan dengan nilai kapitalisasi di atas Rp 40 triliun.
2. Market Leader di Sektor Industrinya
Ciri- ciri kedua dari perusahaan blue chip adalah mereka yang punya reputasi sebagai market leader di sektor industrinya. Perusahaan- perusahaan ini biasanya sudah berjalan selama puluhan tahun. Mereka sudah mempunyai produk ternama yang populer dan menjadi tumpuan masyarakat.
3. Perusahaan dengan Fundamental yang Baik
Ciri ketiga dari perusahaan saham blue chip adalah fundamental yang sudah solid. Deretan perusahaan blue chip mempunyai laporan keuangan yang sehat dan struktur manajemen profesional.
Selain itu, mereka juga konsisten dalam mencatatkan laba serta mempunyai rekam jejak pertumbuhan.
4. Likuiditas Tinggi
Perusahaan blue chip terbaik mempunyai likuiditas tinggi. Umumnya, saham dalam kategori ini berada dalam daftar teraktif bursa serta masuk ke indeks LQ45 dan IDX30. Sehingga saham emiten yang beredar di BEI maupun dimiliki publik banyak.
Dengan begitu, jenis saham ini mudah untuk diperjualkan kembali. Harganya pun tidak mudah untuk menjadi bahan goreng- gorengan atau dimanipulasi.
5. Membagikan Dividen secara Konsisten
Ciri- ciri terakhir, perusahaan yang masuk kategori blue chip seringkali perusahaan yang konsisten membagikan dividen. Dividen, alias laba dari emiten blue chip, umumnya konsisten dibagikan dalam jangka waktu selama 10 tahun terakhir.
Mengenal Perbedaan Saham Blue Chip dan LQ45
Banyak yang sering menyamakan saham blue chip dan LQ45. Padahal keduanya mempunyai perbedaan.
Jika blue chip mempunyai definisi dan pengertian seperti Panda sebutkan di atas, maka ada sedikit perbedaan dengan LQ45. Saham LQ45 merupakan saham dengan likuiditas tinggi dan kapitalisasi besar dengan dukungan fundamental yang baik. Namun, tidak semua yang menyandang status LQ45 bisa kita sebut dengan blue chip.
Sebagai gambaran, berikut adalah tabel perbedaan antara blue chip dan LQ45 :
Saham Blue Chip
Saham LQ45
Merupakan market leader yang menjadi penguasa pangsa pasar
Belum tentu menjadi market leader. Bisa jadi transaksinya hanya sedang ramai (likuiditas tinggi) dalam 6 bulan terakhir.
Sudah pasti bisa terdaftar dalam indeks saham LQ45.
Belum tentu termasuk blue chip karena tidak semua saham likuid berkinerja baik.
Keuntungan dan Resiko Saham Blue Chip
Bicara investasi saham, tentu kita bicara keuntungan dan resiko. Setiap investor umumnya mengharapkan imbal hasil tinggi. Kendati memahami resiko, investor juga mengharapkan skema investasi saham dengan resiko paling kecil dan imbal hasil cukup tinggi.
Tujuan ini lah yang menjadi salah satu alasan kuat mengapa saham ini menjadi idaman para investor. Tapi bukan keuntungan saja yang perlu kita bicarakan, resiko nya pun perlu kita kenali sedari awal
Keuntungan Blue Chip
Harga saham kategori ini cocok untuk investasi jangka panjang. Blue chip mempunyai harga yang cukup tinggi. Namun, kemungkinan harga untuk naik tinggi dalam waktu singkat sangatlah kecil. Namun justru itu, performanya cenderung stabil dalam jangka panjang sehingga cocok untuk keuntungan jangka panjang.
Dividen yang Rutin dan Pasti Keuntungan selanjutnya adalah dividen yang rutin dan pasti. Pasalnya, blue chip merupakan perusahaan dengan pengelolaan baik dan profesional. Deretan perusahaan ini selalu memberikan keuntungan untuk setiap investornya.
Resiko & Permasalahan Blue Chip
Dengan berbagai keuntungannya, bukan berarti tidak ada resiko saat berinvestasi saham blue chip. Misalnya saat pandemi Covid-19 lalu, dilansir dari CNBC Indonesia, saham- saham ini justru tengah mengalami penurunan.
Di sisi lain, saham- saham lapis kedua (second tier) justru sedang meningkat signifikan. Tidak jarang, harga saham ini justru lebih rendah dari IHSG.
Yang menarik, para ahli justru menyatakan momen seperti ini adalah waktu yang tepat untuk membeli saham jenis ini. Pasalnya, penurunan yang lumayan ini justru terjadi karena momen tertentu saja.
Dan di masa mendatang, saham ini akan kembali cuan jika melihat riwayat performa perusahaan.
Apa Saja yang Termasuk Saham Blue Chip ini?
Untuk Anda yang sudah sangat berniat untuk berinvestasi, pastinya penasaran saham apa saja sih di Indonesia yang termasuk blue chip?
Merujuk ke data BEI, berikut daftar saham kategori blue chip saat ini :
No
Kode Emitten
Nama Emiten
1
ADRO
PT Adaro Energy Tbk
2
AGRO
PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk
3
ANTM
PT Aneka Tambang Tbk
4
ARTO
PT Bank Jago Tbk
5
ASII
PT Astra International Tbk
6
BANK
PT Bank Aladin Syariah Tbk
7
BBCA
PT Bank Central Asia Tbk
8
BBHI
PT Allo Bank Indonesia Tbk
9
BBNI
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
10
BBRI
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
11
BBTN
PT Bank Tabungan Negara Tbk
12
BFIN
PT BFI Finance Tbk
13
BMRI
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
14
BNLI
PT Bank Permata Tbk
15
BRIS
PT Bank Syariah Indonesia Tbk
16
BRPT
PT Barito Pacific Tbk
17
BUKA
PT Bukalapak.com Tbk
18
BYAN
PT Bayan Resources Tbk
19
CPIN
PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk
20
DCII
PT DCI Indonesia Tbk
21
DNET
PT Indoritel Makmur Internasional Tbk
22
EMTK
PT Elang Mahkota Teknologi Tbk
23
ERAA
PT Erajaya Swasembada Tbk
24
EXCL
PT XL Axiata Tbk
25
FREN
PT Smartfren Telecom Tbk
26
GGRM
PT Gudang Garam Tbk
27
HMSP
PT H.M Sampoerna Tbk
28
HRUM
PT Harum Energy Tbk
29
ICBP
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
30
INCO
PT Vale Indonesia Tbk
31
INDF
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
32
INKP
PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
33
INTP
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
34
ISAT
PT Indosat Tbk
35
ITMG
PT Indo Tambangraya Megah Tbk
36
JPFA
PT Japfa Comfeed Tbk
37
JSMR
PT Jasa Marga Tbk
38
KLBF
PT Kalbe Farma Tbk
39
MASA
PT Multistrada Arah Sarana Tbk
40
MDKA
PT Merdeka Copper Gold Tbk
41
MEDC
PT Medco Energi Internasional Tbk
42
MEGA
PT Bank Mega Tbk
43
MIKA
PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk
44
MNCN
PT Media Nusantara Citra Tbk
45
MYOR
PT Mayora Indah Tbk
46
PGAS
PT Perusahaan Gas Negara Tbk
47
PTBA
PT Bukit Asam Tbk
48
PTPP
PT PP Construction & Investment Tbk
49
SCMA
PT Surya Citra Media Tbk
50
SMMA
PT Sinarmas Multiartha Tbk
51
SMGR
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk
52
TBIG
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk
53
TCPI
PT Transcoal Pacific Tbk
54
TINS
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk
55
TKIM
PT Tjiwi Kimia Tbk
56
TLKM
PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk
57
TOWR
PT Sarana Menara Nusantara Tbk
58
TPIA
PT Chandra Asri Petrochemical Tbk
59
UNTR
PT United Tractors Tbk
60
UNVR
PT Unilever Indonesia Tbk
61
WIKA
PT Wijaya Karya Tbk
62
WSKT
PT Waskita Raya Tbk
63
AMRT
PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk
Sudah Siapkah Kamu Berinvestasi dengan Blue Chip?
Untuk investor pemula, blue chip merupakan pilihan menarik untuk berinvestasi. Alasan utamanya tentu saja kestabilan keuntungan dalam jangka panjang karena blue chip sudah punya fundamental perusahaan yang baik.
Salah satu hambatan dalam mengoleksi saham ini biasanya karena faktor harga. Pasalnya, harga per lot dari blue chip ini relatif lebih mahal. Untuk itu, sobat Panda bisa mulai menabung atau membeli sesuai kondisi keuangan.
Atau bisa juga menyiasatinya dengan membeli saham blue chip saat harganya turun. Seperti yang Panda sebutkan, harga blue chip juga bisa turun seperti saham lain. Namun tak perlu khawatir, blue chip ini biasanya cepat naik daripada saham lapis bawahnya.
Masyarakat semakin hari kian sadar bagaimana pentingnya investasi untuk bekal di masa depan. Instrumen investasi yang banyak dipilih yakni saham dan reksadana karena hasilnya cukup menjanjikan.
Tanpa harus berjibaku dengan prosedur yang berbelit- belit, investasi saham dan reksa dana kini semakin mudah lewat aplikasi mobile. Triknya, Anda harus memilih aplikasi yang tepat dan mengenal jenis investasi terbaik yang sesuai untuk Anda.
Daftar Aplikasi Android untuk Investasi Saham dan Reksa Dana
Di era digital seperti sekarang ini, sangat mudah untuk melakukan investasi saham maupun reksadana berkat adanya aplikasi. Aplikasi saham dan reksadana pun semakin banyak dan beragam. Sudahkah Anda mengetahuinya?
Beberapa waktu belakangan, nama aplikasi Bibit tengah melejit di kalangan investor tanah air. Anda pun sudah pasti pernah mendengarnya beberapa kali di dunia maya, sebab pengiklanan dari aplikasi Bibit terbilang cukup sering hadir di berbagai media sosial. Bibit sendiri adalah aplikasi invest all in one.
Yang mana aplikasi tersebut menawarkan banyak ragam instrumen investasi, mulai dari reksadana saham, reksadana syariah, obligasi, hingga pasar uang. Di dalamnya pun sudah tersedia fitur robo advisor, yang akan membantu anda dalam memilih jalur investasi paling tepat berdasarkan dana yang ingin anda alokasikan dari penghasilan.
Anda bahkan tidak perlu merasa khawatir dalam menggunakan aplikasi investasi satu ini, sebab Bibit telah tersertifikasi OJK. Jadi, semua aktivitas yang dilakukan di dalam aplikasi akan terpantau dengan aman. Selain sertifikasi OJK ini, beberapa kelebihan dari aplikasi Bibit di antaranya yaitu gratis biaya komisi, pencairan dana investasi yang cepat, hingga metode pembayaran yang beragam.
2. IPOTGO
Aplikasi Android untuk investasi saham berikutnya yang bisa anda unduh secara gratis melalui smartphone adalah IPOTGO. Aplikasi keuangan terintegrasi satu ini memberikan banyak kemudahan bagi pengguna dalam berinvestasi. Baik itu pada instrumen saham, reksadana, maupun ETF sekaligus di dalam satu akun dan satu bank pembayaran.
Anda cukup melakukan satu kali login untuk dapat secara langsung bertransaksi di dalam IPOTGO, tanpa perlu repot. Nikmati pula berbagai kemudahan akses informasi yang tersaji dengan gratis di dalam aplikasi, mulai dari data perdagangan, data keuangan perusahaan, analisa reksadana, berikan keuangan, riset keuangan dan investasi, hingga berbagai fitur menarik lainnya.
IPOTGO ini sendiri adalah aplikasi dari PT Indo Premier Sekuritas, yang merupakan perusahaan penyedia jasa keuangan terintegrasi pada bidang pasar modal. Mereka telah melayani berbagai klien individu maupun korporasi di bawah pengawasan OJK. Sehingga produk produk Indo Premier bisa anda nikmati melalui IPOTGO dengan aman dan nyaman.
3. Ajaib
Kerap malang melintang di dunia maya layaknya aplikasi Bibit, aplikasi Android untuk investasi saham yaitu aplikasi Ajaib ini juga tidak boleh terlewat untuk anda pertimbangkan. Ajaib ini merupakan salah satu aplikasi investasi saham dan reksadana terbaik yang dapat anda coba. Terlebih jika anda merupakan pemula dalam dunia investasi.
Pasalnya anda tidak perlu takut kebingungan ketika pertama kali hendak melakukan investasi di dalam aplikasi Ajaib. Karena aplikasi ini akan menghadirkan panduan juga rekomendasi produk apa yang sesuai dengan anda, serta yang memiliki potensi paling menguntungkan bagi kondisi keuangan anda saat itu.
Selain itu, Ajaib juga akan memberi anda notifikasi mengenai waktu jual beli saham yang terbaik sehingga memungkinkan anda untuk memaksimalkan profit atau menekan risiko kerugian. Beragam notifikasi pergerakan saham ini diupdate secara real time, sehingga memperbesar potensi keuntungan yang bisa anda dapatkan. Dan aplikasi ini juga telah terdaftar secara resmi di OJK.
4. Tanamduit
Bagi anda yang merupakan investor baru, Tanamduit juga bisa menjadi salah satu aplikasi andalan untuk berinvestasi saham dan reksadana. Sebab Tanamduit menghadirkan bentuk yang begitu praktis, dimana anda akan menemukan sistem login yang mudah. Cukup menempelkan sidik jari keamanan yang tentunya akan selalu terjamin.
Instrumen investasi lainnya yang dapat anda temukan pada aplikasi Android untuk investasi saham satu ini, adalah surat berharga negara atau SBN dan juga emas. Bahkan emas menjadi salah satu instrumen investasi andalan untuk aplikasi Tanamduit. Yang mana ketika anda menabung emas pada aplikasi, maka secara otomatis akan mendapatkan kartu emas.
Kartu emas tersebut dapat anda simpan secara pribadi maupun dikirimkan untuk orang lain, misalnya orangtua atau pasangan. Dan menariknya lagi, investasi emas maupun lainnya melalui aplikasi Tanamduit memerlukan modal awal yang cukup rendah. Modal minimal yang diperlukan mulai dari Rp. 10.000 dengan gratis biaya transaksi jual beli reksadana maupun pembelian SBN.
5. HSB Investasi
Sedikit berbeda dari beberapa aplikasi yang telah disebutkan sebelumnya, untuk HSB Investasi lebih cocok bila digunakan oleh para investor yang sebelumnya telah mempunyai pengalaman dalam menanam modal. Produk yang ditawarkan di dalam aplikasi ini juga terbilang sangat beragam, mulai dari indeks saham, reksadana, logam mulia, forex, dan lain sebagainya.
Meski instrumen investasi yang bisa dipilih cukup banyak, dan lebih direkomendasikan untuk investor yang sebelumnya pernah melakukan penanaman modal, namun bukan berarti bahwa HSB Investasi menjadi aplikasi yang tidak mempunyai fitur kemudahan. Buktinya, aplikasi Android untuk investasi saham satu ini memiliki fitur unggulan CITRA atau clearing information of trade. Fitur tersebut mampu memudahkan penggunanya untuk melihat setiap transaksi yang telah dilakukan secara langsung. Jadi dengan begini maka transparansi pun akan selalu terjaga. Terlebih HSB Investasi juga sudah mempunyai izin operasi di bawah pengawasan BAPPEBTI (Badan Pengawasan Perdagangan Berjangka Komoditi Indonesia), ICH, dan ICDX.
Di zaman sekarang ini, memang sudah tersedia cukup banyak aplikasi yang dapat anda unduh secara gratis untuk melakukan investasi melalui smartphone. Beberapa yang telah disebutkan merupakan daftar aplikasi terbaik karena penggunaannya tergolong aman, mengingat bahwa aplikasi Android tersebut telah terdaftar di OJK.