Apa itu Workaholic, Tanda, Dampak Negatif dan Cara Bijak Mengatasinya
Istilah workaholic atau “gila kerja” mungkin sudah sangat familiar di telinga banyak orang. Terutama di dunia kerja yang keras dan kompetitif, banyak individu yang terjebak menjadi seorang workaholic demi membuat atasan terkesan atau mengejar karir yang cemerlang.
Di sisi lain, workaholic juga berbeda dengan konsep produktivitas. Dalam produktivitas, seseorang akan bekerja dengan efektif dan efisien untuk mengelola pekerjaan mereka agar memberi hasil sesuai tujuan. Namun seorang workaholic mempunyai obsesi yang lebih gila dalam pekerjaan.
Di artikel ini, Panda akan mengulas secara lengkap tentang apa itu workaholic, tanda- tandanya dan cara mengatasi kondisi gila kerja ini.
Pengertian Workaholic
Melansir dari American Psychology Association, kata workaholic mempunyai kaitan erat dengan istilah workaholism. Workaholism adalah kondisi dimana seseorang merasakan tekanan atau dorongan dalam diri mereka untuk terus bekerja tanpa bisa mengendalikannya.
Seseorang yang mengidap workaholism akan terus kecanduan bekerja karena faktor dari dalam dirinya, bukan karena faktor lain.
Lantas bagaimana dengan Workaholic?
Per definisi, workaholic adalah sebuah istilah yang menggambarkan tentang perilaku gila kerja seseorang, yang memprioritaskan pekerjaan secara berlebihan hingga mengesampingkan aspek lain dalam kehidupannya. Tidak jarang, seseorang menjadi workaholic sebagai bentuk aktualisasi diri, bukan sekedar faktor penghasilan.
Tidak heran, workaholic sering kita sebut sebagai ‘gila kerja’ karena obsesi atau kecanduannya yang tinggi terhadap pekerjaan. Mereka sering kesulitan untuk memisahkan diri dari pekerjaan dan rela mengabaikan banyak hal di sekitarnya.
Penyebab Seseorang Menjadi Si Gila Kerja “Workaholic”
Beberapa orang terjebak dalam situasi workaholic karena dorongan ambisi yang kuat untuk mencapai mimpi mereka. Umumnya, hal- hal berikut ini lah yang mendorong seseorang menjadi seorang workaholic :
1. Ambisi Tinggi dan Berlebihan
Setiap orang perlu mempunyai ambisi untuk mencapai mimpi dan tujuan mereka. Namun, ambisi ini perlu bisa dikendalikan dengan baik, bukan sekedar tinggi dan berlebihan.
Ambisi yang tinggi dan terkendali bisa menjadi pendorong positif untuk mencapai tujuan. Akan tetapi, saat ambisi ini bertransformasi menjadi obsesi yang tak terkendali, seseorang bisa terjebak ke dalam ambisi yang tidak sehat dan tidak seimbang.
2. Obsesi di Lingkup Pekerjaan
Obsesi terhadap sesuatu di lingkup pekerjaan juga bisa mendorong seseorang berperilaku workaholic. Misalnya saja terobsesi untuk menjadi best perform setiap waktu atau ingin cepat naik jabatan.
Saat obsesi untuk mencapai target tertentu atau menjaga standar tinggi berlangsung tanpa henti, hal ini bisa membuat seseorang mengabaikan banyak hal penting di sekitarnya.
Tanda- tanda Seseorang Menjadi Workaholic
Bagaimana kita dapat mengidentifikasi seseorang yang memiliki kecenderungan workaholic? Berikut adalah tanda- tanda yang sering kita temui dari seorang workaholic :
1. Pekerjaan adalah Prioritas Utama
Melansir dari The Ladders, salah satu tanda yang paling terlihat dari seorang workaholic adalah menjadikan pekerjaan sebagai hal terpenting dalam hidupkan. Seorang workaholic sangat terobsesi pada bekerja. Mereka bisa kerja tidak kenal waktu, tidak kenal tempat dan bahkan hingga melewatkan waktu makan.
Para workaholic juga tipikal orang yang tidak keberatan untuk bekerja di luar jam kerja, atau di tanggal merah dan akhir pekan. Mereka rela menunda quality time bersama keluarga atau hobi demi memuaskan ego bekerja mereka.
2. Tidak Memiliki Hubungan Dekat
Karena pekerjaan adalah yang utama, seorang workaholic tidak sungkan untuk mencurahkan semua waktu dan energi mereka untuk pekerjaan. Alhasil, mereka tidak punya waktu untuk menjalin hubungan dekat. Mereka betah berjam- jam bekerja dan mengabaikan pentingnya bersosialisasi.
3. Bekerja dengan Serius dan Tidak Suka Diganggu
Karena terobsesi dengan pekerjaan, seorang workaholic tidak suka pekerjaannya diganggu. Mereka memilih memusatkan pikirannya ke pekerjaan agar semua bisa tuntas dengan maksimal. Bagi mereka, penting sekali untuk menyelesaikan pekerjaan dengan serius.
4. Stres Saat Tidak Bisa Bekerja
Dengan dorongan yang sangat besar untuk bekerja, seorang workaholic justru sering stres dan panik saat berada dalam situasi tidak bekerja. Tidak jarang, mereka akan mencari- cari sesuatu untuk terus bisa dikerjakan. Mereka juga tidak sungkan untuk meminta pekerjaan tambahan ke atasan mereka.
5. Menjadikan Pekerjaan sebagai Pelarian
Ciri- ciri workaholic selanjutnya adalah sering menjadikan pekerjaan sebagai pelarian. Mereka terbiasa menjadikan pekerjaan sebagai pelampiasan dan pelarian dari masalah, kekecewaan, rasa takut, hingga rasa bersalah.
Di satu sisi, hal ini bisa berarti positif daripada menjadikan hal negatif lainnya sebagai pelarian. Di sisi lain, hal seperti ini tidak menyelesaikan masalah sebenarnya. Akan lebih tepat untuk menyelesaikan masalah dengan bijak dan fokus, baru kembali ke pekerjaan. Menjadikan pekerjaan sebagai pelarian masalah sebenarnya hanya menunda kamu untuk berhadapan dengan masalah itu.
6. Mengalami Sindrom Impostor
Sindrom impostor merupakan rasa tidak puas dan tidak pantas atas pencapaian dan kesuksesan yang diperoleh. Seseorang yang mengalami sindrom impostor cenderung merasa dirinya tidak layak memperoleh kesuksesan yang mereka raih. Hal ini mendorong mereka untuk terus bekerja tanpa henti demi melindungi pekerjaannya.
Mereka yang mengalami sindrom ini akan selalu merasa was- was dengan apa yang mereka miliki.
7. Keseimbangan antara Bekerja dan Kehidupan Pribadi yang Buruk
Karena obsesinya untuk terus bekerja, seorang workaholic cenderung kehilangan keseimbangan antara bekerja dan kehidupan pribadinya. Mereka rela kehabisan waktu untuk bekerja sehingga waktu untuk keluarga, sahabat dan hobi pun hilang.
8. Mudah Sakit karena Bekerja Terlalu Keras
Berkaitan dengan kesehatan fisik dan mental, seorang workaholic berhadapan dengan dua di sisi. Di satu sisi mereka akan mudah stres dan panik jika tidak bekerja. Namun di sisi lain mereka bisa mudah sakit karena bekerja terlalu keras.
Dua sisi ini sebenarnya adalah sinyal bahwa setiap hal ada porsinya. Setiap individu harus bisa menyeimbangkan antara bekerja dan menikmati waktu luang. Dengan begitu, kesehatan fisik dan mental juga dapat diseimbangkan.
9. Tidak Pernah Puas
Seorang workaholic tidak pernah merasa cukup dengan apa yang mereka kerjakan. Mereka selalu ingin melakukan hal lain dan yang lainnya lagi karena sudah sangat terobsesi dengan pekerjaan. Mereka juga rela melakukan apapun untuk mencapai apa yang menjadi tujuan mereka.
10. Tidak Menyadari Kondisi Mereka
Tanda selanjutnya dari perilaku workaholic adalah kenyataan bahwa mereka tidak menyadari kondisi yang mereka alami. Saat ada yang rekan yang mengingatkan kalau mereka gila kerja, umumnya mereka akan mengelak dan menganggap dirinya hanya menjaga produktivitas. Padahal, ia sudah merelakan banyak hal demi bekerja terus menerus.
Ia bahkan lebih mementingkan untuk terus bekerja, alih- alih meluangkan waktu bersama keluarga.
Dampak Negatif Menjadi Workaholic
Sama seperti hal lainnya yang berlebihan, workaholic juga mempunyai dampak negatif untuk pelakunya.
1. Resiko Kesehatan Mental
Dampak negatif pertama dari gila kerja adalah gangguan kesehatan mental. Kamu mungkin hanya merasa stres dan kelelahan pada awalnya. Namun lambat laun, kamu akan merasakan gejala yang lebih buruk, seperti kecemasan hingga depresi.
Waktu yang terus- terusan kamu gunakan untuk bekerja bukan hanya menyita waktu dan energimu untuk hal lain, tapi juga merenggut ketenangan dan kebahagian mu dari hal- hal di sekitarmu.
2. Resiko Penyakit Fisik
Mereka yang bekerja terlalu keras sering tidak peduli dengan kesehatannya. Mereka sering terlambat makan, tidak peduli dengan waktu tidur hingga mengabaikan sinyal- sinyal kelelahan tubuh.
Lambat laun, kebiasaan ini bisa memicu berbagai penyakit fisik yang lebih serius. Daya tahan tubuh akan menurun dan menjadi pintu gerbang untuk berbagai penyakit kronis.
3. Keseimbangan Hidup yang Terganggu
Workaholic cenderung mengabaikan aspek penting dalam kehidupan sehari-hari, seperti waktu bersama keluarga, rekreasi, atau bahkan tidur yang memadai. Hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam kehidupan, menciptakan stres dan kelelahan yang konstan.
4. Merusak Pola Tidur
Rusaknya pola tidur menjadi dampak negatif yang paling cepat terasa saat seseorang bekerja terus menerus. Awalnya kamu mulai sering terlambat tidur. Lambat laun, kamu juga merasa sulit tidur dan bahkan merasa terganggu saat tidur di malam hari. Alhasil, kamu menjadi cepat lelah karena kualitas tidur yang semakin berkurang.
5. Dampak Buruk pada Hubungan Pribadi
Karena tenggelam dalam pekerjaan, seorang workaholic cenderung tertekan dalam hubungan pribadi. Mereka kehilangan waktu bersama teman, sahabat atau pasangan yang bisa memicu konflik hubungan pribadi.
Tidak jarang para workaholic ini sering merasa kesepian sekaligus merasa terisolasi secara sosial.
Tips Mengatasi Kebiasaan Workaholic
Mengatasi kecenderungan workaholic memerlukan kesabaran dan usaha yang berkelanjutan. Di tahap awal, penting sekali untuk pelaku menyadari bahwa mereka sudah terjebak dalam situasi ini.
1. Tetapkan Boundaries
Boundaries atau Boundary adalah batasan yang menandakan hal- hal apa saja yang bisa kamu terima atau tidak, bisa kamu tolerir atau tidak. Menetapkan boundaries dalam lingkup pekerjaan bisa kamu mulai dengan menentukan aktivitas yang mashi bisa kamu toleransi untuk dilakukan di luar jam kerja.
Misalnya untuk sekedar cek email atau cek WhatsApp. Kamu juga bisa mengatur away message atau pesan di luar jam kerja untuk memberitahu orang- orang bahwa kamu mungkin saja membaca pesan mereka, tapi akan merespon keesokan hari di jam kerja.
Dengan menetapkan boundaries dan bersikap tegas terhadap batasan yang kamu buat, kamu akan belajar untuk menyeimbangkan urusan pekerjaan dan kehidupan pribadi.
2. Komitmen untuk Istirahat
Untuk menghentikan pola workaholic, kamu harus memberi tahu diri sendiri untuk tidak memaksakan diri bekerja terus menerus. Ada waktu untuk bekerja, ada waktu untuk istirahat. Jangan terlalu memaksakan diri.
Untuk orang normal, mereka dapat dengan mudah menentukan waktu istirahat. Namun untuk seorang workaholic, mereka perlu berkomitmen untuk menetapkan waktu istirahat begitu jam kerja selesai. Jika perlu, atur waktu cuti juga untuk menikmati istirahat lebih lama bersama orang di sekitarmu.
3. Tentukan Prioritas Tugas dan Tujuan Realistis
Seorang workaholic sering terobsesi untuk terus melakukan banyak pekerjaan dalam waktu singkat. Dengan membuat daftar prioritas dan tujuan realistis, seseorang akan menjadi lebih fokus dan efisien dalam menangani tugas mereka.
Mereka tidak terlalu terbebani dengan obsesi yang berlebihan, tapi mengalihkan fokus mereka ke tujuan yang lebih masuk akal.
4. Menikmati Aktivitas di Luar Pekerjaan
Hidup tidak melulu tentang bekerja, mungkin hal ini yang perlu workaholic pahami dalam kehidupan. Selain bekerja, ada banyak hal menarik yang bisa mereka lakukan, baik di lingkungan rumah maupun masyarakat.
Misalnya saja, kamu bisa menikmati aktivitas di lingkup lingkungan rumah, hobi, olahraga atau bakti sosial bersama dengan teman. Atau, kamu juga bisa melakukan aktivitas self care untuk diri sendiri. Misalnya dengan menikmati spa atau facial yang memanjakan diri sendiri. Dengan aktivitas di luar pekerjaan, hidup akan menjadi lebih seimbang.
5. Mindset Mengutamakan Kesehatan
Pada akhirnya, tidak ada yang lebih penting dari menjaga kesehatan. Jika terus memaksa dirimu bekerja secara berlebihan, kesehatanmu akan menurun dari waktu ke waktu. Jika sudah seperti ini, siapa yang paling rugi dan menderita?
Kesehatanmu adalah tanggungjawab pribadi nomer 1. Kesehatan juga tidak bisa terkompensasi dengan besarnya gaji jika sudah terjadi hal buruk. Jadi, ingatlah selalu untuk menyeimbangkan kehidupanmu. Bekerja dengan penuh tanggungjawab, tapi tetap istirahat dengan seimbang, menjaga pola makan dan menikmati aktivitas menyenangkan di luar sesuai kebutuhan.
Kesimpulan
Bagi sebagian orang, workaholic mungkin terdengar keren. Namun pada kenyataannya, menyeimbangkan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi adalah pilihan hidup yang lebih sehat dan ideal.
Pasalnya, menjadi terlalu terfokus pada pekerjaan tanpa memperhatikan keseimbangan hidup dapat mengakibatkan stres kronis, kelelahan, hingga merugikan hubungan pribadi. Oleh sebab itu, mengenali tanda-tanda workaholic dan mengambil langkah-langkah untuk mengelola perilaku ini sangatlah penting.
Ada beberapa upaya yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi workaholic. Mulai dari setting boundaries, membuat komitmen istirahat, membuat daftar prioritas prioritas, dan melibatkan diri dalam aktivitas di luar pekerjaan adalah beberapa strategi praktis bisa kamu lakukan.
Dengan melakukan upaya ini, kamu bisa menciptakan keseimbangan yang sehat antara karier dan kehidupan pribadi. Selanjutnya, kamu juga bisa membangun fondasi yang kuat untuk mencapai kesuksesan profesional tanpa mengorbankan kesejahteraan pribadi.
Semoga bermanfaat!