Apa itu Time to Market (TTM) & Strategi Ampuh Menerapkannya

Apa itu Time to Market (TTM) & Strategi Ampuh Menerapkannya

Strategi Time to Market (TTM) yang efektif menjadi kunci penting keberhasilan perusahaan dalam peluncuran produk. Dengan timing yang tepat, mulai dari konsepsi produk hingga peluncuran ke market, perusahaan bisa mendapatkan keunggulan kompetitif dan mendapat perhatian audiens.

Itulah mengapa penting bagi perusahaan untuk merancang strategi Time to Market ini dengan tepat.

Pengertian Time to Market (TTM)

Time to Market (TTM) merupakan istilah yang digunakan untuk mengukur lamanya waktu yang dibutuhkan sejak permulaan pengembangan sebuah produk hingga produk tersebut diluncurkan ke pasar.

Secara sederhana, pengertian Time to Market adalah rentang waktu yang dibutuhkan mulai dari proses riset, pengembangan, proses produksi hingga peluncuran produk ke pasar. Semakin singkat TTM, maka semakin baik, karena berarti produk bisa segera konsumen nikmati.

Tujuan utama dari TTM adalah mempercepat waktu rilis produk baru agar bisa lebih dulu memenuhi kebutuhan konsumen dan meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan. Dengan TTM yang singkat, perusahaan bisa menjadi yang pertama memperkenalkan produk terbaru di pasar.

Manfaat Time to Market (TTM)

Beberapa manfaat yang dengan menerapkan strategi TTM yang efektif untuk perusahaan, antara lain:

  • Meningkatkan pendapatan dan pangsa pasar karena produk baru bisa segera dipasarkan.
  • Mendapatkan umpan balik cepat dari konsumen terkait produk baru. 
  • Meningkatkan kepuasan dan loyalitas konsumen.
  • Memperkuat citra dan reputasi perusahaan sebagai inovator.
  • Mendapatkan keuntungan kompetitif di pasar dengan meluncurkan produk terlebih dahulu.

Dengan memahami definisi, tujuan dan manfaat TTM, perusahaan dapat menyusun strategi yang tepat untuk mempercepat waktu rilis produk baru ke pasar.

Jenis Time to Market

Time to market (TTM) dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis berdasarkan seberapa besar perubahan yang produk lakukan. Berikut adalah jenis-jenis time to market:

1. Incremental TTM

Incremental TTM merujuk pada pengembangan produk secara bertahap melalui serangkaian perubahan kecil. Tujuannya adalah memperbarui fitur produk yang sudah ada tanpa merubah secara drastis. Contohnya seperti keluaran iPhone baru setiap tahun dengan tambahan fitur minor.

2. Radical TTM 

Radical TTM mengacu pada pengembangan produk melalui perubahan besar pada sebagian desain atau fitur. Misalnya penambahan kamera ganda pada ponsel. Radikal TTM masih menggunakan teknologi yang sudah ada namun menggunakan cara baru dalam penerapannya.

3. Breakthrough TTM

Breakthrough TTM merupakan pengembangan produk yang sama sekali baru berdasarkan teknologi baru. Produk tersebut belum pernah ada sebelumnya di pasar. Contoh breakthrough TTM adalah peluncuran telepon pintar pertama berbasis Android.

4. New Product TTM

New product TTM adalah jenis time to market di mana perusahaan mengembangkan produk yang benar-benar baru di luar lini produk yang sudah ada. Misalnya perusahaan mainan yang membuat produk elektronik. New product TTM paling berisiko tinggi karena memerlukan pengembangan produk dari nol.

Strategi Merancang Time to Market (TTM)

Untuk menerapkan strategi Time to Market yang efektif, perusahaan dapat membaginya ke dalam beberapa strategi yang terkonsep secara menyeluruh. Mulai dari pemahaman terhadap kebutuhan pasar, strategi pengembangan produk, proses produksi, strategi peluncuran produk hingga evaluasi pasca peluncuran.

1. Strategi Memahami Pasar

Salah satu kunci sukses menerapkan time to market yang efektif adalah dengan lebih dulu memahami pasar sasaran produk. Beberapa strategi yang dapat perusahaan lakukan antara lain:

1.1 Riset Pasar

Lakukan riset pasar yang komprehensif untuk mengetahui potensi permintaan, tren dan preferensi konsumen terhadap produk yang akan diluncurkan. Kumpulkan data dan wawancara calon konsumen untuk memahami kebutuhan mereka. Riset pasar akan memberikan informasi berharga tentang peluang pasar bagi produk baru.

1.2 Analisis Kompetitor 

Selain memahami konsumen, pelajari juga produk dan strategi para kompetitor. Analisis ini penting untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan produk kompetitor, sehingga dapat dijadikan pembelajaran dalam merancang produk dan strategi pemasaran yang lebih baik.

1.3 Survei Pelanggan

Lakukan survei kepada pelanggan kompetitor untuk mendapatkan masukan langsung tentang produk pesaing. Temukan kelemahan produk kompetitor berdasarkan pengalaman pelanggan, sehingga dapat dijadikan peluang untuk mengembangkan produk yang lebih baik.

2. Strategi Pengembangan Produk

Pengembangan produk adalah tahap penting dalam proses mengurangi time to market. Beberapa strategi yang dapat perusahaan lakukan adalah:

2.1 Brainstorming

Brainstorming dilakukan untuk mengumpulkan sebanyak mungkin ide dan gagasan terkait produk baru. Aktivitas ini bisa melibatkan tim internal perusahaan atau bahkan pelanggan. Brainstorming yang efektif adalah brainstorming tanpa filter, di mana semua ide menjadi bahan diskusi tanpa ada yang ditolak di awal.

2.2 Prototyping 

Setelah tahap brainstorming, ide-ide terbaik kemudian dibuat menjadi prototipe atau purwarupa. Tujuan prototyping adalah untuk mewujudkan ide agar bisa dievaluasi lebih lanjut. Prototipe bisa dalam bentuk gambar, model 3D, atau bahkan produk yang sudah jadi tapi masih kasar. Prototyping memungkinkan pengujian dan perbaikan produk sebelum diproduksi massal.

2.3 Validasi Produk

Validasi produk penting untuk memastikan produk baru sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Validasi bisa dilakukan dengan survei, focus group, uji coba lapangan, dan metode lainnya. Dengan adanya proses ini, perusahaan dapat mengidentifikasi kelemahan produk sehingga bisa diperbaiki sebelum diluncurkan ke pasar. Validasi produk yang komprehensif dapat mempersingkat waktu peluncuran produk ke pasar.

3. Strategi Proses Produksi

Salah satu kunci sukses menerapkan time to market adalah mengoptimalkan proses produksi. Beberapa strategi yang bisa dalam proses ini meliputi :

3.1 Otomatisasi 

Otomatisasi proses produksi sangat penting untuk mempercepat waktu produksi. Misalnya dengan menggunakan mesin-mesin otomatis, artificial intelligence, robotika, dan teknologi control system. Otomatisasi bisa mengurangi human error, meningkatkan konsistensi kualitas, dan tentunya mempersingkat waktu produksi.

3.2 Lean Manufacturing

Prinsip lean manufacturing adalah meminimalkan waste dan mengoptimalkan value added activity dalam proses produksi. Dengan menerapkan lean manufacturing, perusahaan bisa mengurangi pemborosan waktu, tenaga, dan sumber daya dalam proses produksi.

Beberapa teknik lean manufacturing yang bisa diterapkan antara lain 5S (sort, set, shine, standardize, sustain), kaizen, just-in-time production, value stream mapping, dan lain-lain.

3.3 Supply Chain Optimization 

Mengoptimalkan rantai pasokan (supply chain) juga penting untuk mempercepat time to market. Misalnya dengan menjalin kerja sama yang erat dengan vendor dan supplier agar bahan baku cepat tersedia. Menggunakan sistem persediaan just-in-time. Atau menerapkan vendor managed inventory dimana pemasok yang mengelola persediaan di gudang pelanggan.

Dengan supply chain yang optimal, maka semua komponen yang dibutuhkan untuk produksi bisa langsung tersedia sehingga proses produksi berjalan lancar dan cepat.

4. Strategi Peluncuran Produk 

Salah satu kunci sukses penerapan time to market adalah memiliki strategi peluncuran produk yang tepat. Beberapa hal yang perlu perusahaan perhatikan dalam strategi ini antara lain:

4.1 Rencana Pemasaran

  • Buat rencana pemasaran yang matang agar produk dapat cepat dikenal oleh target pasar. Fokuskan pada kegiatan promosi dan iklan di platform digital karena lebih fleksibel dan praktis.  
  • Siapkan tim pemasaran yang solid untuk eksekusi strategi promosi. Mereka harus paham betul positioning dan unique selling point (USP) produk.
  • Alokasikan anggaran pemasaran yang cukup besar untuk kegiatan seperti iklan digital, optimasi mesin pencari, dan konten pemasaran (content marketing). Ini penting agar produk cepat viral di pasar.

4.2 Membangun Buzz

  • Bangun buzz dan antusiasme sebelum peluncuran produk lewat teaser campaigns di media sosial. Ini penting untuk meningkatkan awareness.
  • Libatkan influencer dan KOL dalam industri untuk mencoba produk sebelum diluncurkan. Mereka bisa membantu menyebarkan buzz dengan review positif.
  • Rilis press kit ke media massa terkait profil produk dan keunggulannya. Harapannya liputan media bisa meningkatkan kredibilitas di mata calon konsumen.

4.3 Kampanye Pra-Peluncuran 

  • Lakukan pre-order atau reservasi produk sebelum peluncuran agar ada demand yang terbangun. Ini juga memudahkan perkiraan awal penjualan.
  • Buat event peluncuran produk yang meriah dengan mengundang calon konsumen dan mitra bisnis. Ini momentum bagus untuk demo produk secara langsung.
  • Bagikan free sample produk ke calon konsumen terpilih untuk mendapatkan testimoni awal. Feedback dari mereka bisa menjadi bahan evaluasi sebelum peluncuran penuh.

Dengan strategi peluncuran yang tepat, produk baru lebih cepat diterima pasar sehingga time to market berjalan optimal. Hal ini tentu sangat penting dalam memenangkan persaingan di era disrupsi digital saat ini.

5. Strategi Evaluasi Pasca-Peluncuran

Setelah produk diluncurkan, perusahaan perlu melakukan evaluasi pasca-peluncuran untuk menilai keberhasilan strategi time to market yang perusahaan terapkan. Hal ini meliputi :

5.1 Review Penjualan

  • Mengkaji pencapaian target penjualan yang perusahaan tetapkan sebelum peluncuran produk. Apakah penjualan sesuai ekspektasi atau jauh di bawah target?
  • Membandingkan dengan produk pesaing. Apakah penjualan produk lebih tinggi atau lebih rendah dari produk pesaing?
  • Menganalisis tren penjualan mingguan atau bulanan. Apakah terjadi peningkatan atau penurunan dari waktu ke waktu?

5.2  Umpan Balik Pelanggan

  • Melakukan survei kepuasan pelanggan untuk mendapatkan umpan balik secara langsung. 
  • Mengumpulkan testimoni dan ulasan produk di media sosial atau platform ulasan. 
  • Mencatat dan menganalisis keluhan yang masuk ke customer service.

5.3 Analisis Laba Rugi

  • Menganalisis laba rugi produk dengan memperhitungkan biaya produksi, biaya promosi, dan pendapatan dari penjualan.
  • Membandingkan dengan perkiraan laba rugi sebelum peluncuran. Apakah sesuai perhitungan atau tidak?
  • Menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk break even point (BEP).

Dengan melakukan evaluasi ini, perusahaan bisa mengetahui apakah strategi time to market sudah berhasil optimal atau perlu penyesuaian untuk peluncuran produk berikutnya.

Contoh Studi Kasus

Berikut adalah beberapa contoh studi kasus penerapan time to market pada perusahaan:

1. Studi Kasus Perusahaan Teknologi

Perusahaan teknologi biasanya berpacu dengan waktu untuk meluncurkan produk terbaru agar tetap kompetitif di pasar. Misalnya Apple, mereka terkenal dengan kecepatannya dalam mengembangkan dan meluncurkan iPhone setiap tahunnya.

Apple melakukan riset pasar secara menyeluruh untuk memahami kebutuhan dan preferensi konsumen. Mereka juga mempercepat proses pengembangan dan produksi dengan menggunakan supplier yang andal.

Strategi peluncuran produk Apple biasanya dimulai beberapa bulan sebelum peluncuran lewat teaser dan rumor untuk membangkitkan hype. Ini membantu meningkatkan awareness dan demand saat peluncuran.

Evaluasi pasca-peluncuran juga rutin dilakukan untuk mengumpulkan feedback dari pengguna yang bisa menjadi input pengembangan produk berikutnya.

2. Studi Kasus Perusahaan FMCG

Perusahaan FMCG (Fast Moving Consumer Goods) seperti Unilever dan P&G harus cepat merespons preferensi dan kebutuhan konsumen yang selalu berubah. Mereka rutin melakukan riset pasar untuk mengidentifikasi tren terbaru.

Misalnya saat tren perawatan diri alami sedang naik daun, P&G segera mengembangkan lini perawatan rambut alami Pantene Pro-V Botanical. Mereka bekerja sama dengan supplier bahan alami terpercaya untuk mempercepat proses produksi.

Strategi peluncuran melibatkan sampling produk dan iklan di berbagai platform. Pasca-peluncuran, performa produk terus dipantau lewat survei dan panel konsumen. Feedback yang didapat bisa menjadi masukan untuk perbaikan produk maupun ide produk baru.

Tantangan Dalam Penerapan TTM

Penerapan TTM bukanlah hal yang mudah, terdapat beberapa tantangan yang harus perusahaan hadapi dalam menerapkannya:

1. Biaya Tinggi

Mengukur dan mempersingkat waktu peluncuran produk ke pasar membutuhkan investasi yang besar. Perusahaan perlu mengeluarkan dana lebih untuk riset pasar, pengembangan produk, peningkatan kapasitas produksi, serta aktivitas promosi. Tidak semua perusahaan mampu menanggung biaya tinggi ini.

2. Ketidakpastian Pasar

Sulit memprediksi preferensi dan perilaku konsumen di masa depan. Terkadang perusahaan sudah mengembangkan produk yang dianggap sesuai dengan kebutuhan pasar. Namun, ternyata respon konsumen berbeda setelah produk diluncurkan. Hal ini tentu menjadi risiko bagi perusahaan.

3. Perencanaan yang Buruk

Perencanaan dan eksekusi yang buruk dapat menggagalkan implementasi TTM. Jika perusahaan tidak melakukan riset pasar, perencanaan produk, dan penjadwalan yang matang, maka waktu peluncuran produk bisa molor dan tidak tepat sasaran.

Dengan memahami tantangan-tantangan ini, perusahaan dapat menyiapkan langkah-langkah untuk mengurangi risiko dan menjamin keberhasilan implementasi TTM.

Kesimpulan

Time to market (TTM) merupakan metrik penting yang mengukur lamanya waktu mulai dari tahap pengembangan produk hingga produk tersebut diluncurkan ke pasar. Dengan menerapkan strategi TTM yang tepat, perusahaan dapat mempercepat proses pengembangan dan peluncuran produk baru.

Berikut adalah ringkasan poin-poin penting terkait TTM :

  • Strategi utama untuk menerapkan TTM yang efektif antara lain memahami pasar dan kebutuhan pelanggan, pengembangan produk iteratif, optimasi proses produksi, serta peluncuran dan evaluasi pasca-peluncuran produk.  
  • Studi kasus sukses menerapkan TTM antara lain Samsung dengan Galaxy Fold, dan Tesla dengan kendaraan listriknya.
  • Tantangan utama penerapan TTM adalah biaya yang tinggi, keterbatasan sumber daya, serta kurangnya fleksibilitas organisasi.

Adapun saran untuk menerapkan TTM secara efektif antara lain:

  • Lakukan riset pasar dan analisis kebutuhan pelanggan secara berkala
  • Terapkan pendekatan desain iteratif dan prototype cepat 
  • Otomasi dan optimasi proses produksi 
  • Rencanakan strategi peluncuran dan promosi matang
  • Lakukan evaluasi dan perbaikan terus-menerus pasca peluncuran produk
  • Tingkatkan kolaborasi lintas departemen dan fleksibilitas organisasi

Dengan menerapkan strategi TTM yang tepat, perusahaan dapat meningkatkan keunggulan kompetitif dan meraih kesuksesan dengan produk barunya.