Dalam bisnis dan strategi marketing, penting sekali untuk melakukan benchmarking. Melalui proses benchmarking, perusahaan akan membandingkan suatu metrik tertentu yang tujuannya adalah meningkatkan produktivitas dan efektivitas kinerja perusahaan.
Untuk mencapai goal perusahaan kedepan, melakukan benchmarking akan memberi dampak signifikan. Itulah mengapa seorang marketer atau mereka yang berada di posisi strategi wajib memahami tentang apa itu benchmarking, cara kerjanya, jenis- jenisnya dan cara melakukannya.
Apa itu Benchmarking?
Benchmarking berasal dari bahasa Inggris ‘Benchmark’, yang mempunyai arti tolak ukur. Menurut Oxford Dictionary, pengertian dari Benchmarking adalah sesuatu yang bisa diukur dan digunakan sebagai standar yang bisa dibandingkan dengan hal- hal lain.
Menurut ilmu manajemen, benchmarking adalah upaya mengukur kebijakan perusahaan yang meliputi produk, program, strategi, dan hal lain dengan cara membandingkan dengan kompetitor perusahaan.
Dengan menggabungkan informasi tersebut dapat kita simpulkan juga bahwa Benchmarking adalah suatu proses perbandingan kinerja, metode, atau praktik bisnis suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang dianggap sebagai yang terbaik dalam industri atau sejenisnya.
Sederhananya, benchmarking adalah tolak ukur untuk menilai atau membandingkan sesuatu, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dan mencari cara meningkatkan kinerjanya.
Tujuan Benchmarking
Tujuan utama dari benchmarking adalah meningkatkan kinerja perusahaan dengan cara membandingkan dan mempelajari praktek terbaik yang perusahaan lain lakukan. Selain itu, berikut adalah beberapa tujuan yang lebih luas dari praktek perbandingan kinerja ini.
1. Membidik Perbaikan Berkelanjutan
Tujuan utama dari benchmarking adalah menciptakan pondasi untuk perbaikan berkelanjutan. Bukan sebatas mencari titik lema, melainkan mengeksplorasi peluang untuk meningkatkan kinerja secara menyeluruh. Melalui proses membandingkan ini, perusahaan membuka jalan untuk pertumbuhan yang konsisten.
2. Peningkatan Efisiensi Operasional
Benchmarking bertujuan untuk mengoptimalkan efisiensi operasional. Dengan memahami dan mengadopsi praktik terbaik, perusahaan bisa menyesuaikan proses mereka untuk mencapai hasil maksimal dengan sumber daya yang ada. Ini mencakup peningkatan dalam hal produktivitas, pengelolaan waktu, dan alokasi sumber daya yang bijak.
3. Pemberdayaan Inovasi dan Kreativitas
Melalui proses benchmarking, perusahaan tanpa sadar telah menerapkan budaya kerja yang mengadopsi inovasi dan kreativitas. Mempelajari bagaimana perusahaan lain berhasil menciptakan solusi baru dan memecahkan masalah akan menginspirasi tim untuk lebih kreatif dan inovatif dalam produk atau layanan.
4. Meningkatkan Daya Saing
Tujuan tak terelakkan dari benchmarking adalah meningkatkan daya saing. Dengan memahami apa yang membuat perusahaan lain sukses, perusahaan bisa mengasah keunggulan kompetitif mereka. Tujuan ini melibatkan adaptasi dan penerapan strategi yang sesuai dengan kebutuhan pasar dan pelanggan.
5. Peningkatan Kepuasan Pelanggan
Sebagai hasil dari praktik terbaik yang diadopsi, tujuan lain dari benchmarking adalah meningkatkan kepuasan pelanggan. Dengan menyempurnakan proses dan memberikan nilai tambah, perusahaan bisa menjalankan excellent service dan pengalaman pelanggan yang lebih memuaskan.
6. Memahami Konteks Industri Secara Lebih Mendalam
Benchmarking memberikan peluang untuk memahami konteks industri secara lebih mendalam. Aktivitas ini bukan sekadar melihat angka-angka, melainkan meresapi esensi dari keberhasilan pesaing dan pionir industri. Dengan pemahaman ini, perusahaan dapat merencanakan langkah-langkah yang sesuai dengan tuntutan pasar.
Manfaat Benchmarking
Menurut buku Kekeliruan Manajer oleh Hadi Satyagraha, hakikat benchmarking adalah belajar dari pengalaman perusahaan lain. Saat aktivitas ini berjalan dengan baik dan konsisten, ada banyak manfaat positif yang perusahaan dapatkan.
1. Identifikasi Peluang Perbaikan yang Tepat
Salah satu manfaat utama dari benchmarking adalah kemampuannya untuk mengidentifikasi peluang perbaikan yang tepat. Dengan membandingkan kinerja dan proses bisnis dari perusahaan terbaik di satu industri, perusahaan dapat menemukan area di mana mereka dapat tumbuh dan berkembang.
2. Mengenali Kekuatan Kompetitor
Benchmarking membantu perusahaan mengenali kekuatan kompetitor dan mengintip strategi yang mereka jalankan. Dari proses ini, perusahaan bisa mempelajari hingga menduplikasi strategi yang membuat kompetitor meraih sukses.
3. Meningkatkan kinerja perusahaan
Setelah mengenali kekuatan kompetitor, perusahaan bisa terus meningkatkan kinerjanya. Perusahaan bisa membuat daftar hal- hal yang perlu dihentikan, dilanjutkan, atau dikembangkan.
Dengan cara ini, perusahaan bisa mengejar ketertinggalan dari pemimpin industri dan membuat perencanaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
Setelah mengetahui keunggulan kompetitor, selanjutnya adalah meningkatkan kinerja perusahaan. Cari tahu hal-hal apa saja yang sebaiknya dihentikan, dilanjutkan, ataupun dikembangkan.
4. Inovasi Melalui Adopsi Praktik Terbaik
Manfaat yang tak terbantahkan dari benchmarking adalah mendorong inovasi. Dengan memahami bagaimana organisasi lain menghadapi tantangan dan menciptakan solusi kreatif, perusahaan dapat merangsang ide baru dan mengadopsi inovasi untuk meningkatkan produk atau layanan mereka.
Hambatan yang Sering Muncul dalam Praktik Benchmarking
Meskipun praktek benchmarking menjanjikan manfaat yang besar, ada pula tantangan yang menjadi PR perusahaan. Dalam menjalankan perjalanan menuju keunggulan, kita perlu mengidentifikasi dan mengatasi hambatan-hambatan ini agar bisa meraih hasil yang optimal.
1. Kendala Mendapatkan Data yang Akurat dan Relevan
Salah satu hambatan utama dalam benchmarking adalah kesulitan mendapatkan data yang akurat dan relevan. Berkaitan dengan privasi data, perusahaan seringkali tidak membuka informasi tentang strategi mereka secara gamblang. Tujuannya tentu melindungi strategi mereka dari kompetitor di industri yang sama.
Untuk itu, tim perusahaan perlu melakukan segala upaya untuk melakukan riset mendalam dan membuat estimasi yang akurat terhadap strategi yang mereka jalankan.
2. Resistensi Terhadap Perubahan di Internal Perusahaan
Hambatan selanjutnya dalam benchmarking adalah resistensi terhadap perubahan di tim perusahaan. Karyawan mungkin merasa tidak nyaman atau khawatir tentang konsekuensi perubahan. Mengatasi hambatan ini memerlukan komunikasi yang efektif, pelibatan karyawan, dan pendekatan yang memperhatikan kebutuhan mereka.
3. Kesulitan Menemukan Perusahaan dengan Perbandingan yang Sesuai
Menemukan perusahaan yang sesuai untuk dibandingkan juga bisa menjadi tugas yang menantang. Setiap perusahaan memiliki konteksnya sendiri, dan mencari yang sebanding bisa sulit.
Untuk mengatasi hambatan ini, perusahaan bisa berfokus pada perusahaan yang menampilkan praktik terbaik dan memberi wawasan yang relevan sesuai kebutuhan. Tidak masalah juga jika perusahaan melakukan trial & error dengan satu dan dua perusahaan berbeda untuk menemukan mana yang lebih sesuai.
4. Risiko Kesalahan Interpretasi Data
Hambatan selanjutnya adalah kesalahan tim perusahaan dalam interpretasi data. Tanpa pemahaman yang tepat tentang konteks dan metode perbandingan, interpretasi data dapat menjadi bias atau mengarah pada kesimpulan yang tidak akurat. Meminimalkan risiko ini melibatkan penggunaan metodologi yang cermat dan analisis yang hati-hati.
Menelusuri Jenis-jenis Benchmarking
Untuk menjalankan praktik benchmarking dengan optimal dan menyeluruh, penting sekali untuk mengenali jenis- jenis benchmarking. Masing- masing jenis ini umumnya mempunyai ciri khasnya sendiri dan bisa memberikan wawasan yang berbeda.
1. Benchmarking Internal
Benchmarking internal melibatkan perbandingan kinerja dan praktik antara departemen atau unit di dalam perusahaan. Fokusnya adalah pada peningkatan efisiensi dan efektivitas internal. Ini adalah langkah pertama yang baik untuk mengidentifikasi peluang perbaikan di lingkungan internal sebelum melibatkan perbandingan dengan organisasi eksternal.
Benchmarking internal relatif mudah dilakukan dan membantu perusahaan untuk melakukan evaluasi yang efektif.
2. Benchmarking Eksternal
Benchmarking eksternal melibatkan perbandingan kinerja dan praktik perusahaan dengan perusahaan di luar di industri sejenis. External Benchmarking terbagi ke dalam dua jenis :
Competitive Benchmarking : proses membandingkan antara perusahaan miliknya dengan perusahaan lain yang bertindak sebagai kompetitor utamanya.
Non-competitive benchmarking: Proses membandingkan antara perusahaan milikinya dengan perusahaan lain dengan industri yang berbeda.
Selain dua jenis tersebut, Non-competitive benchmarking terbagi menjadi dua jenis lagi. Yang pertama adalah Functional non-competitive benchmarking, yaitu membandingkan fungsi yang sama dengan perusahaan berbeda di berbagai industri. Yang kedua adalah Generic non-competitive benchmarking, yaitu membandingkan proses fundamental bisnis yang dinilai sama di setiap perusahaan.
3. Functional Benchmarking
Benchmarking fungsional adalah proses perbandingan yang fokus pada perbandingan kinerja dan praktik terkait dengan fungsi atau proses tertentu di dalam perusahaan. Lingkup benchmarking ini mencakup perbandingan dalam hal keuangan, pemasaran, produksi, atau manajemen sumber daya manusia.
Jika kamu ingin memahami bagaimana fungsi kerja yang dilakukan perusahaan lain, kamu bisa menggunakan jenis benchmarking ini.
4. Strategic Benchmarking
Benchmarking strategis adalah pendekatan yang melibatkan perbandingan visi dan strategi jangka panjang perusahaan. Strategi ini melibatkan pemahaman tentang bagaimana organisasi lain merencanakan pertumbuhan dan kesuksesan jangka panjang.
Benchmarking ini juga membantu perusahaan menilai apakah strategi mereka konsisten dengan tren pasar dan mempersiapkan mereka untuk masa depan.
5. Process Benchmarking
Process Benchmarking adalah jenis benchmarking yang memfokuskan pada perbandingan langkah-langkah operasional atau proses bisnis secara spesifik. Strategi ini mencakup evaluasi mendalam tentang bagaimana suatu proses dijalankan dan bagaimana perbaikan dapat diterapkan.
Saat berjalan dengan efektif, penerapan strategi perbandingan ini bisa meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional .
6. Performance Benchmarking
Perusahaan juga bisa mencoba strategi Performance Benchmarking, yaitu membandingkan kinerja perusahaan dengan perusahaan lain. Dalam strategi ini, tim kerja bisa melakukan riset tentang produk dan jasa yang perusahaan lain jual, dan mencari tahu kinerja penjualannya.
Beberapa komponen yang dapat perlu diketahui antara lain harga produk, fitur, kualitas, hingga layanan keluhan pelanggan. Informasi ini akan sangat membantu untuk mengetahui kinerja yang efektif meningkatkan performa perusahaan.
7. Financial Benchmarking
Dengan membandingkan kekuatan finansial perusahaan dengan perusahaan lain, perusahaan akan semakin mudah memetakan anggaran biaya yang tepat. Nah, ini lah yang kita sebut dengan Financial Benchmarking.
Dalam strategi ini, tim perlu mengetahui kekuatan anggaran perusahaan lain. Selanjutnya, perusahaan bisa menyusun anggaran biaya yang sesuai dengan kebutuhan operasional perusahaan dan memetakan biaya sesuai kebutuhan.
Strategi Terukur dalam Melakukan Benchmarking
Melakukan benchmarking pada dasarnya bukan membuat perbandingan sederhana. Melainkan sebuah perjalanan yang memerlukan strategi yang matang. Dalam mencapai hasil optimal, berikut adalah beberapa strategi terukur yang dapat Anda terapkan :
1. Tentukan Tujuan dan Fokus yang Jelas
Langkah pertama adalah menentukan tujuan dan fokus yang jelas untuk praktek benchmarking. Apa yang ingin dicapai? Apakah fokusnya pada efisiensi operasional, peningkatan kualitas, atau inovasi?
Dengan memiliki tujuan yang jelas, organisasi dapat mengarahkan upayanya dengan lebih efektif.
2. Identifikasi dan Pilih Perusahaan Perbandingan dengan Cermat
Proses pemilihan perusahaan untuk tolak ukur perbandingan harus dilakukan dengan cermat. Pertimbangkan faktor-faktor seperti ukuran, industri, lokasi, dan praktik bisnis khusus. Mengevaluasi sejumlah organisasi sebelum memilih yang paling relevan akan membantu perusahaan mendapat wawasan yang sesuai dan hasil sesuai harapan.
3. Kumpulkan Data dengan Akurat dan Terperinci
Kualitas benchmarking sangat bergantung pada akurasi data. Pastikan data yang terkumpul akurat, terperinci, dan relevan dengan tujuan benchmarking. Sumber data dapat bervariasi, termasuk wawancara dengan stakeholder, analisis dokumen, atau penggunaan data industri yang tersedia.
4. Terapkan Metodologi Benchmarking yang Sesuai
Setiap jenis benchmarking memerlukan metode yang sesuai. Apakah itu benchmarking internal, eksternal, fungsional, atau strategis, pilih metode yang sesuai dengan tujuan dan cakupan perbandingan. Metode dapat mencakup pengukuran kuantitatif, analisis kualitatif, atau gabungan keduanya.
5. Analisis dan Proses Interpretasi Data
Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis yang mendalam dan interpretasi yang bijak. Jangan hanya melihat angka-angka, tetapi juga cari pola, tren, dan hubungan yang bisa memberi wawasan strategis.
6. Identifikasi Peluang Perbaikan dan Inovasi
Penting untuk tidak hanya mengidentifikasi perbedaan, tetapi juga melihatnya sebagai peluang. Identifikasi peluang perbaikan dan inovasi yang muncul dari perbandingan. Pertanyaan seperti “Bagaimana kita bisa mengadopsi praktik terbaik ini?” bisa membantu kita ke langkah-langkah perbaikan.
7. Terapkan Perubahan dengan Pendekatan Bertahap
Implementasi perubahan harus dilakukan dengan hati-hati dan bertahap. Komunikasikan perubahan dengan baik kepada semua pemangku kepentingan, dan berikan dukungan yang dibutuhkan. Ini membantu mengurangi resistensi perubahan dan memastikan bahwa perubahan berdampak positif.
8. Evaluasi, Pantau dan Revisi Secara Berkala
Benchmarking bukan sebuah proses sekali jalan. Evaluasi dan revisi strategi secara berkala sering terjadi dalam aktivitas ini. Perusahaan perlu memastikan keterlibatan aktif tim dalam memantau proses secara berkala, melakukan evaluasi dan revisi sesuai kebutuhan.
Kenyataannya, pertumbuhan organisasi, perubahan industri, atau dinamika pasar bisa memerlukan penyesuaian dalam praktik benchmarking. Pastikan bahwa strategi tetap relevan dan efektif seiring waktu.
FAQ Seputar Benchmarking
Dalam menjalankan praktik benchmarking, seringkali muncul pertanyaan-pertanyaan umum yang perlu dijawab. Daftar FAQ berikut akan menjadi wawasan tambahan untuk Anda.
1. Apa Bedanya Antara Benchmarking Internal dan Eksternal?
Internal Benchmarking melibatkan perbandingan kinerja dan praktik di dalam lingkup organisasi atau perusahaan. Sedangkan External Benchmarking melibatkan perbandingan dengan organisasi atau perusahaan di luar. Benchmarking internal lebih fokus pada peningkatan efisiensi internal, sedangkan benchmarking eksternal menyediakan wawasan dari standar industri dan pesaing.
2. Bagaimana Cara Memilih Organisasi Perbandingan yang Tepat?
Pemilihan organisasi perbandingan memerlukan pertimbangan matang. Faktor seperti ukuran, industri, lokasi, dan praktik bisnis khusus perlu dipertimbangkan. Identifikasi organisasi yang memiliki kesamaan yang signifikan dengan tujuan dan konteks bisnis Anda.
3. Apa Metode Terbaik untuk Menganalisis Data Benchmarking?
Menganalisis data benchmarking memerlukan pendekatan yang holistik. Selain melihat angka-angka, Anda dapat mencari pola, tren, dan hubungan yang mungkin ada di balik data. Pemahaman konteks dan tujuan dalam strategi ini sangat penting untuk melakukan interpretasi data dengan bijak.
4. Berapa Sering Strategi Benchmarking Perlu Dievaluasi dan Diperbaharui?
Evaluasi dan pembaruan strategi benchmarking perlu dilakukan secara berkala. Pertumbuhan organisasi, perubahan industri, atau dinamika pasar biasanya membutuhkan penyesuaian dalam praktik benchmarking. Penting untuk memastikan bahwa strategi tetap relevan dan efektif seiring waktu.
5. Bagaimana Cara Mengukur Keberhasilan dari Praktik Benchmarking?
Keberhasilan praktik benchmarking dapat diukur melalui pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Metrik kinerja, efisiensi operasional, peningkatan kepuasan pelanggan, atau inovasi yang berhasil dapat menjadi indikator keberhasilan. Pastikan bahwa setiap perubahan yang diadopsi memberikan dampak positif yang terukur.
6. Apakah Benchmarking Cocok untuk Semua Jenis Perusahaan/ Organisasi?
Meskipun benchmarking adalah strategi yang efektif, mungkin tidak semua jenis organisasi akan cocok dengan praktik ini. Organisasi yang bersedia beradaptasi, belajar dari orang lain, dan terbuka terhadap perubahan biasanya lebih mampu mengambil manfaat dari strategi ini. Keputusan untuk menggunakan perbandingan tentunya harus berdasarkan pada tujuan dan kebutuhan unik organisasi.
Kesimpulan
Untuk pertumbuhan yang berkelanjutan, benchmarking adalah strategi yang penting untuk dijalankan sebuah perusahaan. Benchmarking bukan sekedar strategi untuk melakukan tolak ukur kinerja dan perbandingan semata, melainkan pemandu untuk perbaikan berkelanjutan, inovasi, dan adaptasi terhadap perubahan lingkungan bisnis.
Agar strategi ini berjalan dengan sukses ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Mulai dari menentukan perusahaan yang menjadi obyek perbandingan secara bijaksana, mengumpulkan informasi yang akurat dan mengidentifikasi peluang untuk perbaikan. Selain itu, pemilihan jenis-jenis strategi tolak ukur yang sesuai, pengumpulan data yang akurat, dan analisis data yang bijak menjadi langkah-langkah kunci dalam meraih manfaat optimal.
Pada akhirnya, benchmarking bisa menjadi langkah penting bagi organisasi yang menginginkan pertumbuhan berkelanjutan dan keunggulan kompetitif di pasar yang berkembang dengan dinamis.
Mencari customer baru memang penting, tapi customer retention tentu tidak kalah penting. Customer retention adalah berbagai tindakan yang perusahaan upayakan untuk mempertahankan customer agar tetap menggunakan produk dan layanan mereka.
Hal ini merupakan faktor penting dalam keberhasilan bisnis. Karena customer yang terus loyal, akan berkontribusi penting bukan hanya untuk hari ini, tapi juga pertumbuhan jangka panjang perusahaan.
Di artikel kali ini, Panda akan secara lengkap mengulas tentang apa itu customer retention, apa saja keuntungannya dan juga strategi ampuh untuk meningkatkan customer retention.
Apa itu Customer Retention?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, retention berasal dari kata retensi yang artinya adalah penyimpanan atau penahanan. Dalam konteks customer retention, secara tidak langsung bisa kita artikan sebagai upaya untuk menahan atau mempertahankan customer.
Maka, pengertian dari customer retention adalah sebuah program atau kegiatan dari perusahaan untuk mempertahankan pelanggannya agar tidak beralih ke perusahaan lain.
Tidak jarang perusahaan terlalu fokus pada pemasaran untuk mendapatkan pelanggan baru, sampai lupa memberi treatment untuk pelanggan lama yang sudah lebih dulu menggunakan produk dan layanan perusahaan. Faktanya, retensi customer sangat penting dan menguntungkan.
Program retensi pelanggan bisa perusahaan lakukan salah satunya untuk mengurangi customer defection. Customer defection sendiri adalah pelanggan yang pergi dan tidak kembali lagi untuk menjadi pelanggan tetap.
Selain itu, tentu ada lebih banyak keuntungan lain dari program retensi pelanggan ini. Kita bahas di segmen selanjutnya ya!
Mengapa Bisnis Perlu Program Retensi?
Faktanya, memberikan perhatian kepada customer lama adalah cara yang lebih efektif untuk meningkatkan penjualan. Pelanggan lama sudah teredukasi sehingga lebih mudah didekati dan lebih cepat closing.
Sangat- sangat rugi jika sebuah bisnis yang berjalan tidak menjalankan program retensi untuk pelanggannya. Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa alasan mengapa customer retention program sangat penting untuk bisnis :
1. Menarik Hati Pelanggan Lama
Seperti yang Panda jelaskan sebelumnya, customer retention adalah program yang bertujuan menarik pelanggan lama. Program ini dirancang untuk menarik hati pelanggan lama agar tetap memakai produk dan layanan perusahaan dengan berbagai penawaran menarik.
2. Sebagai Pelayanan Prima (Excellent Service)
Pelayanan prima (Excellent Service) adalah bagian tak tergantikan dalam program retensi. Adalah kecenderungan pelanggan untuk membandingkan layanan satu perusahaan dengan perusahaan lain.
Untuk itu, dengan terus memberi pelayanan terbaik, pelanggan akan loyal untuk jangka panjang dan sulit beralih ke kompetitor.
3. Menjalin Kedekatan dengan Pelanggan
Tidak melulu dengan promo diskon, ada berbagai cara yang perusahaan bisa lakukan agar lebih dekat dengan pelanggan. Misalnya saja dengan complaint management yang tepat atau memberi ucapan personalized saat pelanggan berulang tahun.
Keuntungan Menjalankan Customer Retention
Ada banyak keuntungan dari menjalankan program customer retention. Apa saja? Antara lain sebagai berikut :
1. Menghemat Biaya Pemasaran
Iklan mungkin memberikan revenue instan saat berjalan dengan baik. Namun, jika hanya mengandalkan penjualan dari iklan, lama kelamaan biaya pemasaran akan membengkak.
Di sisi lain, biaya yang keluar untuk mempertahankan pelanggan lama tidak akan sebanyak biaya untuk menambah pelanggan baru. Dengan program retensi yang berjalan dengan baik, artinya perusahaan bisa lebih menghemat biaya pemasaran.
2. Mengoptimalkan Word-of-Mouth
Tak bisa dipungkiri, Word of Mouth (WoM) alias strategi promosi dari mulut ke mulut sangat ampuh untuk menggerakkan orang- orang di sekitar pelanggan. Pelanggan yang puas akan mempengaruhi orang- orang di sekitarnya tanpa disadari untuk menggunakan produk dan layanan perusahaan.
Bahkan menurut data dari Talk Triggers (2018), 92% pelanggan lebih mempercayai pendapat teman atau keluarga saat akan membeli produk. Artinya, iklan gratis dari WoM akan sangat baik untuk pertumbuhan profit perusahaan.
3. Mendorong Repeat Order
Pelanggan yang loyal enggan untuk berpindah ke lain hati. Jika perusahaan bisa terus menjaga pelanggan mereka, kecenderungan pelanggan untuk membeli lagi semakin besar.
Repeat order tentu akan berdampak positif untuk pertumbuhan profit perusahaan.
4. Mendapat Feedback yang Bermanfaat
Survey dari Apptentive menyebut jika 97% pelanggan setia akan membeli produk secara berulang saat sebuah merek mengimplementasikan kritik dan saran pembeli. Sedangkan 55% pelanggan akan berpaling saat merek mengabaikan feedback dari pelanggan.
Angka yang menarik bukan?
Studi ini sekaligus bisa menjadi tolak ukur bahwa pelanggan loyal senang memberikan feedback. Dan pelanggan akan terus bertahan selama perusahaan mau mendengarkan dan mengimplementasikan saran pelanggan.
Selain itu, feedback pelanggan juga bisa membantu perusahaan mendapat peluang baru yang mengarah ke peningkatan retensi dan peningkatan penjualan.
5. Membangun Advokasi
Selain Word-of-Mouth, keuntungan lain dari program retensi pelanggan adalah advokasi. Advokasi artinya pelanggan yang sangat puas dengan produk dan layanan sebuah merek akan bersedia sepenuh hati untuk membagikan pengalaman mereka lewat media sosial.
Melalui media sosial, eksposur tentang brand akan lebih cepat menyebar. Hal ini akan berdampak positif bagi brand, baik dari sisi brand awareness maupun penjualan.
6. Membangun Reputasi Brand
Branding yang kuat bukan hanya berdampak pada pelanggan lama, tapi juga mempermudah merek dalam menarik pelanggan baru. Pelanggan yang puas akan menciptakan WoM dan ulasan positif yang bisa meningkatkan reputasi bisnis dan organisasi.
Reputasi yang baik ini kemudian akan berdampak pada kemudahan mempengaruhi persepsi konsumen, sehingga merek mudah dikenali dan menjadi ‘seksi’ di mata pelanggan.
Formula Cara Menghitung Customer Retention Ratio
Setelah memahami apa saja keuntungan dari program retensi, langkah selanjutnya adalah memahami formula rasio customer retention.
Jika retention rate yang dihasilkan tinggi, hal ini bisa mengindikasikan kepuasan pelanggan lama. Dalam formula ini, customer retention rate (CRR) adalah persentase pelanggan lama yang bertahan dalam kurun waktu tertentu.
Untuk bisa menghitungnya, setidaknya dibutuhkan tiga parameter, yaitu jumlah pelanggan di akhir periode, pelanggan baru di periode tersebut, dan jumlah pelanggan selama awal periode.
Rumus perhitungan customer retention rate sebagai berikut :
Keterangan :
E : Jumlah pelanggan di akhir periode
N : Pelanggan baru selama periode penghitungan
S : Jumlah pelanggan di awal periode
Studi Kasus
Sebagai contoh perusahaan PT Kecap Abadi akan menghitung customer retention rate dalam 6 bulan terakhir dengan data berikut :
E : Jumlah pelanggan di akhir periode (E) sebesar 550
N : Pelanggan baru selama periode penghitungan (N) sebesar 200
S : Jumlah pelanggan di awal periode (S) sebesar 400
Maka customer retention rate nya adalah = ((550-200)/400) x 100% = 87,5%
Dari contoh ini bisa kita ilustrasikan, perusahaan memulai dengan 400 pelanggan. Ada penambahan 200 pelanggan baru dan kehilangan 50 pelanggan lama, dan total akhirnya adalah 550 pelanggan. Sehingga retention rate yang diperoleh adalah sebesar 87,5%.
Nilai 100% adalah nilai tertinggi yang bisa diperoleh dari formula itu. Dengan angka 100% artinya perusahaan tidak kehilangan pelanggan sama sekali dalam durasi penghitungan.
Strategi Meningkatkan Rasio Customer Retention
Jika tingkat retensi pelanggan masih rendah, tentu butuh strategi khusus untuk meningkatkannya. Berikut adalah beberapa strategi yang soba Panda bisa terapkan untuk meningkatkan rasio customer retention :
1. Pilihan Produk yang Beragam
Untuk meningkatkan retensi, sebuah merek harus memberi pelanggan alasan untuk membeli. Salah satunya dengan menyediakan pilihan produk yang lebih beragam. Karena bisa jadi, alasan pelanggan tidak membeli lagi karena sudah memiliki atau tidak ada pilihan produk lain.
Dengan menyediakan variasi produk, pelanggan jadi punya lebih banyak pilihan untuk terus membeli. Selain, pelanggan juga tidak jenuh dengan produk yang itu- itu saja.
2. Melakukan Up-Selling dan Cross-Selling
Up Selling dan Cross Selling adalah dua strategi marketing yang ampuh untuk meningkatkan penjualan. Strategi ini juga efektif untuk meningkatkan retensi pelanggan.
Dalam Up Selling, perusahaan membuat strategi untuk menawarkan produk sejenis yang lebih mahal dan bernilai untuk customer. Sedangkan dalam Cross Selling, perusahaan menawarkan produk lain yang bisa melengkapi produk utama.
Dengan perencanaan yang matang, dua strategi ini cukup ampuh untuk meningkatkan retensi customer.
3. Ajak Pelanggan Membuat Akun
Strategi selanjutnya adalah dengan mengajak pelanggan untuk membuat akun. Dengan membuat akun, pelanggan akan merasa keterikatan dengan merek karena merasa menjadi bagian dari komunitas.
Dampak selanjutnya, pelanggan cenderung merasa memiliki dan bertanggungjawab atas pengembangan produk.
4. Jalin Komunikasi secara Personal
Komunikasi personal juga bisa menarik customer untuk merasa jadi bagian dari keluarga. Komunikasi personal bisa dilakukan dengan berbagai cara. Mulai dari pesan personal lewat email, WhatsApp atau telepon.
5. Peningkatan Kualitas Produk dan Layanan
Semua strategi akan menjadi tidak berarti jika perusahaan lupa meningkatkan kualitas produk dan layanan. Pasalnya, sekeras apapun kita mencoba membuat program yang mentereng, tapi kualitas produk dan layanan sangat buruk, pelanggan sudah alergi lebih dulu.
Pada akhirnya, program dan peningkatan kualitas produk dan layanan harus berjalan beriringan. Dengan begitu, pelanggan akan sulit untuk melirik ke kompetitor.
Kesimpulan
Dengan persaingan bisnis yang semakin kompetitif, customer retention adalah faktor penting untuk keberhasilan jangka panjang sebuah perusahaan. Dengan mempertahankan pelanggan lama, perusahaan bisa mengurangi biaya pemasaran dan meningkatkan keuntungan jangka panjang. Selain itu, semakin tinggi customer retention, makin banyak pula profit yang bisa perusahaan peroleh.
Untuk mencapai hal ini, perusahaan perlu memahami kebutuhan dan preferensi pelanggan mereka, serta memberikan pengalaman yang baik untuk membangun hubungan jangka panjang. Perusahaan juga bisa memanfaatkan teknologi untuk mempermudah proses interaksi dan pelayanan kepada pelanggan.
Pada akhirnya, customer retention adalah kunci untuk membangun bisnis yang sukses dan berkelanjutan di masa depan.
Meningkatkan ROI (Return on Investment) memang bukan perkara mudah. Namun untuk pebisnis, hal ini menjadi sangat vital agar bisa mengoptimalkan keuntungan dan dampak positif jangka panjang.
Jika saat ini Anda sedang bergelut dengan tingkat ROI yang buruk, Panda berharap artikel ini bisa mencerahkan dan memberi insight baru.
Pengertian ROI (Return on Investment)
via Freepik.com
Sebelum melangkah jauh dengan strategi untuk meningkatkan ROI, penting sekali untuk memahami terlebih dulu tentang apa itu ROI.
ROI (Return on Investment) adalah rasio yang mengukur keuntungan atau kerugian yang diperoleh dari investasi dalam hubungannya dengan biaya investasi dan keuntungan yang diperoleh. Dalam bisnis, ROI digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi efektivitas dan profitabilitas investasi.
ROI dihitung dengan membagi laba kotor yang diperoleh dari investasi dengan biaya investasi. Contohnya, jika Anda menginvestasikan Rp 10 juta dan kemudian mendapatkan laba kotor sebesar Rp 12 juta, maka ROI Anda adalah 20%. ROI juga dapat dihitung untuk jangka waktu tertentu, misalnya per tahun atau per kuartal.
Mengapa ROI Penting untuk Bisnis?
ROI penting dalam bisnis karena memungkinkan pemilik bisnis atau investor untuk mengevaluasi kinerja investasi mereka. Dengan mengetahui ROI, mereka dapat memutuskan apakah investasi tersebut layak untuk dilanjutkan atau tidak.
Selain itu, ROI juga membantu dalam membandingkan efektivitas investasi yang berbeda. Dalam situasi di mana sumber daya terbatas, ROI dapat membantu pemilik bisnis atau investor memprioritaskan investasi mana yang akan memberikan pengembalian terbaik.
Terakhir, ROI juga merupakan alat penting dalam membuat keputusan investasi jangka panjang. Dalam investasi jangka panjang, ROI membantu investor untuk memprediksi pengembalian investasi mereka di masa depan. Apakah menguntungkan atau justru merugikan?
Oleh karena itu, ROI dapat membantu investor memilih investasi yang paling menguntungkan dan mengurangi risiko kerugian dalam jangka panjang.
Dalam kesimpulannya, ROI adalah rasio yang sangat penting dalam bisnis karena memberikan gambaran tentang profitabilitas dan efektivitas investasi. ROI dapat membantu pemilik bisnis dan investor dalam memilih investasi yang paling menguntungkan dan memprioritaskan sumber daya mereka.
Cara Meningkatkan ROI dengan Strategi Pemasaran yang Efektif
via Freepik.com
Dalam empat kata, kunci untuk meningkatkan ROI (Return on Investment) suatu bisnis adalah strategi pemasaran yang efektif. Pemasaran yang efektif bisa membantu bisnis untuk mempertahankan loyalitas pelanggan, menarik pelanggan potensial dan meningkatkan penjualan.
Pemasaran yang efektif bukan hanya berdampak pada datangnya pelanggan baru, tapi sekaligus loyalitas pelanggan lama dalam jangka panjang. Hal ini lah yang pada akhirnya mendorong ROI untuk naik ke arah positif.
Berikut adalah beberapa strategi pemasaran efektif yang dapat Anda terapkan dalam bisnis :
1. Membangun Brand yang Kuat
Membangun brand yang kuat bisa berdampak penting untuk meningkatkan ROI sebuah bisnis. Branding yang kuat membuat sebuah bisnis membedakan diri dari pesaing mereka, meningkatkan kesadaran merek dan membangun kepercayaan pelanggan.
Sebuah brand yang sudah kuat biasanya berbanding lurus dengan tingkat penjualan dan pengembangan lini bisnis mereka. Karena bukan rahasia lagi, brand yang kuat bisa menjadi pendorong ampuh dalam pengambilan keputusan pembelian pelanggan.
Ujung- ujungnya bisa ditebak, bisnis makin cuan dan ROI meningkat.
2. Meningkatkan SEO Website
Kendati strategi digital marketing terus berkemebang, SEO (Search Engine Optimization) tetap punya tempat tersendiri dan baik untuk menjadi fondasi jangka panjang.
Optimasi SEO website adalah strategi pemasaran yang efektif untuk meningkatkan ROI. SEO yang baik dapat membantu bisnis untuk mendapatkan posisi yang lebih tinggi dalam hasil pencarian mesin pencari. Hal ini juga berdampak pada meningkatnya kesadaran merek dan tingkat lalu lintas yang banyak ke website.
Website dengan SEO yang baik juga berarti tidak ketergantungan pada iklan pencarian. Ada beberapa perusahaan dimana mereka sangat buruk secara organik sehingga harus merogoh kocek cukup dalam untuk menghadirkan lalu lintas ke website. Selama hasilnya positif, tentu tidak masalah.
Tapi dengan SEO yang baik, perusahaan bisa lebih menghemat biaya iklan atau mengalokasikan iklan ke funnel campaign yang berbeda. Dengan biaya yang efektif dan hasil yang baik, ini menjadi salah satu strategi yang bisa diterapkan untuk meningkatkan ROI.
3. Menggunakan Media Sosial
Media sosial bisa membantu bisnis untuk menjangkau pelanggan potensial yang lebih luas. Dengan pengelolaan yang tepat, bisnis juga bisa membangun keterlibatan dengan pelanggan, dan meningkatkan kesadaran merek.
Ada banyak hal yang bisa dieksplor dalam penggunaan media sosial untuk bisnis ini. Pada akhirnya, dengan cara yang tepat, bisnis dapat meningkatkan peluang konversi dan pada akhirnya meningkatkan ROI.
4. Menciptakan Konten yang Berkualitas Tinggi
Konten bisa berdampak banyak hal untuk bisnis. Menciptakan konten berkualitas tinggi bisa membantu bisnis untuk menarik perhatian pelanggan potensial, membangun keterlibatan dengan pelanggan, dan meningkatkan kesadaran merek.
Konten yang bermanfaat dan relevan dengan audiens bukan hanya mendatangkan trafik, tapi sekaligus meningkatkan peluang konversi. Dengan formula ini, kita dapat berharap penjualan meningkat dan ROI terus semakin baik.
5. Menggunakan Google Ads
Google Ads sangat efektif menghasilkan trafik dan konversi untuk produk- produk berbasis kebutuhan. Google Ads dapat membantu bisnis dalam menargetkan kata kunci yang relevan dengan bisnis, menampilkan iklan pada pelanggan potensial yang sedang mencari produk atau layanan yang sama, dan meningkatkan kesadaran merek.
Dengan menggunakan Google Ads dengan cara yang tepat, bisnis dapat meningkatkan peluang konversi secara cepat dan pada akhirnya meningkatkan ROI.
Kesimpulan
ROI (Return on Investment) merupakan konsep yang sangat penting dalam dunia bisnis. Agar bisnis cuan maksimal, penting sekali untuk menjaga dan meningkatkan ROI.
Meningkatkan ROI suatu bisnis dapat dicapai dengan menggunakan strategi pemasaran yang efektif. Beberapa strategi pemasaran yang efektif meliputi membangun brand yang kuat, meningkatkan SEO website, menggunakan
Bicara tentang bisnis dan investasi, ROI (Return on Investment) adalah istilah penting yang harus kita pahami. Terutama untuk sobat Panda yang bekerja di bidang marketing, operasional, bisnis dan komersil.
Alasan utama untuk memahaminya karena ROI sendiri merupakan tolak ukur keuntungan bisnis yang paling efektif. Untuk lebih lengkapnya, Panda akan mengulas secara lengkap tentang apa itu ROI (Return on Investment), manfaat, dan cara menghitung ROI.
Apa itu ROI (ROI (Return on Investment)?
Kita mulai dengan memahami pengertian dari ROI. Return on Investment (ROI) adalah rasio untuk memperhitungkan efektivitas sebuah investasi yang diberikan. ROI bisa kita definisikan juga sebagai rasio antara keuntungan yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan.
ROI (Return on Investment) adalah suatu konsep yang sangat penting dalam dunia bisnis. Parameter ini mengukur seberapa besar keuntungan yang dihasilkan dari suatu investasi dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk investasi tersebut.
Contohnya, jika seseorang berinvestasi sebesar 100 juta rupiah dalam suatu bisnis dan mendapatkan keuntungan sebesar 150 juta rupiah, maka ROI-nya adalah 50%. Artinya, untuk setiap 1 rupiah yang diinvestasikan, bisnis tersebut menghasilkan 1,5 rupiah.
Mengapa ROI Penting dalam Bisnis?
via Freepik.com
ROI sangat penting dalam bisnis. Pasalnya, parameter ini bisa memberikan informasi yang berguna tentang efektivitas investasi.
Apakah profit yang diperoleh lebih besar dari nilai investasi awal? Apakah investasi terbaik ini hadir dalam bentuk research & development, promosi marketing atau penambahan tim sales? Atau ada beberapa segmen yang justru lebih banyak mendatangkan kerugian?
Dengan perhitungan ini, pebisnis akan melihat gambaran performa bisnis di periode tertentu.
1. Menentukan Strategi Bisnis
Dengan memahami ROI, seorang pengusaha dapat menentukan apakah investasi yang mereka lakukan layak atau tidak untuk dilanjutkan.
Seorang pengusaha yang berhasil memperoleh ROI tinggi cenderung akan berhasil dalam bisnisnya. Sebaliknya, seorang pengusaha yang mendapatkan ROI yang rendah cenderung mengalami kesulitan dalam menjalankan bisnisnya.
Selain itu, ROI juga dapat membantu pengusaha dalam pengambilan keputusan bisnis. Seorang pengusaha yang memiliki informasi yang jelas tentang ROI dapat menggunakan informasi tersebut untuk menentukan investasi yang akan dilakukan di masa depan.
2. Alokasi Sumber Daya dengan Lebih Efektif
Yang tidak kalah pentingnya, ROI juga dapat membantu pengusaha untuk mengalokasikan sumber daya dengan lebih efektif. Seperti Panda lansir dari Oberlo, perhitungan ROI berdampak meringankan beban HR dalam menilai pekerjaan di tim sales.
Dalam hal ini, perusahaan akan menghitung ROI di jangka waktu tertentu. Selanjutnya, perusahaan akan membandingkan tingkat penjualan dan gaji karyawan perusahaan.
Bisa jadi, perusahaan perlu melakukan pengurangan gaji untuk karyawan yang performanya tidak berkualitas.
3. Kalkulasi Performa Produk Baru
Selanjutnya, ROI juga menjadi penting untuk bisnis karena punya andil dalam menghitung performa produk baru. Tingkat keuntungan produk perlu disandingkan dengan biaya produksi, promosi dan penjualannya.
Dan akhirnya, ini bisa menjawab pertanyaan apakah strategi marketing yang digunakan sudah cukup efektif atau justru tidak mempan?
Faktor yang Mempengaruhi ROI
Tentunya ada hal- hal yang bisa mempengaruhi tinggi rendahnya sebuah Return on Investment. Secara garis besar, hal ini terbagi ke dalam dua faktor berikut ini :
1. Tingkat Turnover dari Operating Asset
Tingkat turnover atau tingkat perputaran aktiva dalam kegiatan operasional artinya kecepatan berputarnya operating asset dalam satu periode tertentu.
2. Profit Margin
Faktor selanjutnya adalah profit margin yang perusahaan hasilnya. Pebisnis bisa menganalisa laba bisnis perusahaan untuk menyimpulkan apakah ROI perusahaan sudah sesuai harapan atau tidak.
Cara Menghitung ROI (Return on Investment)
Setelah mengetahui pentingnya Return on Investment, langkah selanjutnya adalah mengetahui cara menghitung ROI. Dengan cara ini, kita bisa mengetahui jumlah keuntungan yang diperoleh dan biaya yang keluar untuk investasi tersebut.
Rumus dasar menghitung ROI :
ROI = (Keuntungan – Biaya) / Biaya x 100%
Contoh studi kasus :
Jika seseorang menginvestasikan Rp 100 juta rupiah untuk sebuah bisnis dan mendapatkan keuntungan sebesar 148 juta rupiah, maka ROI nya adalah sebagai berikut :
ROI (148-199)/100 x 100% = 48%
Dengan demikian, tingkat ROI dari studi kasus ini adalah 48%.
Kelebihan dan Kekurangan ROI
ROI memang memberikan perbedaan saat kita berhasil menggunakannya untuk analisa. Kendati begitu, parameter ini juga mempunyai kekurangan dan kelebihan.
Kelebihan
Berikut adalah beberapa kelebihan dari Return on Investment :
Perhitungan yang mudah dan sederhana
Rumus bersifat general sehingga bisa diterapkan dan diadaptasi ke berbagai industri
Mampu mengukur efisiensi investasi dari segala aspek. Mulai dari modal, biaya operasi, hingga transaksi.
Membantu untuk membuat keputusan dan strategi bisnis yang lebih efektif.
Kekurangan
Sedangkan kekurangan dari ROI antara lain :
Bisa berpengaruh ke dividen kas secara signifikan
Sulit menentukan mana investasi yang paling berdampak karena semua investasi dipukul rata, sehingga sulit menentukan investasi mana yang paling menguntungkan.
Perhitungan ROI rawan tidak akurat karena tidak melibatkan metrik lainnya. Seperti inflasi, pajak, dan sejenisnya. Sehingga ini bisa menyebabkan perhitungan menjadi tidak aktual dengan situasi di lapangan.
Kesimpulan
Pengertian dari ROI (Return on Investment) adalah konsep yang sangat penting dalam dunia bisnis. ROI memberikan informasi tentang efektivitas investasi dan dapat membantu pengusaha dalam pengambilan keputusan bisnis.
Cara menghitung ROI cukup mudah, yaitu dengan menggunakan rumus ROI = (Keuntungan – Biaya) / Biaya x 100%. Namun tidak serta merta melihat hasil metrik ini di atas kertas, karena kita perlu mempertimbangkan kelebihan dan kekurangannya dengan seksama.
Semoga artikel ini bermanfaat untuk Anda dan dapat meningkatkan pemahaman tentang ROI dalam bisnis.
Jika dibandingkan dengan jurusan lain yang tersedia di sebuah universitas, bisa dikatakan jika jurusan teknik industri menjadi salah satu jurusan dengan peminat yang cukup tinggi. Hampir di setiap pembukaan pendaftaran mahasiswa baru, ratusan bahkan ribuan calon mahasiswa mendaftar untuk jurusan ini dan berebut kursi yang tersedia.
Banyak kalangan mengatakan bahwa jurusan teknik industri merupakan jurusan dengan prospek kerja yang sangat baik. Fakta adanya banyak industri di Tanah Air dan juga luar negeri, yang memerlukan pembaruan sumber daya manusia setiap tahunnya menegaskan klaim tersebut.
Hanya saja, tentu, perlu kompetensi tinggi untuk mendapatkan pekerjaan sesuai jurusan dengan posisi yang baik. Anda bisa kunjungi situs ini untuk mengecek gambaran CV yang Anda perlukan.
Sekilas Tentang Jurusan Teknik Industri
Apa yang sebenarnya dimaksud dengan jurusan teknik industri tersebut?
Bisa dikatakan bahwa jurusan ini merupakan turunan dari teknik mesin. Hanya saja, jurusan teknik industri cenderung lebih fokus perihal perancangan, peningkatan dan pemasangan sistem terintegrasi yang memerlukan peran manusia, peralatan, energi dan juga material.
Kenapa Memilih Jurusan Teknik Industri?
Seperti yang Panda singgung sebelumnya, jurusan teknik industri menjadi salah satu jurusan dengan peminat yang sangat besar. Bisa jadi, hal tersebut berdasarkan pada beberapa keuntungan yang akan didapatkan oleh seseorang yang lulus dari jurusan ini.
Adapun beberapa keuntungan menjadi lulusan teknik industri – yang juga bisa kita jadikan alasan memilih jurusan ini, adalah:
1. Lulusan dari teknik industri bisa masuk ke beragam jenis industri jasa yang berbeda, seperti keuangan, konsultasi, teknologi informasi dan juga pelayanan pada masyarakat.
2. Materi pembelajaran yang luas karena tidak hanya membahas tentang teknologi saja melainkan juga ilmu manajemen, keuangan, bisnis dan lainnya.
3. Memiliki kesempatan untuk mengasah kompetensi dan skill yang diperlukan untuk sebuah perusahaan.
4. Memiliki bidang keahlian yang bisa dipilih sesuai keinginan, seperti sistem manufaktur, sistem industri dan teknologi ekonomi.
5. Memiliki peluang yang cukup luas untuk bekerja di bidang industri atau menjadi seorang wirausaha.
Tentu, selain beberapa poin di atas, masih ada banyak alasan kenapa jurusan ini banyak menjadi pilihan calon mahasiswa. Dengan demikian, Anda bisa mempertimbangkan jurusan ini sebelum terjun di dunia akademik.
Kelebihan Lulusan Jurusan Teknik Industri
Seorang lulusan jurusan teknik ini akan memiliki beberapa kelebihan yang sangat bermanfaat ketika bekerja. Adapun beberapa kelebihan yang ini antara lain adalah :
1. Kemampuan melakukan analisis
Seorang lulusan jurusan teknik industri akan dibekali dengan kemampuan analisis dan hal ini sangat sangat penting dalam dunia kerja. Analisis sendiri merupakan aktivitas yang dilakukan dengan cara mengurangi, membedakan hingga memilah sesuatu untuk dikelompokkan dengan kriteria dan standar tertentu.
2. Kemampuan berpikir sistematis
Mahasiswa dari jurusan teknik industri juga akan memiliki kemampuan berpikir yang sistematis. Dengan demikian, ia bisa menguraikan dan merumuskan suatu hal dengan lebih teratur dan logis untuk membentuk sistem yang utuh dan terpadu.
3. Kemampuan manajerial
Hal lain yang menjadi kelebihan lulusan teknik industri adalah adanya kemampuan manajerial yang mumpuni. Manajerial adalah ilmu yang mengatur segala sesuatu dengan baik dan benar. Oleh karenanya, lulusan teknik industri bisa berprofesi sebagai manajer.
Selain beberapa poin di atas, kelebihan lain dari lulusan jurusan ini adalah mampu memecahkan masalah, memiliki kemampuan untuk membuat keputusan berdasarkan pertimbangan objektif dan lainnya.
Prospek Lulusan Jurusan Teknik Industri
Dengan beragam kelebihan yang jurusan ini miliki, prospek kerja lulusan jurusan teknik industri terbilang cukup luas. Adapun beberapa peluang kerja dari jurusan ini antara lain :
1. Bidang produksi dan penjaminan mutu
Lulusan teknik industri memiliki kemampuan untuk melakukan perencanaan dan pengendalian produksi, manajemen kualitas dan juga pengembangan sistem manajemen. Oleh karenanya, banyak perusahaan yang memerlukan tenaga mereka di bidang produksi dan penjaminan mutu.
2. Bidang sistem informasi
Prospek kerja lain bagi seorang lulusan teknik industri adalah bidang sistem informasi. Dalam hal ini, mereka bisa bekerja sebagai staf IT, staf pemasangan sistem informasi dan bidang sejenis lainnya.
3. Bidang pemasaran
Mahasiswa lulusan teknik industri bisa memulai karier di bidang pemasaran. Peluang kerja di bidang ini cukup terbuka untuk menjadi seorang market research, technical sales dan lainnya.
Selain beragam bidang tersebut, prospek lulusan teknik industri masih banyak, termasuk bidang operasional dan logistik, bidang manajemen sumber daya manusia dan juga bidang keuangan.
Nah, dengan beragam prospek kerja yang menarik serta beragam kemampuan yang dimiliki, apakah Anda semakin tertarik dengan jurusan yang satu ini?
Bicara rebranding, hal ini tentunya sudah dipertimbangkan dengan matang. Karena bicara rebranding bukan sekedar ganti identitas brand semata, tapi juga menciptakan persepsi baru tentang brand dan peningkatan value dari brand itu sendiri.
Harapannya, setelah rebranding, alias proses branding ulang, value brand harus lebih mentereng. Brand harus menjadi lebih diingat, lebih dikenal luas dan profit perusahaan juga menjadi lebih baik.
Bukankah ini kesuksesan yang diharapkan dari strategi rebranding ini?
Pengertian Apa itu Rebranding
Sebelum melangkah lebih jauh ngobrolin tentang Rebranding, Panda akan memaparkan lebih dulu tentang apa itu rebranding.
Menurut Market Business News, rebranding adalah proses yang dilakukan perusahaan untuk mengubah citra dirinya. Entah itu dari sisi logo, nama, simbol, atau bahkan semua aspek tersebut.
Tujuan melakukan branding ulang ini sendiri agar semakin banyak konsumen yang tertarik dengan produk atau layanan yang ditawarkan. Rebranding juga dilakukan agar tetap bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin kompetitif dari waktu ke waktu. Artinya, perubahan citra brand adalah untuk tetap relevan dan kuat dari waktu ke waktu.
Secara garis besar, perusahaan melakukan branding ulang ini dengan dua harapan, yaitu :
Menciptakan image baru agar menonjol di tengah- tengah maraknya kompetitor.
Terhubung kembali dengan konsumen mereka.
Rebranding Perlu Dilakukan Dengan Hati- Hati
Kendati strategi ini terdengar wah untuk sebuah perusahaan dan merek, penting sekali untuk berhati- hati. Perlu melakukan riset yang mendalam dan berbagai pertimbangan sebelum melakukan eksekusi branding ulang.
Seperti PandaGila.com lansir dari The Economic Times, ada kemungkinan konsumen yang sudah ada justru tidak suka dengan tampilan dan konsep baru dari perubahan ini. Jika tidak menyadari ini, konsumen yang sudah lama berlangganan bisa- bisa meninggalkan brand kita dan beralih ke brand lain.
Maka dari itu, penting sekali untuk melakukan proses branding ulang ini dengan cermat berdasarkan data riset. Riset bisa dilakukan melalui data internal maupun eksternal.
Data internal bisa dengan melakukan survey ke pelanggan loyal. Tujuannya adalah untuk mengetahui berapa tingkat kepuasan mereka terhadap brand dan apa saja yang bisa brand tingkatkan.
Sedangkan data eksternal bisa kita lakukan dengan melakukan analisa terhadap strategi kompetitor kita. Apa saja yang mereka lakukan, kelebihan dan kekurangan mereka, apa tampaknya yang membuat mereka lebih unggul dari kita.
Data eksternal tentu saja bukan untuk kita duplikasi mentah- mentah. Namun data ini akan membuat langkah kita semakin matang untuk membuat fokus improvement dalam strategi rebranding.
Fungsi dan Tujuan Rebranding
Melakukan branding ulang berarti membangun identitas baru untuk sebuah merek. Strategi ini bisa memberikan semangat baru untuk nadi sebuah bisnis, sekaligus memperbarui strategi pemasaran perusahaan secara keseluruhan.
Berikut ini adalah rangkuman fungsi dan tujuan rebranding :
1. Memperbarui Logo
Sebuah logo perusahaan dirancang untuk mengikuti tren dan menjadi relevan dari waktu ke waktu. Ada kalanya logo lawas tidak sejalan dengan trend terbaru dan terlihat kuno.
Secara tidak langsung, logo yang sudah tidak sejalan ini juga bisa mendorong persepsi negatif. Bisnis akan terkesan masih mempertahankan cara- cara lama yang usang.
2. Mengubah Persepsi
Umumnya, sebuah brand tidak seharusnya mencerminkan pemiliknya. Namun seringkali, nama brand dipersepsikan dengan cara yang pemilik inginkan.
Untuk itu, rebranding diperlukan untuk membuat pergeseran persepsi merek dan menciptakan citra baru.
3. Perubahan Lini Produk
Dalam proses nya, bisnis mungkin mengembangkan lini produknya. Misalnya jika dulu hanya menjual paket wisata, kemudian mulai menjual paket dekorasi pernikahan dan event hiburan.
Jika nama brand sebelumnya mempersepsikan produk paket wisata ini, sedangkan bisnis berekspansi lebih jauh, perusahaan bisa mempertimbangkan rebranding ini sebagai penyesuaian.
4. Menghindari Konotasi Budaya Negatif
Sering terjadi, saat brand sudah mendunia, bisa saja nama, wanra atau aspek lain dikaitkan dengan hal- hal negatif atau ketidaksesuaian di negara atau budaya, saat perluasan terjadi. Konotasi negatif tentunya bisa mengganggu citra brand.
Jika hal ini terjadi, perusahaan bisa mempertimbangkan branding ulang agar brand mereka bisa lebih diterima.
5. Strategi Bersaing
Kompetisi bisa berubah setiap saat. Namun dalam banyak hal, persaingan cenderung semakin ketat daripada semakin longgar, kecuali memang untuk hal yang bersifat musiman.
Saat persaingan semakin ketat dan image antar brand hampir mirip satu sama lain, mungkin saatnya brand membuat sesuatu yang baru agar berbeda dari pesaingnya.
Dengan strategi rebranding, brand akan terlihat lebih berbeda dan menonjol. Ini sama artinya bahwa proses branding ulang bertujuan untuk menarik atau menarik kembali audiens yang lebih besar.
6. Memperbaiki Kesalahan dari Branding Asli
Sebuah brand tidak bisa diciptakan tanpa penelitian audiens target yang dan konsep yang tidak matang. Seringkali di awal terciptanya, perusahaan melakukan kesalahan- kesalahan ini.
Akhirnya, brand yang tercipta tidak terkonsep untuk mewakili kebutuhan persona buyer mereka. Dalam proses branding ulang, brand akan melakukan penelitian untuk menganalisa masalah dan kebutuhan klien.
7. Perubahan Kebutuhan Pelanggan
Sama seperti persaingan, masalah dan kebutuhan orang terhadap produk juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Hal ini biasanya terjadi karena pergeseran budaya, teknologi, atau gaya hidup.
Untuk bisa terus relevan dengan kebutuhan konsumen, rebranding kerap dilakukan untuk terus bisa menjangkau apa yang konsumen butuhkan.
8. Merger dan Akuisisi
Dalam proses penggabungan dua perusahaan, biasanya perusahaan akan membuat keputusan strategis terhadap brand mereka. Apakah akan mengoperasikan brand secara terpisah atau menggabungkan menjadi satu.
Jika ingin menggabungkan menjadi satu, perusahaan akan memutuskan untuk beroperasi di bawah satu identitas brand atau membuat brand baru yang merupakan gabungan dari entitas keduanya. Untuk itu, rebranding adalah jawaban dari permasalahan ini.
9. Perubahan Fokus Bisnis
Ada periode dimana pasar akan memaksa brand untuk mengubah penawaran atau audiens mereka. Untuk bisa terus berkompetisi, mau tak mau brand harus mengikuti perubahan ini agar tetap bisa bersaing di pasar yang semakin luas.
Jika ini yang terjadi, pergeseran fokus bisa brand lakukan melalui strategi rebranding ini.
10. Memperbaiki Reputasi
Reputasi dan kredibilitas adalah hal yang sangat penting untuk eksistensi sebuah bisnis. Jika karena suatu hal reputasi menjadi rusak atau buruk, ini bisa berdampak negatif pada kelangsungan brand dalam jangka panjang.
Dengan mempertimbangkan branding ulang, brand punya kesempatan untuk membuat awal baru dan memperbaiki citra yang buruk. Citra brand menjadi lebih segar sehingga konsumen lebih tertarik untuk memberi kesempatan baru dan mengenal brand lebih lanjut.
Kelebihan dan Kekurangan Rebranding
Rebranding memang mempunyai banyak manfaat. Tapi seperti strategi marketing pada umumnya, tentunya strategi branding ulang ini juga mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Penting sekali mengenali keduanya agar rencana yang perusahaan canangkan dapat berjalan sesuai harapan.
Kelebihan
Perusahaan berpotensi menjadi lebih menonjol daripada kompetitor yang masih menggunakan citra brand lawas dan tidak melakukan pembenahan.
Rebranding bisa menjadi sarana untuk membangun keterikatan dan cerita bersama konsumen. Konsumen bisa menjadi saksi dari cerita perjalanan brand (brand journey) sehingga merasa lebih dekat dengan brand.
Rebranding bisa memperbaiki atau menghilangkan citra buruk dari masa lampau brand.
Kekurangan
Jika rebranding tidak mendapat tanggapan positif dari pasar, bisa muncul resiko kerugian yang lebih besar.
Resiko kehilangan konsumen jika strategi rebranding tidak berhasil dan memberi dampak positif.
Investasi biaya yang tidak sedikit.
Study Case / Contoh Brand yang Berhasil dalam Rebranding
Untuk lebih memantapkan diri dalam strategi ini, kita bisa mempelajari dari kasus brand yang berhasil dalam melakukan branding ulang ini.
1. Apple
Di awal hingga pertengahan 90an, Microsoft sangat mendominasi industri perangkat lunak komputer. Saat itu, Apple nyaris tidak bertahan.
Namun situasi menjadi jauh berbeda saat Steve Jobs melakukan perubahan besar- besaran pada Apple yang dimulai pada tahun 1998.
Apple memperkenalkan iMac yang mempunyai tampilan tema menarik, mudah beroperasi, spesifikasi mumpuni, dan menjadi device idaman dari versi PC sebelumnya. Mereka juga menciptakan tagline baru “Think different”.
Di kepemimpinan Steve Jobs, Apple tetap dengan tampilan baru mereka yang menampilkan desain clean dan perpesanan yang disederhanakan.
Mereka kemudian menciptakan produk yang inovatif, merilis iphone, ipod dan ipad. Pesaing Apple berusaha keras untuk mengikuti jejak Apple. Namun selama bertahun- tahun, Apple berhasil membangun base pengikut setia dan berhasil menjadi salah satu merek paling populer di seluruh dunia.
2. McDonalds
McDonalds berhasil menjadi pemimpin di industri makanan cepat saji dalam beberapa dekade. Sulit untuk menggeser mereka. Kendati begitu, merek ini sering terganggu dengan citra yang kurang positif.
Di awal tahun 2000 an, McDonalds secara luas dipandang sebagai pilihan makanan cepat saji paling tidak sehat dari kompetitornya. Bahkan banyak orang melakukan aksi boikot dengan sikap “terlalu-baik-untuk-McDonalds.”
Selain itu, peluncuran film dokumenter populer “Super Size Me” di tahun 2004 juga memainkan peran besar dalam masalah ini. Khususnya memanfaatkan citra McDonalds untuk membuktikan bahwa makanan cepat saji sangat buruk untuk kesehatan.
Tidak mau berlarut- larut, McDonalds mengambil tindakan. Di tahun 2006, mereka mengubah menu mereka dengan pilihan yang lebih sehat dan berkualitas lebih tinggi untuk orang- orang yang peduli dengan isu kesehatan.
Salad dan sandwich “signature crafted” menjadi menu baru mereka. Mereka juga menambahkan fokus baru di minuman kopi untuk membuat mereka unggul dari pesaing. Lebih lengkap lagi, McDonald mendesain ulang bangunan dan interior mereka menjadi tempat kopi favorit hipster.
Pencitraan baru yang McDonalds lakukan tampaknya berhasil. Bahkan pendapatan mereka meningkat 58% sejak strategi ini mereka lakukan!
Langkah- langkah Menerapkan Strategi Rebranding
Ada proses panjang dalam melakukan branding ulang. Karena kenyataannya, rebranding bukan sekedar mengganti logo, tagline atau nama merek saja.
Perusahaan perlu memikirkan secara mendalam tentang makna dan tujuan yang ingin dicapai dalam proses ini. Setelah proses branding dilakukan, PR perusahaan tidak selesai begitu saja.
Melainkan terus melakukan strategi untuk membuat merek baru memberi kontribusi maksimal. Kontribusi yang sama baiknya, dan harus lebih baik. Bukankah itu tujuan yang ingin bisnis capai dalam strategi ini?
Berikut adalah langkah- langkah yang akan kita capai dalam menerapkan strategi rebranding :
1. Evalusi & Riset
Rebranding adalah sebuah keputusan yang serius. Karena serius, eksekusi dan persiapannya tidak boleh main- main.
Bersama tim yang terlibat, perusahaan harus melakukan evaluasi secara mendalam tentang keadaan perusahaan saat ini. Cari tahu terlebih dahulu :
Apa penyebab utama mengapa rebranding perlu dilakukan?
Apa tujuan yang ingin brand capai dengan proses rebranding ini?
Apakah perusahaan ingin menjangkau pasar yang lebih besar atau ingin terupdate (menjadi relevan) dengan situasi pasar terkini?
Untuk kebutuhan ini, perusahaan perlu melakukan riset untuk menentukan positioning brand yang baru, agar sesuai dengan kebutuhan dan tujuan perusahaan.
Cakupan riset bisa meliputi beberapa hal. MUlai dari keinginan dan kebutuhan customer, pendapat customer mengenai merek kita, persepsi masyarakat terhadap brand dan bisnis, aset yang bisnis miliki, pandangan internal karyawan terhadap bisnis dan brand, dan yang tidak kalah penting positioning produk/ jasa kompetitor.
2. Brainstorming Tim Manajemen & Pemegang Saham
Langkah selanjutnya, lakukan brainstorming dengan tim manajemen. Jika perusahaan mempunyai pemegan saham, penting untuk mengkomunikasikan rencana ini dengan jelas ke mereka. Pasalnya, proses ini bisa mempengaruhi masa depan bisnis perusahaan.
Beberapa hal yang perlu dikomunikasikan antara lain hasil riset dan evaluasi sebelumnya, timeline, pembiayaan, key objectives, competitive positioning, implikasi rebranding terhadap departemen terhadap divisi tertentu dan brand keseluruhan.
3. Mulai Menyusun Daftar Rencana
Rebranding membutuhkan banyak detail untuk bisa tereksekusi dengan baik. Untuk itu, perusahaan harus menyusun daftar rencana secara detail dan membuat rincian proses apa saja yang perlu dilakukan untuk mencapai target.
Mulai dari perubahan logo, tagline, dan media branding keseluruhan perlu dibuat rencana detail agar dapat terlaksana dengan rapi.
4. Dokumentasi Keseluruhan Proses Rebranding
Melakukan proses dokumentasi terhadap keseluruhan proses rebranding juga menjadi poin penting. Dokumentasi ini bisa menjadi arsip perusahaan sekaligus penentuan keputusan bisnis di kemudian hari.
5. Sosialisasi dan Promosi
Setelah proses rebranding selesai, langkah selanjutnya adalah melakukan sosialisasi terhadap khalayak. Tahapan ini biasanya menjadi tanggungjawab staff Public Relation (PR).
Sosialisasi umumnya bukan hanya dilakukan pada pihak eksternal alias masyarakat, tapi juga pihak internal. Pihak internal ini meliputi seluruh karyawan perusahaan tanpa terkecuali dan juga seluruh pemegang saham.
Kesimpulan
Rebranding adalah sebuah proses yang panjang dari perjalanan sebuah brand. Proses branding ulang ini sendiri juga dilakukan dengan berbagai tujuan dan latar belakang alasan. Untuk itu, strategi ini tidak boleh sekenanya.
Penting sekali untuk mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan dari strategi ini. Setelahnya, lakukan analisa dan evaluasi yang matang, buat detail rencana agar eksekusi bisa berjalan dengan maksimal. Jangan lupa, pastikan semua proses terdokumentasi dengan baik.
Eksekusi maksimal dan proses yang detail adalah harga mati dari proses rebranding. Tentunya tak seorang pun ingin proses branding ulang gagal dan mengakibatkan kerugian yang lebih besar.