7 Raksasa Industri Bisnis Indonesia yang Diprediksi Segera Bangkrut

7 Raksasa Industri Bisnis Indonesia yang Diprediksi Segera Bangkrut

Bisnis itu dinamis. Perubahannya cepat sekali.
Yaaa… lagi- lagi kita diingatkan kalau perubahan apapun bisa terjadi di industri bisnis. Jika di kancah global ada Yahoo yang benar- benar heboh, di Indonesia kita dikejutkan dengan tutupnya Sevel dan mirisnya nasib Pasar Glodok saat ini. Tapi yaa… seperti itu lah bisnis. Cepat atau lambat, yang kalah bergerak pasti akan mati.

Efek Bisnis Digital Paling Mempengaruhi Perbahan Industri Bisnis di Indonesia

Semakin sepinya pembeli di mall dan pasar tradisional sudah diprediksi jauh- jauh hari sejak tren bisnis online makin menggeliat. Budaya belanja online yang makin menggila ditambah macet dan panasnya jalanan adalah alasan banyak orang semakin go online untuk memenuhi kebutuhannya. Nggak lagi macet- macetan, pilihan produk tinggal klik sana sini, baca review, chat penjual, ada voucher promo dan lain- lain. Customer benar- benar dimanjakan!

Akibatnya, pasar tradisional dan mall kini banyak yang sepi. Perilaku konsumen ini juga lah yang memaksa jenis bisnis tertentu untuk beradaptasi. Jika mereka menolak, maka tinggal menunggu waktu saja untuk mati secara perlahan tapi pasti. Seperti prediksi, berikut ini adalah 7 industri yang makin hari makin terpuruk karena semakin pesatnya bisnis digital di Indonesia :
#1 Supermarket
Seven Eleven Tutup di Indonesia
Seven Eleven yang merupakan salah satu pioneer konsep supermarket dan coffee shop sempat merajai ibu kota Indonesia. Wajar saja, banyak pihak mengaku kaget saat mengetahui Seven Eleven bangkrut dan terpaksa menutup seluruh gerainya di Indonesia. Bisa dibilang, persaingan bisnis di market serupa memang saat ini sangat ketat. Apalagi sejak ekspansi franchaise minimarket Indonesia meniru konsep yang sama.

Belum lagi gebrakan Amazon dengan AmazonGo yang bisa jadi akan masuk ke pasar Indonesia. AmazonGo ini sendiri adalah supermarket yang terintegrasi dengan aplikasi smartphone dan mengusung konsep ‘no lines, no checkout’ atau ‘tanpa antri, tanpa bayar dikasir’. Jika AmazonGo ini jadi masuk ke Indonesia, maka tentu saja akan menjadi saingan berat untuk brand yang sudah lama bercokol di tanah air, seperti Hypermart, dan Carrefour.

#2 Retail Elektronik
Pasar Glodok kini sepi ditinggal pembeli
Pasar Glodok dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan elektronik terbesar di Indonesia. Sayangnya, nasib apes sedang menggelayuti Glodok yang semakin sepi sejak 2-3 tahun belakangan. Hal ini terjadi lantaran pembeli sudah terlanjur menikmati mudahnya berbelanja elektronik secara online. Entah itu laptop, tv atau lemari es, semua lebih mudah dan bisa lebih murah untuk dibelanjakan via online.

#3 Handphone

Roxy Square mulai sepi ditinggal pembeli

Roxy Square mulai sepi ditinggal pembeli

Roxy Square memiliki nasib yang nyaris serupa dengan Pasar Glodok. Padahal, tempat ini dulu dikenal sebagai salah satu pasar ponsel terbesar. Untuk yang berdomisi di Jakarta, tentu Anda bisa merasakan bedanya Roxy Square dulu dan sekarang.

#4 Industri Transportasi
ojek online marak dan menggeser transportasi offline
Pernahkah Anda mengandalkan jasa Gojek, Uber atau Grab untuk pergi ke kantor atau ke tujuan manapun? Jika pun belum, Saya yakin Anda sangat familiar dengan brand transportasi online terpopuler di Indonesia saat ini. Yang unik, meskipun perusahaan ini nyaris tidak mempunyai asset transportasi layaknya bisnis transportasi lainnya, perusahaan ini memiliki penghasilan ratusan juta rupiah setiap harinya! Gila!!

Model bisnis ini memang sempat mendapatkan pertentangan dari transportasi offline. Tapi lagi- lagi, kita tak bisa mengendalikan laju inovasi digital. Itulah kenapa banyak perubahan besar- besaran di dunia transportasi offline. Tidak heran, perusahaan taksi raksasa pun sekarang juga merambah ke dunia digital. Karena kalau tidak, mereka akan menunggu waktu saja untuk mati.

#5 Hotel
Airbnb mulai memaksa industri perhotelan untuk bekerja lebih keras
Pernah dengar tentang AirBnB, Reddoorz atau Airy Room? Model bisnis dari perusahaan ini akan memungkinkan pemilik rumah, villa, apartment  dan bahkan kamar kos agar dapa menyewakan property miliknya kepada orang lain dengan lebih mudah. AirBnB mungkin belum begitu populer di Indonesia, tapi secara perlahan akan membuat industri perhotelan bekerja lebih keras untuk bertahan agar tingkat occupancy mereka tetap di angka menguntungkan.

#6 Koran dan Majalah
Media cetak mulai berguguran dan tutup
Masih ingat kapan terakhir kali Anda membaca Koran atau majalah? Memang sangat disayangkan karena kini semakin banyak industri media cetak yang terpaksa menutup bisnisnya karena tingginya biaya cetak Koran serta semakin sepinya pembeli karena tidak mampu bersain dengan media informasi online. Selain itu, beberapa bisnis media cetak juga mentransformasikan diri mereka menjadi media online. Tentu saja bertransformasi menjadi media online lebih baik daripada mereka harus gigit jari, ya?

#7 Tekstil
Pasar Tanah Abang mulai sepi
Sejak berdiri tahun 1735, Pasar Tanah Abang telah menjadi salah satu pusat penjualan tekstil terbesar se- Asia Tenggara. Namun, dibandingkan dengan tahun lalu, pasar ini mengalami penurunan penjualan hingga lebih dari 50%! Hal ini disebabkan oleh dua hal, yang pertama adalah menurunnya daya beli masyarakat, dan yang kedua karena mereka harus bersaing dengan eCommerce (toko online) yang semakin membuat masyarakat semakin ketagihan.

Jadi bagaimana? Yakin masih belum mau terjun ke bisnis online? Dengan resiko lebih kecil daripada memulai bisnis offline, bisnis online juga menjanjikan peluang untuk berkembang yang lebih besar dan lebih cepat. Pilihan ada di tangan Anda!

 

Sumber: Exabytes/ Yudhi Lazuardi

Go-Pay Kini Menjadi Layanan Keuangan Digital no. 4 Terbesar di Indonesia

Go-Pay Kini Menjadi Layanan Keuangan Digital no. 4 Terbesar di Indonesia

Layanan keuangan elektronik Go-Pay populer sejak dipakai oleh para pengguna Go-Jek untuk mendapatkan promo potongan harga 50 persen. Bukan hanya untuk membayar layanan transportasi regular GoRide atau GoCar, tapi juga layanan lain seperti jasa kurir GoSend, pesanan makanan GoFood dan layanan GOjek lainnya.

Sejak Desember 2016 lalu, persentase penggunaan Go-Pay di Indonesia sudah mencapai 27,1 persen. Dan suka atau tidak, itu sudah membuat Go-Pay hanya berada di urutan no. 4 sebagai layanan keuangan digital terbesar di Indonesia. Go-Pay hanya berada di bawah e-Money Mandiri dengan persentase 43,8 persen, BCA Flazz 39,1 persen dan Telkomsel T-Cash 29,1 persen. Sedangkan peringkat kelima dan keenam diduduki oleh Rekening Ponsel CIMB Niaga dan Line Pay yang masing- masing menguasai 15,6 persen.

Eksisnya Go-Jek dalam dunia financial ini memang membuat layanan keuangan lain seperti kena serangan jantung. Bagaimana tidak, jika dulu kita terbiasa melihat dealer kendaraan hanya mungkin membuat perusahaan kredit dengan unit terpisah, ehh.. disini manajemen Gojek bergerak lincah luar biasa. Perusahaan ‘kemarin sore’ ini bukan hanya menjadi raja transportasi darat, tapi juga merangkap sebagai logistik, pengiriman, makanan, jasa pembersih rumah, pijat, jasa pindahan, pulsa dan juga financial.

Go-Pay milik Go-Jek sendiri bukan hanya sebagai alat transaksi biasa saja, melainkan alat transaksi yang mengatur ratusan ribu akun pengemudi, mitra bisnis dan konsumen dengan nilai mencapai ratusan milyar atau bahkan trilyunan. Untuk mencapai nilai fantastis ini, perusahaan keuangan dan investasi lain perlu bekerja rodi selama tahunan. Woowww!

Strategi Unggul Go-Jek yang Membuat Mereka Semakin Berkembang

Harus diakui, Go-Jek adalah salah satu karya anak bangsa yang cerdas, gesit dan tidak berhenti berinovasi. Meskipun sekarang perusahaan yang satu ini dikeroyok oleh banyak kompetitor, mereka tetap berdiri kokoh dan mengeluarkan berbagai inovasi.

Salah satu sumber inovasi dari Go-Jek ini adalah kejelian mereka dalam memahami keinginan user, yaitu dengan mengintegrasikan layanan satu pintu untuk mengemas beragam kebutuhan. Siapa sih yang bisa kepikiran untuk menjadikan layanan transportasi, antar makanan dan belanja dalam satu pintu? Jangan kaget, bila kedepannya nanti mungkin kita bisa mengurus surat- surat penting seperti BPJS dan akte kelahiran melalui platform Gojek. Yaaa… saat ini kita baru bisa menduga- duga apa saja yang akan menjadi gebrakan perusahaan ini nantinya.

Go-Jek dan Customer Acquisition

Banyak orang tidak menyadari strategi yang dijalankan Go-Jek bukanlah jualan layanan antar penumpang, melainkan Customer Acquisition. Apa itu? Customer Acquisition adalah mengumpulkan konsumen potensial sebanyak- banyak. Strategi ini sering dipakai sebagai strategi mall atau department store, yaitu yang penting rame dulu, jualan bisa belakangan.

Kenapa yang penting rame dulu? Karena meskipun punya banyak produk dan sales, sebuah bisnis tetap membutuhkan konsumen sebagai pembelinya. Prinsipnya no consumer, no business. Soal beli atau tidak itu urusan belakangan. Marketing yang akan mengurusnya. Di era digital seperti ini, produk tidak perlu dibuat sendiri, karena kita bisa menjual produk milik orang lain. Bahkan marketplace dunia dan nasional seperti Wall Mart, Alibaba, Amazon, Lazada dan Tokopedia juga menggunakan mode bisnis seperti itu.

Strategi seperti ini sebenarnya adalah strategi klasik. Sama seperti kita melihat pedagang asongan di stasiun, terminal atau pelabuhan, dimana orang- orang keluar masuk dengan sangat masif. Yang penting dapat tempat jualan dulu. Produk urusan belakangan karena calon pembeli sudah ada dan menunggu. Jadi, jika ada yang masih mencibir pola bisnis ala startup seperti ini, dia hanya tidak melihat potensi berkembang yang sangat besar.

Jadi kepikiran untuk mengembangkan ide bisnis atau startup dengan strategi  Customer Acquisition ini? Anda bisa memulai sekarang juga dengan metode ATMJ alias Amati Tiru Modifikasi Jual. Ayo jangan lama- lama!

Di Balik Runtuhnya 7-Eleven di Indonesia, Pelajaran Apa yang Bisa Kita Ambil?

Di Balik Runtuhnya 7-Eleven di Indonesia, Pelajaran Apa yang Bisa Kita Ambil?

7-Eleven alias Sevel.
Tempat ini  seringkali muncul pertama di benak kita saat akan ketemuan dengan teman atau rekan bisnis. Mulai dari sekedar duduk dan ngobrol bareng, sambil beli makanan dan minuman hingga pagi kembali datang.

Dulu gerai 7-Eleven ada dimana- mana di area Jakarta. Sayangnya, ekspansi ke luar kota tak kunjung terealisasi. Dan kini, efektif per 30 Juni 2017, PT Modern Sevel Indonesia memutuskan untuk menghentikan seluruh kegiatan operasionalnya.

Sekilas Perjalanan 7-Eleven di Indonesia

Pada tahun 2009, Gerai 7-Eleven pertama dibuka di Bulungan dan menjadi food store destination yang menyediakan berbagai makanan dan minuman segar berkualitas, sehat, cepat dan nyaman dengan harga yang relatif terjangkau.

Pada akhir September 2016, PT Modern Sevel Indonesia telah memiliki 175 gerai yang semuanya berlokasi di Jakarta. Gerai- gerai ini bahkan menjadi contributor utama yang memberikan kontribusi penjualan hingga 79,6 kepada perseroan. Mantap sekali, bukan?

Sayangnya, di tahun 2017, gerai 7-Eleven ini mulai meredup. Penjualan turun 31,37 persen dan mengalami kerugian Rp 162,02 miliar hingga kuartal III 2017. Padahal, di periode sebelumnya, mereka untung Rp 11,7 miliar!

Penurunan penjualan 7-Eleven banyak dipengaruhi oleh kehilangan penjualan alcohol dan diikuti dengan pembayaran pokok pinjaman dan bunga yang cukup besarsehingga modal kerjasemakin ketat. Upaya penyelamatan telah dilakukan Perseroan dengan berusaha menjual bisnis restoran dan convenience store di Indonesia ke PT Charoen Pokphand Restu Indonesia (CPRI) untuk membuat neraca keuangan kembali sehat.

Pasca berita penjualan itu, saham PT Modern Internasional Tbk sempat melonjak ke level Rp 77 per saham atau meningkat sebesar 24,19 persen. Sayangnya, transaksi ini kemudian batal karena kedua belah pihak tidak mencapai kata sepakat.

Menurut Binus Business Review sendiri, industri convenience store tidak lagi menarik di masa mendatang. Hal ini terjadi lantaran persaingan yang makin ketat dan jumlah pemain besar yang semakin banyak sehingga laba yang bisa diperoleh pun  semakin tipis.

Pelajaran Penting yang Bisa Kita Ambil dari 7-Eleven

Tutupnya 7-Eleven di Indonesia membuat banyak pihak terkejut. Grafik pertumbuhan bisnis yang sempat melesat dengan begitu baiknya ternyata bukan jaminan bisnis itu akan stabil dan bertahan dengan kokoh di puncak. Sebaliknya, 7-Eleven tutup dan tidak terselamatkan. Lalu, pelajaran bisnis apa saja yang bisa kita ambil dari runtuhnya Sevel ini?

#1 Ilusi Kestabilan Bisnis
Sebesar apapun pertumbuhan sebuah bisnis, tidak ada jaminan akan kestabilan. Bisnis apapun akan melewati perjalanan yang penuh lika- liku. Jangan terkecoh dengan grafik pertumbuhan yang melesat naik, karena setelahnya, pertumbuhan bisa turun drastis dan disinilah tantangannya.

Sevel sempat berada di puncak dengan keuntungan fantastis yang membuat Perseroan bertepuk tangan. Tidak lama setelah itu, hanya dengan sedikit gejolak saja, perusahaan langsung limbung dengan kerugian yang nilainya terlalu besar, 162 miliar!

#2 Beradaptasi atau Mati
7-Eleven mulai mendapat persaingan yang cukup hebat saat Lawson masuk di tahun 2011. Di tahun 2013, Family Mart mulai ikut masuk meramaikan persaingan di Indonesia. Family Mart memang memiliki jumlah yang lebih sedikit, namun ia memiliki harga yang lebih murah dan juga bangunan yang lebih luas sebagai daya tarik.

Dengan persaingan yang semakin ketat dan sistem yang semakin berkembang, Sevel gagal beradaptasi. Akibatnya, Sevel susah berekspansi dan jalan di tempat. Akhirnya bisa ditebak, Sevel memang tinggal menunggu waktu saja untuk menutup semua gerainya.

#3 Inovasi itu Harga Mati
Sevel hadir dengan konsep minimarket yang memanjakan pengunjungnya dengan nongkrong kapan saja. Di gerai mereka, orang bisa santai dan ngobrol sepuasnya. Konsep ini kemudian banyak ditiru oleh minimarket di Indonesia sehingga Sevel tidak lagi memiliki perbedaan dengan minimarket yang sudah menjamur di Indonesia ini. Jadi, tanpa ada inovasi dari mode #bisnis mereka, Sevel nyaris tidak memiliki sesuatu yang baru untuk ditawarkan.

 

 

8 Kesalahan yang Dapat Membuat Startup Anda Gagal di Tengah Jalan

Mendirikan startup, sebaiknya bukan hanya mengikuti trend terkini saja. Ada banyak modal yang dibutuhkan ketika Anda mendirikan model bisnis ini. Modal disini bukan hanya melulu soal uang atau pendanaan, melainkan juga ilmu pengetahuan, pengalaman, keberanian, kreatifitas, partner dan mental.

Tentu saja para pendiri startup akan ngotot bahwa mereka tidak ingin melakukan kesalahan apa pun dan berusaha mati- matian untuk menghindarinya. Namun, betapa pun Anda berhati- hati, kadang ada saja yang bisa membuat Anda tergelincir, dan seringkali ini justru datang dari hal sepele yang tidak Anda sadari. Dari hal yang remeh temeh tersebut, hal ini bisa mengakibatkan bisnis Anda jatuh, berhenti di tengah jalan, gagal total atau hancur lebur. Tapi jangan patah semangat, bukan kah gagal itu bagian dari kesuksesan yang lebih besar? Ya, ada banyak hikmah yang dapat kita ambil dari kegagalan tersebut.

Beberapa Jenis Kesalahan yang Bisa Membuat Startup Anda Berhenti

Ada beberapa hal mendasar yang sering terjadi yang dapat mengakibatkan #startup Anda gagal. Permasalahan tersebut seringkali berakar dari kecerobohan Anda yang tidak membuat solusi untuk masalah yang dialami oleh konsumen Anda. Namun di penjabaran yang lebih luas lagi, ada beberapa kesalahan lain yang dapat membuat startup Anda gagal. Mari kita pelajari bersama :

1. Terlalu Memaksakan Diri untuk Berjuang Sendirian
Berani untuk menjadi single fighter alias berjuang sendirian itu bagus. Modal nekat memang seringkali menjadi senjata semangat yang mematikan. Tapi ingat lah juga bahwa berjuang sendirian berarti menanggung resikonya sendirian juga. Lagi pula, tidak ada salahnya kan berjuang bersama seorang partner yang memiliki kesamaan misi dan visi? Apalagi jika partner Anda memiliki keahlian tertentu? Maka kalian dapat melengkapi kekurangan satu sama lain.
Dengan memiliki partner yang tepat juga, Anda akan memiliki tenaga ekstra untuk menyelesaikan setiap kerikil tajam yang hadir dalam perjuangan mendirikan startup. Ketika ada sesuatu yang menjatuhkan Anda, maka Anda memiliki kemampuan yang lebih besar untuk segera bangkit dari keterpurukan. Tentu saja ada banyak untungnya kan memiliki partner yang sejalan? Jadi, kenapa tidak?

2. Anda Memiliki Target Market yang Kecil
Memilih target pasar dengan persaingan yang rendah mungkin akan membuat Anda merasa aman sementara dan meraup keuntungan dengan margin yang besar. Tidak sedikit para pengusaha startup yang memilih target market yang kecil untuk menghindari persaingan yang besar. Padahal, target market yang kecil bukan berarti tanpa kendala. Masing- masing pasti ada plus minusnya.

Cobalah lakukan tes market terlebih dahulu sebelum benar- benar meluncurkan startup Anda. Jangan focus memilih target market kecil dengan harapan persaingan akan lebih lengang. Anda juga tidak perlu takut untuk memilih target yang lebih besar, karena meskipun persaingan ketat, Anda akan belajar banyak hal disana. Selain kaya akan pengalaman baru, Anda juga sudah memiliki market yang teredukasi sehingga proses pengembangan akan menjadi lebih mudah. Yang perlu diingat, Anda tidak perlu terburu- buru dalam menentukan target market ini. Lakukan lah analisa dengan sebaik mungkin.

3. Merekrut Personil yang Buruk
SDM yang buruk tentu sebuah kerugian untuk perusahaan mana pun, terutama untuk startup yang memulai dari bawah. Untuk mendapatkan personil yang berkualitas untuk membantu bisnis Anda berkembang, lakukan lah seleksi yang cukup ketat. Bukan hanya memandang darii segi tingkat pendidikan, tapi juga karakter dan integritas sebagai faktor terpentingnya. Suka atau tidak, nyatanya salah dalam memilih personil akan memberikan dampak buruk yang berkepanjangan untuk startup Anda.

4. Pemilihan Lokasi yang Tidak Tepat
Tidak semua pebisnis mempertimbangkan lokasi sebagai factor penting untuk bisnisnya. Namun, bisa jadi lokasi memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap berkembangnya sebuah startup. Misalnya Anda mendirikan sebuah startup di wilayah yang masih miskin infrastruktur dan fasilitas lainnya, tentu hal ini dapat menjadi kendala yang serius untuk bisnis Anda. Pastikan Anda memilih lokasi dengan infrastruktur yang cukup baik untuk bisnis Anda.

5. Anda Menggunakan Platform yang Salah dan Tidak Menyadarinya
Platform adalah bagian penting untuk sebuah startup tumbuh dan berkembang. Beberapa platform yang dimaksud disini adalah media bekerja, bahasa pemrograman, software pendukung, hingga jenis teknologi apa yang akan digunakan. Di awal berdiri, banyak startup yang cenderung memilih platform dengan harga terjangkau demi hemat biaya, tanpa melihat lebih detail fitur yang ditawarkan.

6. Kurang Matang dalam Launching
Kesan pertama sudah seharusnya menggoda. Menurut beberapa study, ketika market memberikan respon positif terhadap startup yang baru di launching, maka besar kemungkinan startup tersebut akan cepat berkembang dan mudah berkibar. Sebaliknya, jika dalam periode launching kurang mendapatkan sambutan dari pasar, maka startup Anda berpeluang untuk tumbuh apa adanya.

Maka dari itu, pastikan startup Anda cukup matang untuk diluncurkan. Jangan terlalu cepat dan buru- buru, jangan juga terlalu terlambat dan member celah untuk competitor mencuri ide gemilang Anda. Pertimbangkan baik- baik dan diskusikan dengan tim Anda kapan moment terbaik startup untuk diluncurkan. Usahkan untuk langsung mendapatkan respon yang positif dan reputasi yang baik.

7. Anda Bernafsu untuk Cepat Mengejar Keuntungan
Meraih keuntungan maksimal memang sudah pasti menjadi ekspektasi setiap bisnis yang akan diluncurkan. Namun, sebelum berpikir tentang keuntungan, pikirkan lah dengan seksama tentang kepuasan konsumen Anda. Pastikan konsumen Anda bahagia dengan produk atau layanan yang startup mu sajikan. Apa pun tipe bisnis Anda, tempatkan lah konsumen sebagai yang utama. Jika Anda berhasil membuat mereka puas, secara otomatis reputasi startup Anda akan meroket dan ini adalah sinyal awal bahwa bisnis Anda akan meraih pintu gerbang kesuksesan.

Sebaiknya, terlalu bernafsu mengejar keuntungan akan membuat startup Anda terjungkal, konsumen kecewa dan reputasi Anda meredup. Anda bisa menebak bagaimana ending-nya kan? Mau hal ini terjadi? Saya yakin jawabannya pasti tidak.

8. Anda Berselisih dengan Partner Pendiri dan Manajemen
Perbedaan pendapat bisa muncul kapan saja dan dimana saja. Namun usahakan, apa pun perbedaan tersebut jangan sampai menciptakan perselisihan antar manajemen apalagi pendiri. Pendiri yang saling menyerang dan tidak akur adalah awal kehancuran sebuah startup. Selain mempengaruhi suasana kerja menjadi tak nyaman, secara perlahan tapi pasti manajemen dan komunikasi Anda akan menjadi semakin berantakan dan menuju jurang.

 

8 point di atas mungkin sering terjadi tanpa kita sadari. Maka dari itu, penting untuk memiliki merencanakan setiap hal yang akan Anda lakukan untuk startup Anda. Sadari juga bahwa seberapa teliti Anda, membuat kesalahan itu selalu mungkin sehingga Anda dapat semakin berhati- hati dalam melaksanakan misi Anda. Selamat mencoba! Semoga artikel ini menginspirasi Anda.

Resign Demi Fokus ke Bisnis Online dan Startup? Pertimbangkan Dulu Hal Ini?

Jika sudah menghasilkan ‘ikan paus’ secara rutin dari bisnis online, memang sudah sewajarnya jika kita ingin fokus beternak ‘ikan paus’ dan mundur dari pekerjaan kita di perusahaan swasta/ negeri. Apalagi di #socialmedia seperti Facebook banyak teman- teman Anda yang membuat status yang membuat Anda merasa panas dingin dengan sliweran ‘Udah resign ajaaa………’. Resign nya sih memang enak, tapi sudahkah Anda benar- benar mempersiapkan diri dengan matang?

Bisa dibilang, Indonesia adalah surganya bisnis online. Bagaimana tidak… dengan jumlah penduduknya yang luar biasa dan kultur masyarakat yang konsumtif, Indonesia menyimpan potensi yang gila untuk membuat setiap bisnis online dan startup mudah laris manis. Meskipun startup baru kerap muncul setiap bulannya, startup lama pun tetap unjuk gigi dan persaingan berjalan dengan sangat kompetitif.

Kini, hampir setiap online marketer ingin mendirikan startup dan resign dari pekerjaan mereka. Tentu saja ini sangat positif dan sah- sah saja. Tapi… tentu ada beberapa hal yang wajib menjadi pertimbangan. Mengapa? Karena mendirikan startup atau bisnis lainnya selalu ada ups and down. Tidak sama dengan menjadi karyawan yang selalu mendapat gaji bulanan dan THR tahunan. Menjadi pengusaha, selain Anda siap dengan ikan paus Anda harus waspada juga bila terhadap resiko untuk mendapatkan ikan teri. That’s entrepreneur life.

 

Pertimbangkan 3 Hal Ini Sebelum Anda Mantap Resign untuk Bisnis Online dan Startup

Sudah mantap untuk resign demi memaksimalkan bisnis online atau mendirikan startup baru? #Resign atau memulai bisnis, keduanya membutuhkan persiapan. Baik lah, setidaknya ada 3 hal yang wajib menjadi perhatian Anda kali ini :

1. Anda Memiliki Model Bisnis yang Jelas dan Siap Bersaing
Meskipun di atas tadi sempat Saya singgung bahwa Indonesia itu surga, bukan berarti Anda akan kebagian enak terus dalam berbisnis.  Jika ingin lebih sering enak dan nyaman, tentu persiapannya harus matang. Salah satunya adalah dengan memiliki model bisnis yang jelas. Startup atau bisnis Anda harus memiliki konsep yang bisa terus berkembang dan terus berjalan di segala kondisi. Anda harus dapat memahami kemauan pasar dan mempunyai pengalaman dalam menjangkau pasar Anda sehingga meskipun persaingan semakin ketat, Anda tidak tenggelam begitu saja. Bagaimana cara mendapatkan pengalaman tersebut? Tentu saja karena Anda sudah sempat menjajaki bidang yang ingin Anda tekun itu dalam kurun waktu tertentu. Jadi, tentu saja tidak asal resign, kan?

3. Anda Memiliki Produk yang Siap Bersaing
Jika sudah memiliki konsep bisnis yang matang, maka pastikan produk Anda juga siap. Siap disini berarti Anda sudah pernah menguji produk Anda ke pasar dan produk Anda mendapatkan respon yang baik dari pasar. Produk Anda harus berkualitas, bermanfaat untuk konsumen, siap bersaing dan inovatif. Percaya lah, di bisnis online, Anda tidak sedang sendirian. Produk Anda, apa pun jenisnya, pasti memiliki ‘teman’. Untuk dapat eksis dalam jangka waktu yang lama, Anda harus lebih unggul dari ‘teman’ Anda. Sebagai catatan, jika menyangkut soal kualitas, sebenarnya bukan hanya produk saja ya, tapi juga Anda harus memiliki layanan yang prima untuk konsumen.

4. Temukan Partner untuk Tumbuh Bersama
Mengapa harus sendiri kalau bersama- sama akan menjadi lebih mantap dan menjadi lebih hebat? Temukan lah partner yang dapat membantu Anda mengembangkan #startup Anda. Tidak mudah memang menemukan partner ahli yang sejalan, tapi dengan melakukan riset dan membuka diri, Anda pasti akan menemukan partner untuk menjadikan bisnis online atau startup Anda menjadi lebih sensasional.

Beberapa keuntungan ketika Anda menemukan partner ahli antara lain dapat menyusun rencana untuk mengembangkan startup, menggabungkan variasi ide, mengeksekusi sesuai keahlian masing- masing dan juga ada teman untuk menanggung resiko bersama. Karena akan ada hal yang akan kalian bagi bersama, maka teliti dan sabar lah untuk mencari partner bisnis ini.

4. Persiapkan Tabungan Resiko
Siapa sih yang berani menjamin mendirikan startup dan fokus di bisnis akan selalu untung? Pengusaha yang sudah berpengalaman pun menyadari bahwa kerugian adalah bagian dari permainan. Maka dari itu, sebelum Anda resign, pastikan Anda sudah memikirkan hal ini dan juga sudah menyiapkan tabungan resiko jika saja bisnis Anda tidak berjalan sesuai rencana. Lho, belum apa- apa kok sudah pesimis? Mempersiapkan resiko tidak ada hubungannya dengan pesimis sama sekali. Resiko adalah bagian dari hidup yang wajib kita persiapkan. Khususnya jika Anda sudah berkeluarga, tentu saja Anda harus memikirkan tentang resiko ini lebih serius lagi karena ada pertanggungjawaban ekstra. Tabungan resiko ini juga dapat Anda gunakan untuk cadangan membiayai startup Anda jika membutuhkan dana tambahan tanpa harus terjebak pada hutang dengan bunga yang tinggi.

Bagaimana? Anda sudah mempertimbangkan 4 point di atas dengan seksama? Jika Anda sudah siap dan mantap, ayo resign sekarang juga!