Home 9 Marketing 9 Perbedaan Hard Selling vs Soft Selling dan Contoh- Contohnya

Perbedaan Hard Selling vs Soft Selling dan Contoh- Contohnya

oleh | Marketing

Hard Selling dan Soft Selling adalah dua teknik berjualan yang sangat populer. Keduanya paling sering diterapkan, serta mempunyai strength poin yang berbeda antar satu dan yang lainnya.

Dua teknik pemasaran ini berlawanan. Dalam bisnis, Anda bisa menerapkan keduanya untuk saling melengkapi dan membuat strategi marketing menjadi lebih optimal.

Namun sebelumnya, tentu kita perlu tahu lebih dulu perbedaan mendasar dari hard-selling dan soft-selling, kemudian mengenali metode dan cara promosinya.

Apa itu Hard Selling dan Soft Selling?

Sebelum mengenali perbedaan keduanya, tentu penting untuk kita memahami lebih dulu apa itu hard-selling dan soft-selling.

Pengertian Hard Selling

Contoh Hard Selling
  • Save

Ada beberapa versi definisi dari Hard Selling. Jika kita rujuk dari kata asalnya, arti dari Hard Selling adalah sebuah metode pemasaran secara langsung dan terbuka.

Dalam versi yang lebih lugas, Hard Selling adalah sebuah strategi pemasaran untuk melakukan penjualan (sales) yang bersifat gamblang atau langsung. Tujuannya adalah untuk melakukan transaksi terhadap produk yang diiklankan dengan cepat.

Hard Selling kerap disebut sebagai metode pemasaran yang agresif. Pasarnya, tidak ada basa- basi kepada konsumen. Promosi bersifat to the point dan cenderung buru- buru untuk mendorong calon konsumen segera melakukan transaksi.

Teknik ini bisa dilakukan secara langsung oleh sales person atau dalam penerapan iklan online dan offline. Teknik ini juga bisa menjadi metode efektif untuk beberapa situasi.

Kelemahannya, metode ini kurang mempertimbangkan faktor awareness audiens dan urusan jangka panjang lainnya. 

Pengertian Soft Selling

Keuntungan strategi soft selling
  • Save

Kebalikannya dari Hard Selling, kita mengenal apa itu Soft Selling. Soft-selling adalah strategi penjualan dengan pendekatan yang lebih halus dan cenderung membuat orang penasaran.

Soft selling membuat calon pelanggan tidak merasa bahwa mereka ditawari produk. Namun mereka mengenali fungsi atau manfaat produk tersebut, mereka akan terpancing untuk mencari tahu lebih jauh.

Dengan trik ini, berbekal rasa penasaran dan ingin tahu yang sudah cukup besar, lebih mudah untuk mengkonversi mereka menjadi pembeli.

Baca Juga :  Brand Awareness : Pengertian, dan 8 Cara Membangun Kesadaran Merek

Mengenal Perbedaan Hard-selling vs Soft-selling

Dari definisi di atas, sebenarnya kita bisa melihat perbedaan keduanya secara gamblang. Soft selling fokus untuk melakukan pendekatan secara persuasif dengan membangun kesadaran dan memancing rasa penasaran.

Sedangkan hard selling melakukan pendekatan secara agresif agar target market segera melakukan pembelian.

Dari sisi persiapan, soft selling membutuhkan konsep yang lebih matang dan tertata. Sedangkan hard-selling perlu dukungan display produk yang menarik, dan komponen penting lain untuk membuat angka penjualan bisa langsung naik.

Untuk lebih jelasnya, simak ulasan Panda berikut untuk melihat lebih jauh perbedaan hard selling dan soft selling :

1. Jangka Waktu Penjualan

Perbedaan pertama bisa kita lihat dari target jangka waktu penjualannya.

Metode hard selling menggunakan metode pendekatan secara langsung dan tanpa basa basi. Disini, konsumen seolah diminta bertransaksi sesegera mungkin. Bisa kita artikan, metode ini mempunyai jangka waktu penjualan yang pendek.

Kebalikannya, penggunaan metode Soft selling mempunyai target jangka waktu penjualan yang lebih panjang. Penggunaan metode soft selling jangka panjang ini tidak hanya berdampak pada penjualan saja, namun juga memperluas jangkauan konsumen.

Penelitian menyebut bahwa sebagian besar orang lebih suka merekomendasikan atau membagikan konten produk soft selling ini. Selanjutnya, rekomendasi kepada teman atau keluarga menciptakan kemungkinan mencapai 95% untuk terjadinya pembelian.

2. Ketertarikan Konsumen

Perbedaan kedua antara hard selling dan soft selling terletak pada ketertarikan konsumen. Seperti penjelasan Panda di atas, konsumen cenderung lebih suka dengan pendekatan menggunakan metode Soft Selling.

Metode soft selling membuat target market tidak merasa bahwa diri mereka adalah target dari promosi. Mereka tidak merasa sedang ‘dijuali’. Dan tentu saja, teknik menimbulkan rasa penasaran ini akan mendorong mereka untuk mengeksplorasi produk lebih jauh secara mandiri.

Dalam proses soft selling, ada proses membangun ikatan antara perusahaan dan konsumen. Proses ini sekaligus membangun citra positif untuk sebuah perusahaan.

Sedangkan untuk Hard Selling, proses ini juga baik untuk menarik konsumen, namun dalam rentang waktu relatif lebih singkat. Konsumen tidak mendapatkan kesempatan untuk bereksplorasi lebih jauh terhadap produk. Sehingga ketertarikan konsumen terhadap produk pun akan berlangsung secara singkat juga.

Baca Juga :  Sales Funnel : Apa itu Sales Funnel & Cara Membuat Funnel yang Sukses

3. Bidang Industri yang Menggunakan

Setiap perusahaan tentunya punya berhak menentukan metode mana yang akan mereka gunakan dalam kampanye marketing. Apakah akan menggunakan metode Hard Selling atau metode Soft Selling. Atau bahkan, menggabungkan keduanya.

Ada beberapa industri yang cenderung menggunakan metode yang sama secara terus menerus. Misalnya saja Hard Selling, banyak digunakan oleh industri asuransi, perbankan atau telemarketing.

Sedangkan untuk soft selling, banyak digunakan dalam bidang manufaktur, konsultan, dan content marketing.

Fungsi Penerapan Soft Selling dan Hard Selling

Kedua metode ini pada akhirnya mempunyai tujuan yang sama, yaitu tercapainya penjualan produk. Namun dari sisi fungsinya, kedua metode ini berbeda satu sama lain.

Fungsi Hard Selling

Dengan style yang langsung dan tanpa basa- basi, hard selling cocok untuk mengejar target penjualan dalam waktu singkat. Metode ini juga cocok untuk produk- produk yang kita sudah familiar dalam kehidupan sehari- hari.

Fungsi dari Hard Selling ini antara lain :

  • Mempengaruhi konsumen untuk bertransaksi langsung
  • Membeli dalam jumlah tertentu karena iming- iming insentif atau diskon
Baca Juga :  Pengertian Ruang Lingkup Pemasaran dan Cakupan Strategi

Fungsi Soft Selling

Soft Selling mempunyai tujuan jangka panjang. Oleh karena itu, fungsinya pun cenderung lebih beragam, seperti :

  • Membangun kepercayaan konsumen terhadap sebuah produk
  • Membangun reputasi bisnis dan brand awareness
  • Menciptakan hubungan baik perusahaan dengan konsumen

Dari kepercayaan yang mulai timbul ini lah, konsumen akhirnya melakukan transaksi dan dengan senang hati memberikan referensi pada orang lain.

Contoh Hard Selling dan Soft Selling

Nah, sampai disini Panda yakin kita semakin memahami konsep hard selling dan soft selling ini. Untuk lebih memantapkan lagi, kita akan melihat beberapa contoh promosi hard selling dan soft selling.

Contoh Promosi Hard Selling

  • Iklan katalog produk
  • Email penawaran produk
  • Diskon berbatas waktu
  • Promo Pre Order
Contoh iklan hard selling
  • Save

Contoh Promosi Soft Selling

  • Konten marketing dengan konsep covert selling
  • Pemberian produk gratis
  • Give away
Contoh ilustrasi gambar covert selling
  • Save

Kesimpulan

Dari kedua metode ini, mana yang menurut Anda paling sesuai untuk bisnis Anda? Hard-selling atau soft-selling?

Jika saat ini Anda masih ragu mana yang paling tepat, Anda bisa melakukan beberapa tes atau bahkan mengoptimalkan keduanya. Yang pasti, Anda perlu mengidentifikasi kebutuhan bisnis Anda lebih dulu dan jangan lupa menganalisa hasilnya.

Selain kedua metode ini, jangan lupa kalau Anda juga bisa mengoptimalkan strategi up selling, down selling, dan cross selling yaa 🙂

Selamat mencoba!

Artikel Terkait :

Favorit Pembaca :

Mengenal Modus Penipuan Segitiga, Ciri-Ciri dan Cara Terhindar

Modus penipuan segitiga menjadi salah satu jenis penipuan yang sedang marak belakangan ini. Dalam prosesnya, penipuan ini melibatkan  tiga pihak yang sering kali tidak saling mengenal dan menyebabkan kerugian yang signifikan bagi korban.Pernahkah kamu mendengar...

7 Cara Ampuh Membuka Situs yang Diblokir, Berhasil Terbukti!

Membuka situs yang diblokir memang cukup tricky karena kamu perlu menerapkan beberapa tips yang work sesuai kebutuhan. Sebuah situs web sendiri diblokir oleh pihak tertentu karena berbagai alasan. Sebagai contoh, pemerintah, institusi pendidikan, kantor, dan bahkan...

Status Star Seller Hilang/ Dicabut? Ketahui Penyebabnya Disini

Secara tiba- tiba logo status Star Seller hilang alias dicabut? Panik nggak? Panik nggak? Wajar sih kalau Anda tiba- tiba panik. Pasalnya, Star Seller adalah salah satu properti yang berkontribusi penting terhadap reputasi seller di Shopee.Dengan mempunyai label...

Cara Mudah Import Ribuan Kontak dari File Excel ke Android

Punya ratusan atau bahkan ribuan kontak customer yang tersimpan rapi dan ingin di-import ke ponsel Android untuk kebutuhan campaign marketing? Duhhh…. Pasti kebayang dong betapa ribetnya kalau harus input kontak satu per satu ke smartphone Anda?Sebenarnya ada beberapa...

Cara Mengaktifkan Kartu SIM Terblokir agar Bisa Dipakai Lagi

Mendadak bingung saat menyadari kartu SIM terblokir? Well, reaksi yang wajar terjadi sebenarnya. Namun di sisi lain, kamu bisa mencoba berbagai cara untuk mengaktifkan kembali kartu yang terblokir.Ada beberapa alasan mengapa sebuah kartu SIM sampai terblokir. Yang...

Cara Melihat Kata Sandi atau Password yang Tersimpan di Browser

Mengetahui cara melihat password miliki sendiri sangat penting dan kita butuhkan. Biasanya kita sering memanfaatkan fitur 'remember my password' untuk mempermudah proses login di situs yang sering kita kunjungi. Namun, penggunaan fitur ini mempunyai kelemahan.Salah...

Artikel Terbaru :

15 Cara Menghindari Penipuan Online, Auto Lebih Waspada!

Agar terhindari dari tangan usil para penipu di dunia maya, penting sekali untuk mengetahui cara menghindari penipuan online. Seiring dengan kecanggihan teknologi, penipuan online memang semakin marak. Siapapun bisa menjadi korbannya saat lengah dan tak waspada.Modus...

Cara Menentukan Tone of Voice Brand yang Tepat dan Konsisten

Setelah memahami apa itu Tone of Voice, langkah penting selanjutnya adalah menentukan tone of voice dengan tepat. Bagi sebuah, ini akan menjadi langkah fundamental. Karena dengan tone of voice yang tepat, strategi marketing akan menjadi lebih terarah, konsisten dan...

Apa itu Kalkulator Uang TikTok dan Cara Gratis Menggunakan

Pernahkah kamu mendengar tentang kalkulator uang TikTok? Benarkah kalkulator ini bisa memperhitungkan seberapa besar peluang kita untuk cuan di TikTok? Kira- kira bagaimana cara kerjanya?Sebagai platform media sosial, TikTok lebih dari sekedar tempat untuk berbagi...

Tips Menghasilkan Uang dari TikTok Live Streaming dan Gift

Ada peluang besar untuk menghasilkan uang dari TikTok lewat live streaming dan hadiah virtual. Dua cara ini sayangnya dulu sempat menjadi kontroversi karena memancing netizen untuk melakukan hal di luar nalar demi uang dari TikTok.Namun tentu saja, hal ini sebenarnya...

Kelebihan dan Kekurangan Sistem COD Saat Belanja Online

Meski menjadi sangat populer, tak bisa dipungkiri bahwa ada kelebihan dan kekurangan COD dalam proses belanja online. Sampai saat ini, COD Cash on Delivery masih menjadi pro dan kontra. Di satu sisi sistem ini sangat memudahkan pembeli. Di sisi lain, bisa menjadi...

0 Shares
Share via
Copy link
Powered by Social Snap