Penipuan dalam belanja online memang bukan kasus baru dalam cyber crime. Karena kenyataannya, jenis penipuan ini tidak pernah kehabisan modus dan korban. Terlebih dengan teknologi yang semakin canggih, semakin banyak pula oknum yang cerdik dalam mencari celah.
Mulai dari barang impian yang sudah dinanti- nanti tidak kunjung datang, hingga produk tidak sesuai dengan deskripsi.
Mengenal Berbagai Modus Penipuan Belanja Online
Kemajuan teknologi digital memang banyak mengubah perilaku berbelanja masyarakat. Dul, belanja normalnya hanya lewat jalur pasar dan toko konvensional. Kini tidak sedikit konsumen lebih memilih belanja online lantaran lebih mudah, praktis, dan seringkali lebih murah.
Dengan jumlah transaksi yang sangat besar di bisnis belanja online, ada beberapa orang yang memanfaatkan bisnis ini sebagai ladang penipuan. Yang ditargetkan bukan hanya pembeli saja, tapi seringkali juga penjual.
Agar kita berhati- hati, ada baiknya kita memahami beberapa jenis modus penipuan belanja online yang sering terjadi. Mari kita simak bersama :
A. Modus Penipuan Online yang Menjerat Pembeli
1. Situs Belanja Online Palsu melalui Email Phising
Phising adalah metode untuk melakukan penipuan dengan cara mengelabui target dengan tujuan untuk mengambil alih akun milik target. Phising ini biasanya dilakukan dengan mengirim email atau chat berisi link jebakan, yang seolah- olah mengarah ke toko online, padahal situs itu adalah situs palsu.
Dalam kasus ini, penipu mengincar identitas dan informasi pembayaran korban. Informasi yang diincar ini biasanya berupa akun login, nama, alamat, nomor kontak, rekening kita, dan bahkan kartu kredit atau kartu debit.
Dalam situs palsu ini korban juga bisa digiring untuk melakukan transaksi hingga melakukan pembayaran. Atau jika akun kita mempunyai saldo di situs tersebut, penipu berupaya untuk menarik saldo tersebut berbekal akun login yang berhasil dicurinya.
2. Pencurian Data Transaksi Belanja
Dalam kasus pencurian data transaksi belanja, kita seringkali tidak sadar telah menjadi korban kejahatan belanja online. Pencurian data ini sering terjadi di situs belanja yang tidak dilengkapi dengan keamanan yang memadai seperti enkripsi dan anti hacking. Bahkan untuk situs yang terlihat legal dan kredibel sekalipun.
Pelanggan bahkan mungkin tidak pernah tahu jika datanya dicuri sebelum ada penyalahgunaan terhadap rekening kartu debit atau kartu kreditnya.
3. Tidak Menerima Pesanan
Kasus penipuan belanja online jenis ini bisa dibilang paling sering terjadi. Setelah melakukan pembayaran melalui transfer bank atau kartu kredit, penjual kemudian memberikan nomor resi palsu seolah- olah barang sudah dikirim.
Namun selang berapa lama, pembeli tidak pernah menerima barang tersebut. Tracking resi pun tidak sesuai dengan data si pemesan. Saat penjual dihubungi, dia menghindar dan hilang entah kemana.
Di kasus yang lain, penjual biasanya menawarkan produk mahal dengan iming- iming harga cuci Gudang. Setelah transaksi dilakukan, pembeli langsung diblokir dan penjual berusaha kabur.
Untuk mencegah hal ini, biasakan lah untuk mencari tahu apakah toko online yang Anda kunjungi benar- benar terpercaya atau abal- abal. Luangkan waktu untuk mencari tahu apakah toko tersebut atau nomer rekeningnya pernah mendapatkan review negatif atau laporan penipuan.
4. Barang Palsu atau Tidak Dikirim Sesuai Pesanan
Tidak sedikit toko online yang mengaku menjual barang ORI berkualitas dengan harga murah, namun setelah transaksi mereka lakukan, ternyata barang yang adalah palsu dan tidak sesuai dengan spesifikasi yang tertera di iklan atau deskripsi produk.
Untuk menghindari hal ini, cobalah untuk berbelanja di official store jika memang ingin membeli produk yang original.
5. Tambahan Biaya Tersembunyi
Ada modus dimana saat pembeli melakukan transaksi dan sudah melakukan pembayaran, ternyata harga yang tercantum di situs web tidak valid. Ada kenaikan, atau biaya tambahan tidak terduga yang nominalnya membuat bengong.
Akibatnya, Anda mendapatkan tagihan baru untuk membayar kekurangan transaksi sebelumnya. Karena sudah melakukan pembayaran di awal dan tidak bisa diproses refund, mau tak mau, Anda harus mengeluarkan biaya tambahan agar transaksi Anda dapat diproses oleh penjual.
Untuk kasus seperti ini sebenarnya masih dalam perdebatan. Ada banyak penjual yang meng-klaim hal ini tidak sengaja mereka lakukan dan nominal tambahan yang dibebankan tidak terlalu jauh. Namun dari sisi pembeli, tentu saja hal ini bisa sangat merugikan mereka.
6. Jual Murah untuk Memancing Pembelian Jumlah Banyak, Namun yang Dikirim Kurang
Tidak sedikit penjual yang rela banting harga di marketplace. Tujuannya tentu saja agar produk jualan laris manis di marketplace.
Harga yang murah berpotensi membuat toko muncul di posisi teratas dan memancing pembeli untuk bertransaksi. Sayangnya, modus jual murah ini sering merugikan pembeli saat mereka melakukan transaksi jumlah banyak.
Sebagai contoh, Anda bisa melihat banyak transaksi di marketplace yang menuai komplain lantaran barang yang seller kirimkan tidak sebanyak jumlah yang dipesan. Kasusnya bukan sekali dua kali, tapi berkali- kali.
Belum bisa dipastikan apakah oknum penjual ini melakukan trik ini untuk mengcover margin minim yang mereka lakukan karena menjual murah. Namun yang pasti, hal ini tentu merugikan pembeli.
7. Misleading Informasi & Gambar Produk
Misalnya saja, ada penjual yang menjual sarung bantal lucu. Di gambar tersebut tidak terlihat kalau yang seller jual adalah sarungnya, karena yang terlihat adalah bantal lucu. Deskripsi produk pun tidak jelas, hanya menginformasikan ukuran, dan jenis bahan.
Karena harga relatif murah, buyer pun membeli produk tersebut karena kebetulan sedang mencari bantal yang lucu.
Saat barang datang, ternyata, bukan bantal, melainkan hanya sarung nya saja. Mengecewakan, ya?
Lain halnya jika penjual sudah menginformasikan dengan jelas di judul dan deskripsi produk bahwa yang mereka jual bukan bantalnya, melainkan sarung/ covernya. Jika seperti ini, tentu kesalahan ada pada pembeli yang tidak teliti membaca deskripsi produk.
8. Klaim Hasil Berlebihan, Namun Ternyata Zonk
Modus penipuan dengan iming- iming hasil yang fantastis, padahal hasilnya zonk ini sering terjadi pada jenis produk herbal, suplemen, dan obat- obatan. Alih- alih memberikan informasi sejujur- jujurnya tentang khasiat produk, penjual memilih untuk memberikan klaim berlebihan dan jaminan hasil terlihat dalam waktu singkat.
Dengan iming- iming palsu ini, pembeli yang tergoda akhirnya akan merasa telah dirugikan saat menyadari hasil yang diharapkan tak kunjung terjadi.
B. Modus Penipuan Belanja Online yang Menjerat Penjual
Selain menjerat pembeli, penipuan belanja online juga sering menimpa penjual. Berikut ini beberapa modusnya :
1. COD Palsu
Kasus ini biasanya mengincar barang dengan harga relatif mahal. Calon pembeli mengajak seller untuk COD karena ingin melihat barang secara fisik. Dari komunikasi sebelumnya memang si calon pembeli ini sudah berusaha terlihat meyakinkan agar penjual juga mantap melakukan COD.
Namun, saat proses COD berlangsung, ternyata ini adalah jebakan pembeli untuk melakukan perampokan atau tindak kejahatan lainnya pada penjual. Kerugian material dan fisik bisa menjadi ancaman untuk si penjual.
COD sendiri sebenarnya metode jual-beli yang sangat umum dilakukan. Namun jika akan melakukan ini, berhati- hatilah. Lakukan di tempat yang ramai dan tidak memungkinkan terjadi tindak kejahatan.
Jika ragu dengan keamanan proses jual beli, cobalah untuk mengarahkan proses transaksi lewat rekening bersama seperti marketplace.
2. Modus e-Money/ eCash
Modus e-Cash ini juga paling sering mengelabui penjual online.
Seolah meyakinkan, customer abal- abal ini mengirimkan bukti transfer pembelian barang yang sudah seller sepakati. Namun, saat seller melakukan pengecekan ke rekening, uang senilai bukti transfer tersebut tak kunjung masuk.
Saat penjual mengatakan uang belum masuk, pembeli ngotot bahwa transfer sudah mereka lakukan.Pelaku pun menawarkan agar penjual menginput kode tertentu di ATM agar uang masuk. Padahal, step by step yang diinfokan pembeli ini adalah trik untuk memindahkan saldo penjual dari ATM nya ke akun e-Money/ e-Cash si pembeli abal- abal ini.
Solusinya, jangan pernah percaya transaksi sudah dilakukan jika uang tidak benar- benar masuk ke rekening Anda. Logikanya, sebagai penerima transfer, Anda hanya duduk manis menunggu uang masuk ke rekening Anda. Bukan repot- repot memasukkan kode yang ternyata ada adalah kode top up ke akun e-cash si penipu.
Point- point Pendukung Modus Penipuan Belanja Online
Bagaimana kita yakin kalau si penjual atau pembeli ini ternyata penipu dan sedang mengintai kita sebagai mangsanya? Beberapa ciri- cirinya adalah sebagai berikut :
- Testimoni palsu yang berlebihan.
- Follower palsu dan komentar palsu.
- Menggunakan fitur komentar dibatasi untuk mencegah korban lain berkomentar negatif di akunnya.
- Ada dorongan untuk membuat kita terburu- buru (misalnya dalam kasus ecash tadi).
Semoga bermanfaat!