WhatsApp diprediksi akan membuat banyak perubahan besar di tahun 2020. Setelah resmi merilis WhatsApp dark mode, mereka dikabarkan tengah melakukan uji coba dua fitur lain yang paling ditunggu penggunanya. Fitur pertama yang sedang dikerjakan adalah Expiring Messages. Fitur ini bisa menghilangkan pesan terkirim secara otomatis. Di uji coba sebelumnya, fitur ini bernama Disappearing Messages dan Revoke Messages. Dilansir Panda Gila dari WABetaInfo, fitur Expiring Messages ini sedang diuji coba pada pesan pribadi dan percakapan grup di WhatsApp. Pengaturan penghapusan pesan bisa dilakukan secara otomatis oleh admin. Sedangkan pesan pribadi bisa dilakukan secara mandiri. Pengguna bisa menghapus pesan otomatis dengan opsi penghapusan setelah 1 hari sejak dibaca, 1 minggu, hingga 1 bulan. Fitur yang kedua, WhatsApp memungkinkan penggunanya untuk mengakses WA di beberapa perangkat sekaligus (multiple devices). Dengan fitur ini, pengguna bisa mengakses akun di perangkat lain bersamaan. Saat fitur ini diaktifkan, akan ada pemberitahuan dan permintaan izin kepada pemilik akun bahwa ada device baru yang menggunakan akun tersebut. Hal ini terjadi karena adanya perubahan kunci enkripsi. Selama ini akun WhatsApp hanya bisa dipakai untuk satu ponsel saja dan satu WhatsApp web di desktop. Jika pengguna berganti device, maka WhatsApp di perangkat lama tidak bisa diakses kembali. Fitur ini sendiri belum dirilis secara global. Namun untuk pengguna yang sudah terdaftar sebagai beta tester dalam WhatsApp beta program, mereka sudah bisa mencoba penggunaannya. Tentu saja fitur ini akan menjadi kejutan yang paling dinanti- nanti oleh pengguna WhatsApp di seluruh dunia. Kita nantikan saja untuk rilis resminya ya 🙂
Untuk Anda yang ingin menjadi seorang profesional atau freelancer dalam konsep dunia digital, mempunyai website portofolio akan menjadi dukungan karir yang menarik. Kabar baiknya, website portofolio kini relatif sangat mudah untuk dibuat. Terlebih jika Anda menggunakan CMS populer yang menawarkan banyak fitur seperti WordPress. Anda juga bisa memilih desain dengan leluasa karena banyak template website portofolio yang disediakan. Mulai dari yang gratis, hingga premium. Sebaliknya, kesulitan dalam membuat portofolio online sebenarnya lebih dari sisi konten. Bagaimana caranya membuat konten portofolio online yang menarik untuk klien dan membuat mereka jatuh hati di kesan pertama. Karena jika tidak, maka mereka bisa saja meninggalkan website Anda dan memilih kompetitor lain untuk mengerjakan proyek mereka. Nah, ini lah yang akan kita pelajari bersama di artikel kali ini.
Apa itu Portofolio Online?
Secara umum, kita mengenal portofolio sebagai kumpulan dari hasil karya seseorang yang menggambarkan tentang perkembangan kemampuan diri atau pengalamanan karir yang pernah dijalaninya.
Misalnya, saat seseorang berprofesi sebagai desainer, maka dalam portofolio nya dia akan mencantumkan desain apa saja yang pernah ia buat dan ditujukan untuk siapa. Jika ia pernah membuat desain logo untuk perusahaan besar, tentu menjadi nilai plus tersendiri.
Sama halnya dengan web developer dan profesi lainnya. Jika ia pernah menghandle perusahaan besar atau brand yang sudah punya nama, maka portofolio nya sudah pasti mempunyai value lebih.
Berbeda dengan Curriculum Vitae (CV) atau Riwayat Hidup, portofolio lebih menonjolkan pengalaman karir, akademitas, skill, dan pengalaman organisasi. Portofolio juga disajikan dalam format yang lebih dinamis dan modern.
Dalam hal portofolio online, seseorang akan menjelaskan siapa dia, skill nya dan apa saja pengalamannya untuk menggaet calon klien. Portofolio online disajikan dalam bentuk website atau grafis online yang mudah diakses oleh setiap orang.
Setiap detail pengalaman ‘besar’ perlu ditonjolkan untuk meyakinkan klien bahwa Anda adalah orang yang tepat dan bisa dipercaya untuk mengerjakan proyek yang akan. Nah, untuk memberi kesan ini, tentu portofolio Anda harus benar- benar bagus.
7 Langkah Membuat Portofolio Online yang Menarik
Setelah mengetahui dasar tentang portofolio online dan keharusan untuk membuatnya terlihat stand out, langkah selanjutnya adalah memastikan kita membuat portofolio yang menarik untuk calon klien. Berikut ini adalah beberapa tips yang harus Anda coba :
1. Menyiapkan Website Portofolio
Karena kita bicara portofolio online, maka kita bicara tentang membuat website yang baik untuk menampung portofolio kita. Website yang baik untuk kebutuhan ini tentu harus bisa mengakomodir kebutuhan Anda. Ada section dimana Anda bicara tentang brand atau diri Anda, kemampuan diri, pengalaman, klien yang sudah dihandle, spesifikasi jasa yang tawarkan, dan kelebihan- kelebihan lainnya. Semua section yang dibutuhkan ini harus bisa diakses pengunjung secara praktis dan tanpa kesulitan yang berarti. Artinya, dalam hal dasar website Anda harus bagus. Beberapa tips yang bisa Anda lakukan untuk mendorong hal ini antara lain :
Gunakan hosting yang terpercaya dan bisa diandalkan.
Pilih template desain portofolio yang bisa mengakomodir kebutuhan Anda.
Pastikan mobile friendly.
Tanpa iklan karena tentu saja Anda tidak ingin pengunjung terganggu atau malah ada iklan yang mengarahkan pengunjung ke kompetitor.
2. Bercerita dengan Cara yang Menyenangkan
Hindari membuat halaman About Me yang membosankan. Karena Anda bukan sedang membuat website jenis blog, tapi secara spesifik portofolio yang membuat calon klien tertarik dengan jasa Anda. Dalam website portofolio, Anda bisa langsung menonjolkan sekilas tentang diri Anda di halaman depan. Saat diklik, profil ini mungkin berlanjut ke satu halaman khusus yang bercerita tentang diri Anda (halaman About Me yang dikemas dengan menarik tentunya). Ceritakan tentang diri Anda, skill Anda, goal di masa depan, pencapaian terbesar, dan bagaimana Anda menekuni karir Anda sampai keseruan saat menghandle klien. Ceritakan juga bahwa klien- klien Anda sangat senang dengan kinerja Anda (testimoni) dan itu benar- benar hal yang membanggakan. Saat membuat konten ini, pastikan konten ini benar- benar enak dibaca dan tentu saja menonjolkan tentang Anda dengan cara yang meyakinkan, tapi tetap natural alias tidak berlebihan.
3. Tampilkan Proyek- Proyek Terbaik Anda
Tidak perlu khawatir jika sebenarnya proyek Anda belum begitu banyak. Karena dalam portofolio, yang perlu Anda tonjolkan adalah kualitas, bukan kuantitas. Tampilkanlah proyek- proyek besar atau membawa nama besar yang pernah Anda selesaikan. Artinya, tidak perlu semua proyek ditampilkan karena akan lebih baik calon pengunjung melihat yang terbaik dari diri Anda. Perlu diingat lagi, tujuan portofolio online adalah untuk menggaet calon klien baru. Jadi, hindari menampilkan proyek yang kualitasnya setengah- setengah atau menampilkan terlalu banyak hingga tidak terlihat proyek ‘besar’ yang menonjol.
4. Spesifikasi Layanan yang Meyakinkan
Saat menawarkan jasa Anda, pastikan Anda menginformasikan point- opint detail dengan lugas dan meyakinkan. Ada dua opsi yang bisa ANda gunakan, dengan point- point praktis tapi detail atau secara deskriptif. Misalnya saja, saat Anda menawarkan dalam bentuk point- point, untuk jasa penulisan Anda bisa memasukkan detail seperti berapa jumlah kata, berapa jumlah artikel yang dikerjakan, berapa lama pengerjaan, garansi lolos CopySpace, dan apakah free riset keyword & SEO friendly. Jika tidak dalam bentuk point- point, maka Anda harus memberikan penjabaran yang lebih menarik. Misalnya saja: Menerbitkan 5 artikel sesuai dengan niche dan topik yang dipilih dengan jaminan 100% lulus Copyscape dan pasti SEO friendly. Masing- masing artikel berjumlah minimal 500 kata. Intinya adalah calon pelanggan Anda mendapatkan informasi yang jelas dan meyakinkan.
5.Visualisasi yang Menarik
Visualisasi sangat penting untuk hal- hal yang diakses secara online. Anda bisa menambahkan gambar atau video untuk membuat portofolio online terlihat ‘hidup’. Jika Anda seorang graphic designer tentu Anda bisa menambahkan karya desain sekaligus pamer secara halus :). Namun untuk non desainer, Anda bisa mengkombinasikan penggunaan stock image gratis. Beberapa website yang menyediakan gambar stok gratis antara lain adalah Pixabay, Reshot, dan Unsplash. Dalam pemilihan gambar/ video, pastikan beberapa hal berikut :
Gambar/ video relevan dengan proyek Anda
Gambar/ video berkualitas (tidak buram/ blur dan resolusi tidak terlalu rendah)
Tone selaras dengan desain website Anda agar konsisten dan menarik di mata klien
6. CTA yang Menonjol
CTA atau Call to Action adalah salah satu bagian penting dalam website portofolio. Dengan tombol CTA, Anda akan mengarahkan klien untuk segera menghubungi atau mengisi form pemesanan. Letakkan CTA ini di bagian- bagian penting di website. Misalnya saja di menu navigasi atas, di bawah detail paket jasa, atau di akhir halaman. Buat CTA terlihat menonjol dan menarik dengan warna yang terang, seperti merah atau warna yang diatur terang lainnya. CTA yang menonjol akan membantu calon klien Anda untuk lebih cepat dalam membuat keputusan pembelian.
7. Optimasi Website
Jangan lupa, setelah portofolio online sudah siap sepenuhnya, maka optimasi website adalah hal penting selanjutnya. Anda dapat memulainya dengan beberapa hal berikut ini :
Semua navigasi bekerja dengan sempurna & tidak ada error
Langkah selanjutnya, Anda bisa melakukan optimasi lanjutan secara konsisten untuk semakin mempromosikan portofolio Anda.
Kesimpulan
Mempunyai daftar portofolio yang menarik memang menjadi power tersendiri untuk Anda secara pribadi. Namun jika Anda bisa lebih menjualnya dan mendatangkan lebih banyak klien, mengapa tidak? Dengan membuat portofolio online yang menarik, Anda bisa mengembangkan diri Anda dengan jauh lebih baik lagi. Selamat mencoba!
Akan sangat menguntungkan rasanya mempunyai aplikasi mobile yang bisa membantu kita berhemat penggunaan kuota internet. Dengan begitu, biaya untuk berselancar internet pun akan menjadi lebih murah. Nah, ini lah yang dilakukan oleh Kecilin App, aplikasi penghemat kuota internet yang resmi diluncurkan secara komersil di Indonesia. Aplikasi ini dikembangkan oleh pemuda berusia 20 tahun yang sekaligus founder dan CEO dari Kecilin Developer, Christopher Farrel Millenio Kusuma. Menurut Farrel, Kecilin App adalah aplikasi penghemat kuota internet pertama di dunia.
Internet Cepat dan Murah dengan Kecilin App
“Dengan KecilinApp, user dapat mengakses aplikasi populer tanpa buffering dan dengan kuota yang lebih hemat hingga 90 persen dibandingkan dengan aplikasi aslinya,” ungkapnya di Auditorium Plaza Mandiri, Jakarta Selatan, Kamis 12 Maret 2020. Saat ini aplikasi Kecilin App sudah memasukkan beberapa aplikasi populer seperti Twitter, Instagram, YouTube, Facebook, TikTok, Medium, LinkedIn, dan Wikipedia. Kedepannya, akan ada lebih banyak aplikasi yang bisa dibuka lewat Kecilin App. Kecilin App bisa digunakan pada sistem operasi Android tipe 5 atau Lollipop ke atas dan sudah bisa diunduh melalui Google Play Store. “Aplikasi ini ditujukan untuk masyarakat yang masih kesulitan mendapatkan internet cepat dan murah di seluruh belahan dunia,” ujar pemenang Wirausaha Muda Mandiri 2018 silam.
Secara ringkas, berikut ini adalah beberapa fitur utama dari Kecilin App :
Menghemat penggunaan kuota internet hingga 90%
Streaming tanpa buffering, bahkan dengan penggunaan jaringan 3G saja
Data privacy
Kecilin App juga bisa digunakan oleh pengguna device yang mengalami permasalahan storage data yang membengkak, serta transfer data lambat dan mahal. “Perusahaan dapat mengecilkan database hingga 99 persen tanpa perubahan atau kehilangan data dan gambar hingga 80 persen, video hingga 75 persen, dan dokumen hingga 50 persen tanpa kehilangan kualitas.”
Kecilin App akan Terus Berkembang
Aplikasi ini sempat mengalami crash berulang pada beberapa hari lalu karena dalam tahap maintenance, namun perbaikan dan pengembangan terus dilakukan. Baru hitungan hari diluncurkan, Kecilin App sudah diunduh lebih dari 5000 kali. Target sang CEO, di akhir 2020 nanti aplikasi ini sudah diunduh oleh 10 juta pengguna smartphone di seluruh dunia. “Selanjutnya, aplikasi ini akan dikembangkan lebih baik lagi dengan kecepatan dan rasio kompresi yang lebih tinggi sehingga pengguna dapat merasakan pengalaman yang lebih baik,” kata Farrel menambahkan. Tertarik untuk menggunakan aplikasi ini? Yuk coba sambil memberikan saran improvement agar aplikasi ini terus berkembang dan bisa dimanfaatkan oleh banyak orang di seluruh dunia.
Seperti yang santer terdengar, Facebook telah mempersiapkan WhatsApp dengan proyek monetisisasi tahun ini. Artinya, WhatsApp akan segera menghasilkan cuan lewat iklan.
Rencana ini pertama kali terungkap dalam Facebook Marketing Summit 2019 oleh dua analis media sosial, Matt Navara dan Oliver Ponteville. Mereka mengungkap kalau iklan akan hadir di WhatsApp Status pada 2020 nanti.
Iklan yang akan tampil di status pengguna WhatsApp ini mirip dengan Story Ads yang sering kita lihat saat mengintip story Instagram milik orang lain. Yang pasti, iklan tidak akan tampil saat pengguna sedang chatting dengan orang lain.
Rencana Monetisasi Ditentang Pendiri WhatsApp
Namun rencana monetisasi WhatsApp ini sendiri sebenarnya bertentangan dengan misi yang diusung oleh dua pendiri WhatsApp, Brian Acton dan Jan Koum.
Sejak awal mendirikan WhatsApp, mereka ingin menghadirkan platform pesan instan yang memberi pengalaman pengguna terbaik. Mereka juga membenci iklan karena bertentangan dengan misi yang diusung.
“Motto kami dalam platform ini adalah tidak ada iklan, tidak ada game, dan tidak ada gimmick,” ungkap Brian Acton dalam sebuah wawancara di tahun 2018, pendiri WhatsApp seperti dikutip Panda Gila dari Forbes (10/1/2020).
Saat Facebook mengakuisisi WhatsApp di tahun 2014 senilai US$ 22 miliar, semuanya berubah. Terlebih, Facebook adalah perusahaan periklanan terbesar dunia yang 80 persen pendapatannya berasal dari iklan.
Menurut Brian Acton, ia sebenarnya mengusulkan dua model bisnis untuk monetisasi WhatsApp. Pertama adalah dengan biaya berlangganan. Metode ini bahkan sudah pernah diuji coba dengan mengenakan biaya berlangganan US$ 1 per tahun ke penggunanya.
Sayangnya usulan ini ditolak oleh COO Facebook, Sheryl Sandberg.
“Suatu hari saya memanggilnya, namun ia mengatakan ‘itu tidak akan menghasilkan uang dalam skala yang banyak’,” ungkap Acton.
Usulan kedua, WhatsApp akan bertindak sebagai customer service digital yang memberikan informasi kepada pengguna yang menggunakan jasa sebuah perusahaan.
Ini mungkin akan mirip seperti chat bot dengan AI berkualitas tinggi. Contoh penerapan usulan ini adalah WhatsApp akan menyampaikan informasi mengenai transaksi bank nasabah.
Akan tetapi, dalam kerjasama ini perusahaan tidak bisa mengumpulkan data pelanggan. Usulan ini pun mental.
Brian Acton tak menyerah. Ia mendatangi kantor Facebook agar bisa menyampaikan usulan cara WhatsApp meraih keuntungan ke CEO Mark Zuckerberg. Saat sampai disana, ia erselisih dengan tim hukum Facebook.
“Pada akhirnya, saya menjual perusahaan saya,” kata Acton. “Saya seorang penjual. Saya mengakui itu.”
Nasib Fitur End-to-End Encryption
Selain karena misi yang diusungnya sejak awal, Brian Acton dan Jan Kaum punya alasan lain untuk menolak iklan di WhatsApp. Yaitu karena iklan yang ditarget bisa mengorbankan privasi data pengguna.
Rencana Facebook memicu spekulasi masa depan end-to-end encryption, fitur yang membuat pesan terkirim hanya bisa dilihat oleh pengirim dan penerima. WhatsApp bahkan tidak bisa mengetahui percakapan tersebut.
Di sisi lain, monetisasi WhatsApp untuk iklan tertarget yang selama ini dilakukan Facebook dan Instagram dilakukan dengan proses pengumpulan data pengguna oleh Facebook.
Jika pengumpulan data dilakukan, ada kemungkinan fitur end-to-end encryption ini diubah agar Facebook bisa membaca percakapan pengguna dan mengumpulkan data.
Dalam sebuah wawancara dengan Forbes yang dipublikasikan 2018 silam, juru bicara WhatsApp membantah penghapusan layanan ini. Ia memastikan end-to-end akan tetap menjadi bagian dari WhatsApp.
“Pesan akan tetap terenkripsi ujung-ke-ujung. Tidak ada rencana untuk mengubahnya,” ujarnya saat itu.
Di sisi lain, jawaban dari Chief Operating Office Facebook, Sheryl Sandberg atas pertanyaan anggota parlemen AS dalam sesi rapat dengar pendapat justru memicu keraguan. Sheryl menghindari jawaban langsung.
“Kami sangat percaya pada enkripsi,” ungkapnya saat ditanya apakah Facebook masih akan menggunakan end-to-end encryption atau tidak.
Satu hal yang pasti, ada ketidakcocokan ide antara Facebook dan dua pendiri WhatsApp tentang konsep monetisasi ini. Ini lah alasan mengapa Brian Acton memilih resign pada 2017, dan disusul Jan Kaum setahun kemudian.
Saat ini WhatsApp memang telah menjadi aplikasi pesan instan utama yang digunakan oleh banyak orang. Selain mudah digunakan, WhatsApp juga dipilih karena gratis. Namun, apa jadinya jika WhatsApp berubah menjadi aplikasi berbayar? Facebook yang mengakuisisi WhatsApp pada 2014 silam mengabarkan tentang rencana baru mereka untuk WhatsApp. Dalam rencana tersebut, Facebook akan meluncurkan proyek monetize untuk WhatsApp. Rencana monetize ini pertama dibocorkan oleh dua analis media sosial yang saat itu hadir dalam acara Facebook Marketing SUmmit di Berlin, Jerman pada Mei 2019.
Facebook akan Monetize WhatsApp di 2020
Facebook sendiri sudah mengonfirmasi rencana monetize WhatsApp akan terealisasi pada 2020, meski belum ketok palu untuk tanggal resminya. Matt Navarra, Konsultan Sosial Media juga mengakui melalui akun Twitter pribadinya. Konsep monetize yang diusung nanti adalah pengguna akan melihat iklan saat mengintip WhatsApp Status orang lain. Dan disinilah WhatsApp akan meraih pendapatan. Jauh sebelum rencana monetisasi ala Facebook ini bergulir, pendiri WhatsApp sebenarnya telah mempunyai cara untuk memperoleh keuntungan. Yaitu dengan menerapkan biaya berlangganan sebesar US$1 atau setara Rp 14.000 untuk penggunanya. Rencana monetisasi dengan iklan pun akhirnya memunculkan perdebatan panas di internal WhatsApp dan membuat dua pendiri perusahaan, Brian Acton dan Jun Koum meninggalkan perusahaan. Keduanya tak sepakat dengan hadirnya iklan dalam platform chatting tersebut. Di sisi lain, Mark Zuckerberg ingin monetisasi segera dilakukan, seperti dikutip Panda Gila dari Forbes.
Iklan atau Biaya Berlangganan Rp 14.000?
Hadirnya iklan di WhatsApp sudah lama diprediksi oleh banyak pihak. Alasan paling masuk akal adalah karena WhatsApp merupakan anak dari perusahaan periklanan terbesar di dunia dimana 80 persen pendapatan perusahaan berasal dari iklan. Jadi, sangat masuk akal kalau WhatsApp suatu saat akan menjadi proyek monetisasi Facebook selanjutnya. Meskipun tanggal pastinya lagi lagi belum ditentukan. Sebelum memutuskan pergi, Acton mendatangi kantor Facebook dan mengusulkan cara WhatsApp untuk meraih keuntungan kepada Mark Zuckerberg. Namun kedatangan Acton justru membuatnya berselisih dengan tim hukum Facebook. Karena Facebook ingin menghasilkan uang melalui iklan, sedangkan Acton dari awal ingin Membuat WhatsApp dengan biaya berlangganan. “Pada akhirnya, saya menjual perusahaan saya,” ungkap Acton.
“Saya seorang penjual. Saya mengakui itu,” tambahnya.
Para pendiri WhatsApp memang dikenal sangat membenci iklan. Tujuan awal mereka mendirikan platform instant messaging ini adalah untuk menciptakan platform bebas iklan yang berfokus pada pengalaman pengguna dan antarmuka yang maksimal. Saat menciptakan WhatsApp, Brian Acton dan Jan Koum hanya ingin menciptakan sebuah platform pesan instan untuk pengguna mereka. Dan bukan perusahaan besar untuk beriklan. Untuk mendapatkan keuntungan, cara yang mereka gunakan adalah dengan sistem tagihan. Jadi idealnya, WhatsApp akan mempunyai versi berbayar dan pengguna dikenakan biaya tahunan hanya sebesar $1 atau Rp 14.000 dari pengguna. Sebelum rencana monetisasi ini bergulir, WhatsApp juga memperoleh pendapatan dari WhatsApp Business yang ditujukan sebagai tempat beriklan dan berkomunikasi dengan pembelinya. WhatsApp ini sendiri didirikan oleh Brian Acton dan Jun Koum pada 2009 silam. Pada 2014, Facebook mencaplok WhatsApp dengan nilai akuisisi US$ 19 miliar dalam bentuk sebagian uang tunai dan saham Facebook.