Jika saat ini Anda sedang menjajaki investasi di pasar modal, maka penting sekali untuk mengenali Bullish dan Bearish. Kedua istilah ini sempat mencuat dalam perbincangan tren pasar modal. Memahami keduanya juga akan berperan penting untuk investor memaksimalkan potensi investasi di pasar modal.
Bullish dan bearish adalah dua istilah yang sering digunakan dalam analisis pasar keuangan, khususnya pasar saham. Istilah ini menggambarkan sentimen dan ekspektasi investor terhadap pasar. Di artikel ini, Panda akan mengulas keduanya dengan lebih lengkap.
Arti dari Bullish adalah…
Kedua istilah bullish dan bearish sendiri berasal dari Bahasa Inggris. Secara garis besar, istilah ini menggambarkan bagaimana kinerja pasar saham secara umum. Apakah nilai dari saham sedang terapresiasi (naik) atau justru terdepresiasi (turun).
Bullish berasal dari kata bull yang dalam bahasa Inggris berarti banteng jantan. Istilah ini melambangkan sifat banteng yang selalu menyerang ke atas dengan tanduknya. Oleh karena itu, bullish merujuk pada kondisi pasar yang optimis dimana harga aset cenderung naik.
Pasar saham sendiri cenderung berada di kondisi bullish saat situasi ekonomi sedang berjalan baik. Tren bullish ditandai dengan adanya kenaikan harga saham berkesinambungan. Hal ini biasanya berkaitan dengan tingginya permintaan atas saham, sehingga berpotensi mendorong kenaikan harga. Para investor cenderung percaya bahwa tren ini kemungkinan akan berlanjut dalam jangka panjang.
Arti Bearish adalah…
Berbeda dengan Bullish, bearish berasal dari kata ‘bear’ yang berarti beruang. Beruang dikenal dengan gerakan mengayunkan cakarnya ke bawah saat menyerang. Karena itu, bearish merujuk pada kondisi pasar yang pesimis dimana harga aset cenderung turun.
Dalam konteks keuangan, bearish adalah kondisi pasar saham dimana grafik menunjukkan tren menukik ke bawah atau melemahnya tren pasar. Tren Bearish menggambarkan bahwa sedang ada aksi jual dalam volume besar.
Intinya, bullish mencerminkan sentimen optimistis investor, sedangkan bearish merefleksikan sentimen pesimistis investor. Selain itu, bullish dan bearish juga tidak hanya menggambarkan kondisi pasar modal semata. Melainkan juga memberi gambaran kondisi perekonomian sebuah negara, bahkan kondisi ekonomi secara global.
Ciri-Ciri Tren Pasar Bullish
Pasar bullish ditandai dengan beberapa ciri khas berikut ini:
1. Harga Saham Cenderung Naik
Ketika pasar sedang bullish, harga saham cenderung mengalami kenaikan. Mengapa? Karena saat pasar optimis, permintaan saham akan meningkat sehingga harga pun ikut terdorong naik oleh permintaan yang besar. Tidak jarang kenaikan harga saham mencapai dua digit ketika sedang bullish.
2. Investor Optimis
Sentimen pasar bullish membuat investor merasa optimis soal prospek investasi saham. Mereka yakin bahwa kondisi ekonomi bagus, profitabilitas perusahaan baik, sehingga harga saham layak dibeli. Selain itu, investor percaya bahwa harga saham masih akan terus naik ke depannya.
3. IHSG Meningkat
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sering kali menjadi indikator utama kondisi pasar saham Indonesia. Ketika IHSG menunjukkan tren kenaikan atau bahkan mencetak rekor tertinggi baru, ini mengindikasikan pasar sedang bullish.
4. Volume Perdagangan Tinggi
Volume perdagangan saham yang tinggi juga menjadi ciri pasar bullish. Hal ini menunjukkan banyak investor yang aktif bertransaksi karena terdorong optimisme. Semakin ramai perdagangan saham, semakin tinggi pula volume perdagangannya.
Ciri-Ciri Tren Pasar Bearish
Pasar bearish ditandai dengan beberapa ciri-ciri berikut:
1. Harga Saham Cenderung Turun
Dalam pasar bearish, harga saham mayoritas perusahaan tercatat mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya. Penurunan harga saham terjadi karena permintaan lebih rendah daripada penawaran saham di pasar.
2. Investor Pesimis
Sentimen investor cenderung negatif dan pesimis tentang prospek pasar dan kondisi ekonomi ke depan. Investor enggan membeli saham baru atau menambah posisi saham yang dimiliki.
3. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Menurun
IHSG sebagai indeks pasar saham menunjukkan tren penurunan dalam jangka waktu tertentu. Penurunan IHSG mencerminkan pelemahan secara keseluruhan di pasar saham.
4. Volume Perdagangan Rendah
Jumlah saham yang diperdagangkan setiap harinya cenderung lebih sedikit. Volume perdagangan yang rendah mengindikasikan kurangnya minat investor untuk bertransaksi saham.
Ciri-ciri di atas menunjukkan sentimen negatif dan minat berkurang dari para investor di pasar modal. Kondisi ini disebut sebagai pasar bearish atau pasar yang cenderung menurun.
Penyebab Pasar Bullish
Kondisi perekonomian yang membaik merupakan salah satu faktor utama yang mendorong pasar saham memasuki tren bullish. Misalnya, tingkat pengangguran dan inflasi yang rendah menandakan sentimen konsumen yang positif dan daya beli yang tinggi. Hal ini dapat memicu lonjakan pendapatan dan laba emiten sehingga harga sahamnya naik.
Laporan keuangan emiten yang positif juga menjadi pemicu pasar bullish. Jika kinerja keuangan emiten melampaui ekspektasi analis dan investor, maka harga sahamnya pun cenderung naik karena dinilai prospektif. Di samping itu, dividen yang tinggi atau aksi korporasi seperti stock split juga kerap menjadi katalis sentimen bullish.
Terkadang, pasar bullish didorong euforia berlebihan (irrational exuberance) di kalangan investor. Ketika sentimen pasar terlalu optimistis, para investor cenderung mengabaikan valuasi yang wajar dan mengangkat harga saham melampaui nilai fundamentalnya.
Selain itu, kebijakan pemerintah yang mendukung iklim investasi dan pasar modal juga dapat menciptakan sentimen bullish. Misalnya, deregulasi investasi asing, insentif pajak, stimulus fiskal, dan relaksasi peraturan. Hal ini membuat investor lebih tertarik menanamkan modal di pasar saham domestik.
Penyebab Pasar Bearish
Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan pasar saham memasuki tren bearish:
1. Kondisi ekonomi memburuk
Salah satu penyebab utama pasar bearish adalah memburuknya kondisi perekonomian suatu negara. Misalnya pertumbuhan ekonomi yang melambat, tingkat pengangguran yang tinggi, inflasi yang meningkat, atau defisit perdagangan yang membesar. Hal ini akan berdampak negatif terhadap perusahaan-perusahaan secara keseluruhan.
2. Laporan keuangan emiten jelek
Laporan keuangan emiten yang buruk juga dapat memicu pasar bearish. Jika banyak perusahaan mengeluarkan laporan keuangan dengan laba yang menurun tajam atau merugi, maka investor akan khawatir dan cenderung menjual saham mereka.
3. Ketakutan berlebih
Kadangkala pasar bearish timbul karena faktor psikologis yaitu ketakutan berlebih. Walaupun kondisi ekonomi relatif stabil, namun sentimen negatif yang berlebihan dapat memicu aksi jual.
4. Kebijakan pemerintah tidak mendukung
Kebijakan atau peraturan pemerintah tertentu juga bisa memicu pasar bearish, misalnya kenaikan pajak yang signifikan bagi perusahaan atau investor, atau kebijakan yang membatasi aktivitas ekonomi dan investasi. Hal ini membuat pelaku pasar menjadi pesimistis.
Apa yang Harus Investor Lakukan untuk Menghadapi Tren Bullish?
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan trader saat pasar sedang bullish:
1. Buy and Hold
Strategi yang paling sederhana dalkam menghadapi bullish adalah buy and hold. Saat pasar sedang bullish, harga akan cenderung naik dalam jangka panjang. Oleh karena itu, strategi yang paling sederhana adalah membeli saham yang bagus seperti saham blue chip, lalu menahannya dalam jangka panjang.
Investor tidak perlu melakukan banyak aksi jual-beli. Cukup beli saham berkualitas kemudian tahan. Dengan sendirinya harga saham akan meningkat seiring tren bullish pasar.
2. Rata-rata Ke Bawah (Averaging Down)
Strategi lainnya adalah rata-rata ke bawah atau averaging down. Artinya, jika harga saham yang sudah dibeli mengalami penurunan, investor bisa menambah posisinya. Dengan begitu, harga rata-rata pembelian menjadi lebih murah.
Saat harga nanti kembali naik, keuntungan yang didapatkan akan lebih besar. Strategi ini bisa dilakukan selama yakin bahwa pasar sedang bullish sehingga penurunan harga bersifat sementara.
3. Call Option
Strategi lainnya adalah dengan membeli call option. Call option adalah kontrak untuk membeli saham di masa depan pada harga yang sudah ditentukan. Saat pasar bullish, harga saham cenderung terus naik.
Oleh karena itu, strategi membeli call option bisa menghasilkan keuntungan besar. Investor hanya perlu membayar premi call option yang relatif kecil untuk kemudian membeli saham di masa depan pada harga lebih murah dari harga pasar saat itu.
Strategi Menghadapi Kondisi Bearish
Saat pasar dalam kondisi bearish atau turun, ada beberapa strategi yang bisa investor terapkan :
1. Short Selling
Short selling adalah strategi jual dulu baru beli. Caranya adalah meminjam saham dari broker, kemudian menjualnya. Setelah harganya turun, baru membeli kembali saham tersebut dengan harga lebih murah untuk mengembalikan ke broker. Selisih harga jual dan beli dapat menjadi keuntungan investor.
2. Put Option
Put option adalah kontrak opsi yang memberi hak untuk menjual aset pada harga tertentu. Investor membeli put option jika memperkirakan harga akan turun. Jika harga jatuh di bawah harga strike, put option bisa dieksekusi untuk mendapatkan keuntungan.
3. Take Profit
Take profit adalah menutup posisi investasi untuk mengunci keuntungan. Hal ini penting dilakukan pada saat pasar bearish agar tidak terjebak dalam kerugian. Investor harus menetapkan target take profit yang realistis sebelum membuka posisi.
Kesimpulan
Pada umumnya, bullish menggambarkan suasana pasar yang optimis dan harga aset cenderung naik. Bullish terjadi ketika harga saham atau aset lainnya naik secara signifikan dalam jangka waktu tertentu.
Sebaliknya, bearish menggambarkan suasana pasar yang pesimis dan harga aset cenderung turun. Bearish terjadi ketika harga saham atau aset lainnya turun secara signifikan dalam jangka waktu tertentu.
Penting bagi investor untuk memahami indikator teknikal bullish bearish dan menyesuaikan strategi investasi mereka dengan kondisi pasar saat ini. Investor juga membutuhkan analisis fundamental untuk melihat gambaran besar perekonomian. Dengan begitu, para investor dapat memaksimalkan keuntungan mengikuti tren di pasar modal, serta menghindari kerugian karena asal beli dan jual tanpa perhitungan yang matang.