Apa itu Rebranding, Fungsi & Panduan Strategi Rebranding

Apa itu Rebranding, Fungsi & Panduan Strategi Rebranding

Bicara rebranding, hal ini tentunya sudah dipertimbangkan dengan matang. Karena bicara rebranding bukan sekedar ganti identitas brand semata, tapi juga menciptakan persepsi baru tentang brand dan peningkatan value dari brand itu sendiri.

Harapannya, setelah rebranding, alias proses branding ulang, value brand harus lebih mentereng. Brand harus menjadi lebih diingat, lebih dikenal luas dan profit perusahaan juga menjadi lebih baik.

Bukankah ini kesuksesan yang diharapkan dari strategi rebranding ini?

Pengertian Apa itu Rebranding

Sebelum melangkah lebih jauh ngobrolin tentang Rebranding, Panda akan memaparkan lebih dulu tentang apa itu rebranding.

Menurut Market Business News, rebranding adalah proses yang dilakukan perusahaan untuk mengubah citra dirinya. Entah itu dari sisi logo, nama, simbol, atau bahkan semua aspek tersebut.

Tujuan melakukan branding ulang ini sendiri agar semakin banyak konsumen yang tertarik dengan produk atau layanan yang ditawarkan. Rebranding juga dilakukan agar tetap bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin kompetitif dari waktu ke waktu. Artinya, perubahan citra brand adalah untuk tetap relevan dan kuat dari waktu ke waktu.

Secara garis besar, perusahaan melakukan branding ulang ini dengan dua harapan, yaitu :

  • Menciptakan image baru agar menonjol di tengah- tengah maraknya kompetitor.
  • Terhubung kembali dengan konsumen mereka.

Rebranding Perlu Dilakukan Dengan Hati- Hati

Kendati strategi ini terdengar wah untuk sebuah perusahaan dan merek, penting sekali untuk berhati- hati. Perlu melakukan riset yang mendalam dan berbagai pertimbangan sebelum melakukan eksekusi branding ulang.

Seperti PandaGila.com lansir dari The Economic Times, ada kemungkinan konsumen yang sudah ada justru tidak suka dengan tampilan dan konsep baru dari perubahan ini. Jika tidak menyadari ini, konsumen yang sudah lama berlangganan bisa- bisa meninggalkan brand kita dan beralih ke brand lain.

Maka dari itu, penting sekali untuk melakukan proses branding ulang ini dengan cermat berdasarkan data riset. Riset bisa dilakukan melalui data internal maupun eksternal.

Data internal bisa dengan melakukan survey ke pelanggan loyal. Tujuannya adalah untuk mengetahui berapa tingkat kepuasan mereka terhadap brand dan apa saja yang bisa brand tingkatkan.

Sedangkan data eksternal bisa kita lakukan dengan melakukan analisa terhadap strategi kompetitor kita. Apa saja yang mereka lakukan, kelebihan dan kekurangan mereka, apa tampaknya yang membuat mereka lebih unggul dari kita.

Data eksternal tentu saja bukan untuk kita duplikasi mentah- mentah. Namun data ini akan membuat langkah kita semakin matang untuk membuat fokus improvement dalam strategi rebranding.

Fungsi dan Tujuan Rebranding

Melakukan branding ulang berarti membangun identitas baru untuk sebuah merek. Strategi ini bisa memberikan semangat baru untuk nadi sebuah bisnis, sekaligus memperbarui strategi pemasaran perusahaan secara keseluruhan.

Berikut ini adalah rangkuman fungsi dan tujuan rebranding :

1. Memperbarui Logo

Sebuah logo perusahaan dirancang untuk mengikuti tren dan menjadi relevan dari waktu ke waktu. Ada kalanya logo lawas tidak sejalan dengan trend terbaru dan terlihat kuno.

Secara tidak langsung, logo yang sudah tidak sejalan ini juga bisa mendorong persepsi negatif. Bisnis akan terkesan masih mempertahankan cara- cara lama yang usang.

2. Mengubah Persepsi

Umumnya, sebuah brand tidak seharusnya mencerminkan pemiliknya. Namun seringkali, nama brand dipersepsikan dengan cara yang pemilik inginkan.

Untuk itu, rebranding diperlukan untuk membuat pergeseran persepsi merek dan menciptakan citra baru.

3. Perubahan Lini Produk

Dalam proses nya, bisnis mungkin mengembangkan lini produknya. Misalnya jika dulu hanya menjual paket wisata, kemudian mulai menjual paket dekorasi pernikahan dan event hiburan.

Jika nama brand sebelumnya mempersepsikan produk paket wisata ini, sedangkan bisnis berekspansi lebih jauh, perusahaan bisa mempertimbangkan rebranding ini sebagai penyesuaian.

4. Menghindari Konotasi Budaya Negatif

Sering terjadi, saat brand sudah mendunia, bisa saja nama, wanra atau aspek lain dikaitkan dengan hal- hal negatif atau ketidaksesuaian di negara atau budaya, saat perluasan terjadi. Konotasi negatif tentunya bisa mengganggu citra brand.

Jika hal ini terjadi, perusahaan bisa mempertimbangkan branding ulang agar brand mereka bisa lebih diterima.

5. Strategi Bersaing

Kompetisi bisa berubah setiap saat. Namun dalam banyak hal, persaingan cenderung semakin ketat daripada semakin longgar, kecuali memang untuk hal yang bersifat musiman.

Saat persaingan semakin ketat dan image antar brand hampir mirip satu sama lain, mungkin saatnya brand membuat sesuatu yang baru agar berbeda dari pesaingnya.

Dengan strategi rebranding, brand akan terlihat lebih berbeda dan menonjol. Ini sama artinya bahwa proses branding ulang bertujuan untuk menarik atau menarik kembali audiens yang lebih besar.

6. Memperbaiki Kesalahan dari Branding Asli

Sebuah brand tidak bisa diciptakan tanpa penelitian audiens target yang dan konsep yang tidak matang. Seringkali di awal terciptanya, perusahaan melakukan kesalahan- kesalahan ini.

Akhirnya, brand yang tercipta tidak terkonsep untuk mewakili kebutuhan persona buyer mereka. Dalam proses branding ulang, brand akan melakukan penelitian untuk menganalisa masalah dan kebutuhan klien.

7. Perubahan Kebutuhan Pelanggan

Sama seperti persaingan, masalah dan kebutuhan orang terhadap produk juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Hal ini biasanya terjadi karena pergeseran budaya, teknologi, atau gaya hidup.

Untuk bisa terus relevan dengan kebutuhan konsumen, rebranding kerap dilakukan untuk terus bisa menjangkau apa yang konsumen butuhkan.

8. Merger dan Akuisisi

Dalam proses penggabungan dua perusahaan, biasanya perusahaan akan membuat keputusan strategis terhadap brand mereka. Apakah akan mengoperasikan brand secara terpisah atau menggabungkan menjadi satu.

Jika ingin menggabungkan menjadi satu, perusahaan akan memutuskan untuk beroperasi di bawah satu identitas brand atau membuat brand baru yang merupakan gabungan dari entitas keduanya. Untuk itu, rebranding adalah jawaban dari permasalahan ini.

9. Perubahan Fokus Bisnis

Ada periode dimana pasar akan memaksa brand untuk mengubah penawaran atau audiens mereka. Untuk bisa terus berkompetisi, mau tak mau brand harus mengikuti perubahan ini agar tetap bisa bersaing di pasar yang semakin luas.

Jika ini yang terjadi, pergeseran fokus bisa brand lakukan melalui strategi rebranding ini.

10. Memperbaiki Reputasi

Reputasi dan kredibilitas adalah hal yang sangat penting untuk eksistensi sebuah bisnis. Jika karena suatu hal reputasi menjadi rusak atau buruk, ini bisa berdampak negatif pada kelangsungan brand dalam jangka panjang.

Dengan mempertimbangkan branding ulang, brand punya kesempatan untuk membuat awal baru dan memperbaiki citra yang buruk. Citra brand menjadi lebih segar sehingga konsumen lebih tertarik untuk memberi kesempatan baru dan mengenal brand lebih lanjut.

Kelebihan dan Kekurangan Rebranding

Pengaruh dan manfaat branding

Rebranding memang mempunyai banyak manfaat. Tapi seperti strategi marketing pada umumnya, tentunya strategi branding ulang ini juga mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri.

Penting sekali mengenali keduanya agar rencana yang perusahaan canangkan dapat berjalan sesuai harapan.

Kelebihan

  • Perusahaan berpotensi menjadi lebih menonjol daripada kompetitor yang masih menggunakan citra brand lawas dan tidak melakukan pembenahan.
  • Rebranding bisa menjadi sarana untuk membangun keterikatan dan cerita bersama konsumen. Konsumen bisa menjadi saksi dari cerita perjalanan brand (brand journey) sehingga merasa lebih dekat dengan brand.
  • Rebranding bisa memperbaiki atau menghilangkan citra buruk dari masa lampau brand.

Kekurangan

  • Jika rebranding tidak mendapat tanggapan positif dari pasar, bisa muncul resiko kerugian yang lebih besar.
  • Resiko kehilangan konsumen jika strategi rebranding tidak berhasil dan memberi dampak positif.
  • Investasi biaya yang tidak sedikit.

Study Case / Contoh Brand yang Berhasil dalam Rebranding

Untuk lebih memantapkan diri dalam strategi ini, kita bisa mempelajari dari kasus brand yang berhasil dalam melakukan branding ulang ini.

1. Apple

Di awal hingga pertengahan 90an, Microsoft sangat mendominasi industri perangkat lunak komputer. Saat itu, Apple nyaris tidak bertahan.

Namun situasi menjadi jauh berbeda saat Steve Jobs melakukan perubahan besar- besaran pada Apple yang dimulai pada tahun 1998.

Apple memperkenalkan iMac yang mempunyai tampilan tema menarik, mudah beroperasi, spesifikasi mumpuni, dan menjadi device idaman dari versi PC sebelumnya. Mereka juga menciptakan tagline baru “Think different”.

Di kepemimpinan Steve Jobs, Apple tetap dengan tampilan baru mereka yang menampilkan desain clean dan perpesanan yang disederhanakan.

Mereka kemudian menciptakan produk yang inovatif, merilis iphone, ipod dan ipad. Pesaing Apple berusaha keras untuk mengikuti jejak Apple. Namun selama bertahun- tahun, Apple berhasil membangun base pengikut setia dan berhasil menjadi salah satu merek paling populer di seluruh dunia.

2. McDonalds

Kisah sukses pendiri McDonald's Ray Kroc

McDonalds berhasil menjadi pemimpin di industri makanan cepat saji dalam beberapa dekade. Sulit untuk menggeser mereka. Kendati begitu, merek ini sering terganggu dengan citra yang kurang positif.

Di awal tahun 2000 an, McDonalds secara luas dipandang sebagai pilihan makanan cepat saji paling tidak sehat dari kompetitornya. Bahkan banyak orang melakukan aksi boikot dengan sikap “terlalu-baik-untuk-McDonalds.”

Selain itu, peluncuran film dokumenter populer “Super Size Me” di tahun 2004 juga memainkan peran besar dalam masalah ini. Khususnya memanfaatkan citra McDonalds untuk membuktikan bahwa makanan cepat saji sangat buruk untuk kesehatan.

Tidak mau berlarut- larut, McDonalds mengambil tindakan. Di tahun 2006, mereka mengubah menu mereka dengan pilihan yang lebih sehat dan berkualitas lebih tinggi untuk orang- orang yang peduli dengan isu kesehatan.

Salad dan sandwich “signature crafted” menjadi menu baru mereka. Mereka juga menambahkan fokus baru di minuman kopi untuk membuat mereka unggul dari pesaing. Lebih lengkap lagi, McDonald mendesain ulang bangunan dan interior mereka menjadi tempat kopi favorit hipster.

Pencitraan baru yang McDonalds lakukan tampaknya berhasil. Bahkan pendapatan mereka meningkat 58% sejak strategi ini mereka lakukan!

Langkah- langkah Menerapkan Strategi Rebranding

Ada proses panjang dalam melakukan branding ulang. Karena kenyataannya, rebranding bukan sekedar mengganti logo, tagline atau nama merek saja.

Perusahaan perlu memikirkan secara mendalam tentang makna dan tujuan yang ingin dicapai dalam proses ini. Setelah proses branding dilakukan, PR perusahaan tidak selesai begitu saja.

Melainkan terus melakukan strategi untuk membuat merek baru memberi kontribusi maksimal. Kontribusi yang sama baiknya, dan harus lebih baik. Bukankah itu tujuan yang ingin bisnis capai dalam strategi ini?

Berikut adalah langkah- langkah yang akan kita capai dalam menerapkan strategi rebranding :

1. Evalusi & Riset

Rebranding adalah sebuah keputusan yang serius. Karena serius, eksekusi dan persiapannya tidak boleh main- main.

Bersama tim yang terlibat, perusahaan harus melakukan evaluasi secara mendalam tentang keadaan perusahaan saat ini. Cari tahu  terlebih dahulu :

  • Apa penyebab utama mengapa rebranding perlu dilakukan?
  • Apa tujuan yang ingin brand capai dengan proses rebranding ini?
  • Apakah perusahaan ingin menjangkau pasar yang lebih besar atau ingin terupdate (menjadi relevan) dengan situasi pasar terkini?


Untuk kebutuhan ini, perusahaan perlu melakukan riset untuk menentukan positioning brand yang baru, agar sesuai dengan kebutuhan dan tujuan perusahaan.

Cakupan riset bisa meliputi beberapa hal. MUlai dari keinginan dan kebutuhan customer, pendapat customer mengenai merek kita, persepsi masyarakat terhadap brand dan bisnis, aset yang bisnis miliki, pandangan internal karyawan terhadap bisnis dan brand, dan yang tidak kalah penting positioning produk/ jasa kompetitor.

2. Brainstorming Tim Manajemen & Pemegang Saham

Langkah selanjutnya, lakukan brainstorming dengan tim manajemen. Jika perusahaan mempunyai pemegan saham, penting untuk mengkomunikasikan rencana ini dengan jelas ke mereka. Pasalnya, proses ini bisa mempengaruhi masa depan bisnis perusahaan.

Beberapa hal yang perlu dikomunikasikan antara lain hasil riset dan evaluasi sebelumnya, timeline, pembiayaan, key objectives, competitive positioning, implikasi rebranding terhadap departemen terhadap divisi tertentu dan brand keseluruhan.

3. Mulai Menyusun Daftar Rencana

Rebranding membutuhkan banyak detail untuk bisa tereksekusi dengan baik. Untuk itu, perusahaan harus menyusun daftar rencana secara detail dan membuat rincian proses apa saja yang perlu dilakukan untuk mencapai target.

Mulai dari perubahan logo, tagline, dan media branding keseluruhan perlu dibuat rencana detail agar dapat terlaksana dengan rapi.

4. Dokumentasi Keseluruhan Proses Rebranding

Melakukan proses dokumentasi terhadap keseluruhan proses rebranding juga menjadi poin penting. Dokumentasi ini bisa menjadi arsip perusahaan sekaligus penentuan keputusan bisnis di kemudian hari.

5. Sosialisasi dan Promosi

Setelah proses rebranding selesai, langkah selanjutnya adalah melakukan sosialisasi terhadap khalayak. Tahapan ini biasanya menjadi tanggungjawab staff Public Relation (PR).

Sosialisasi umumnya bukan hanya dilakukan pada pihak eksternal alias masyarakat, tapi juga pihak internal. Pihak internal ini meliputi seluruh karyawan perusahaan tanpa terkecuali dan juga seluruh pemegang saham.

Kesimpulan

Rebranding adalah sebuah proses yang panjang dari perjalanan sebuah brand. Proses branding ulang ini sendiri juga dilakukan dengan berbagai tujuan dan latar belakang alasan. Untuk itu, strategi ini tidak boleh sekenanya.

Penting sekali untuk mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan dari strategi ini. Setelahnya, lakukan analisa dan evaluasi yang matang, buat detail rencana agar eksekusi bisa berjalan dengan maksimal. Jangan lupa, pastikan semua proses terdokumentasi dengan baik.

Eksekusi maksimal dan proses yang detail adalah harga mati dari proses rebranding. Tentunya tak seorang pun ingin proses branding ulang gagal dan mengakibatkan kerugian yang lebih besar.

Semoga bermanfaat!

Mengenal Perbedaan Brand Loyalty vs Customer Loyalty

Mengenal Perbedaan Brand Loyalty vs Customer Loyalty

Mengenal brand loyalty dan customer loyalty sangat penting untuk mengembangkan dan mempertahankan bisnis yang sukses dalam jangka panjang. Ketika dua jenis loyalitas mendasar ini berhasil terwujud, keduanya bisa secara efektif meningkatkan ROI bisnis.

Baik brand loyalty maupun customer loyalty merupakan aset penting untuk perusahaan. Meski keduanya tidak terlihat secara kasat mata, namun mempunyai value yang amat tinggi.

Di artikel kali ini, Panda akan mengulas secara lengkap tentang apa itu brand loyalty, apa itu customer loyalty, dan perbedaan dari keduanya.

Apa itu Brand Loyalty vs Customer Loyalty?

Terdengar mirip, brand dan customer loyalty sejatinya merupakan dua konsep yang sangat berbeda. Meskipun merupakan dua konsep terpisah, keduanya mempunyai dampak langsung terhadap kepuasan pelanggan dan tingkat pembelian kembali (repeat order).

Agar tidak keliru dalam penerapannya, mari kita memahami definisi dari dua konsep loyalitas ini dengan lebih jelas lagi.

Apa itu Brand Loyalty?

Brand Loyalty

Menurut Investopedia, pengertian dari brand loyalty adalah kesetiaan konsumen terhadap suatu produk dan brand yang ditunjukkan dengan pembelian berulang kali.

Brand kompetitor mungkin menggoda dengan beberapa penawaran menarik, seperti harga yang lebih murah atau diskon besar- besar. Kendati begitu, pelanggan tidak mudah tergiur untuk berpindah haluan.

Mengapa bisa begitu?

Salah satu alasan utamanya adalah citra dari brand tersebut dan juga kualitas produk yang mereka berikan selalu sesuai dengan ekspektasi.

Dalam hal ini, pelanggan dan brand sudah mempunyai hubungan khusus. Pengalaman dan nilai yang pelanggan peroleh dari hubungan dengan merek meninggalkan kesan positif untuk pelanggan. Alahasil, mereka akan setia pada produk atau layanan yang sama meski ada upaya pesaing untuk memikat.

Apa itu Customer Loyalty?

Customer Loyalty

Berbeda dengan brand loyalty, customer loyalty merupakan bentuk kesetiaan dan komitmen pelanggan untuk membeli produk dari sebuah brand secara terus menerus karena faktor tertentu.

Ada beberapa hal yang bisa memicu terjadinya customer loyalty ini. Antara lain adalah pengalaman menyenangkan, kepuasan terhadap harga dan penawaran, dan masih banyak lagi.

Penting sekali untuk menjaga loyalitas pelanggan atau customer loyalty ini. Pasalnya, lebih mudah menawarkan produk kita kepada mereka yang sudah pernah membeli, daripada yang belum sama sekali.

Perbedaan Brand Loyalty vs Customer Loyalty

Setelah membaca penjelasan di atas, masih berpikir kalau dua konsep loyalty ini benar- benar mirip?

Ya, keduanya memang mirip dan sama- sama berperan penting dalam pertumbuhan bisnis. Namun seperti yang sempat Panda ungkap di atas, keduanya adalah konsep yang berbeda.

Berikut adalah perbedaan antara brand loyalty vs customer loyalty :

1. Latar Belakang yang Berbeda

Kedua jenis loyalty ini sama- sama menggambarkan tentang kesetiaan konsumen pada produk dan brand. Namun, ada beberapa latar belakang yang membuat keduanya menjadi konsep yang berbeda.

Dimana letak perbedaannya?

Brand loyalty tercipta atas dasar persepsi atau komitmen pelanggan terhadap sebuah brand. Jadi, saat pelanggan sudah percaya dengan brand kita, mereka tidak akan berpindah ke brand kompetitor. Meskipun harga mereka lebih murah.

Sedangkan customer loyalty, tercipta berdasarkan harga yang ditawarkan dan daya tarik produk dan jasa yang kita miliki. Dalam konsep ini, pelanggan setia karena brand saat ini sedang mempertahankan faktor x, seperti harga atau diskon yang menarik. Dua hal ini lah yang memancing konsumen untuk terus mencoba produk dan jasa tersebut.

Artinya, dalam konsep customer loyalty, faktor harga dan penawaran ke pelanggan sangat berpengaruh. Sedangkan dalam brand loyalty, harga tidak begitu berpengaruh karena mereka sudah percaya dengan brand selangkah lebih dalam.

2. Strategi Marketing yang Berbeda

Brand loyalty dan customer loyalty sama- sama bertujuan membangun loyalitas pelanggan dan meningkatkan pembelian. Kendati begitu, kedua mempunyai strategi marketing yang berbeda.

Pasalnya, faktor pendorong dari customer loyalty adalah kompetisi harga dan budget konsumen, sehingga ini merupakan dua hal yang penting untuk kita perhatikan. Brand perlu mencari tahu kemampuan finansial target pasar dan berapa harga yang sepadan menurut mereka.

Menurut Retention Science, cara paling mudah untuk mempertahankan customer loyalty adalah dengan menawarkan diskon dan promo agar bisa bersaing dengan kompetitor. Dengan cara ini, pelanggan akan merasa bahwa harga yang kita tawarkan adalah rasional dan terbaik di pasaran.

Beberapa strategi yang bisa kita terapkan antara lain :

  • Harga yang rasional di pasaran sebagai value proposition.
  • Promo potongan harga/ voucher.
  • Give away.


Sedangkan dalam brand loyalty, strategi paling penting adalah mencapai kepuasan pelanggan sehingga mereka bisa terus mempercayai brand kita dan melihat brand dengan citra positif.

Untuk mencapai hal ini, kita perlu meningkatkan brand awareness. Beberapa hal yang bisa kita lakukan antara lain :

  • Membuat kampanye terstruktur.
  • Website perusahaan yang responsif, menarik dan cepat.
  • Membuat desain kemasan atau display produk yang menarik.
  • Menyajikan konten media sosial yang bermanfaat.
  • Meningkatkan pelayanan pelanggan dengan pelayanan prima (excellent service).
  • Menangani komplain pelanggan dengan manajemen komplain yang berkualitas.

Dengan menjaga hal- hal tersebut, pengalaman positif pelanggan akan terus terjaga sehingga brand loyalty bisa terus kita pertahankan.

3. Margin Keuntungan

Dalam hal keuntungan, brand loyalty cenderung memicu pembelian yang lebih sedikit atau stabil, namun mempunyai margin keuntungan tinggi. Ini terjadi karena pelanggan sudah mengesampingkan faktor harga. Berapapun harganya, mereka akan tetap membelinya.

Sedangkan customer loyalty, karena iming- iming harga dan diskon, mereka bisa mendatangkan jumlah transaksi pembelian yang lebih banyak, terutama dalam event promo tertentu. Kendati begitu, karena faktor strategi harga ini, maka margin keuntungan yang mereka peroleh pun juga lebih rendah.

Tips Meningkatkan Brand loyalty

Pengaruh dan manfaat branding

Berikut adalah beberapa tips yang bisa kita terapkan untuk meningkatkan brand loyalty :

1. Brand harus Konsisten

Penting untuk konsisten dalam membangun branding atau merek. Konsistensi merupakan salah satu faktor penting agar kesadaran dan kepercayaan merek terbangun.

Jika strategi dalam branding berubah- ubah, pesan yang disampaikan oleh merek ke pelanggan terus berubah- ubah, rasanya akan sulit untuk pelanggan menaruh rasa loyalitas ke sebuah brand. Untuk itu, pesan merek harus konsisten dan selaras di semua saluran pemasaran.

2. Menjaga Kualitas Produk dan Layanan

Yang ini tentu saja wajib. Karena konsumen cenderung mengesampingkan harga, kualitas produk dan layanan adalah faktor penting dalam brand loyalty.

Sekalinya terjadinya penurunan pada dua hal ini, pelanggan yang kecewa bisa beralih ke kompetitor. Padahal butuh waktu yang tidak sebentar untuk membangun loyalitas pelanggan terhadap merek.

3. Konten Berkualitas

Display konten, baik video dan gambar juga harus berkualitas tinggi. Hal ini termasuk informasi dan materi yang disampaikan di semua saluran pemasaran, visual konten dan visual produk yang tampil di website.

4. Brand Collaboration

Brand collaboration atau partnership dengan merek lain bisa menjadi salah satu cara untuk menumbuhkan popularitas brand dengan cepat. Selain itu, berbagi pengalaman dengan merek lain juga akan menjadi pengalaman menarik antar audiens dari masing- masing merek.

Dengan brand collaboration ini, antar mereka sekaligus bisa memperbesar eksposur, dan menarik audiens baru.

Tips Meningkatkan Customer Loyalty

Penawaran spesial untuk pelanggan

Berikut adalah beberapa tips yang bisa kita terapkan untuk meningkatkan customer loyalty :

1. Penawaran Spesial

Trigger dari customer loyalty adalah harga dan promo. Untuk itu, cobalah membuat pelanggan Anda merasa istimewa melalui penawaran spesial di event tertentu.

Promo ini misalnya promo hari raya, promo harbolnas, promo hari ulang tahun, dan sebagainya.

2. Program Reward

Program reward, berapapun nilainya, bisa menjadi daya tarik dalam strategi marketing customer loyalty. Salah satu cara untuk menerapkan program reward misalnya dengan sistem berbasis poin untuk pelanggan.

Semakin banyak mereka bertransaksi, maka semakin besar pula hadiah yang mereka peroleh, seperti hadiah gratis atau potongan harga.

3. Membangun Komunitas

Komunitas merupakan salah satu cara ampuh untuk membangun loyalitas pelanggan. Pasalnya, kebanyakan orang cenderung lebih mempercayai informasi dari orang yang ia kenal (pemasaran Word of Mouth/ mulut ke mulut) daripada dari brand secara langsung.

Untuk itu, cobalah untuk membangun akun- akun komunitas yang bisa mendorong pelanggan berkomunikasi antara satu dan yang lainnya. Nantinya pelanggan ini akan berbicara tentang topik yang berkaitan dengan brand dan saling berbagi pengalaman pengguna.

Kesimpulan

Baik brand loyalty maupun customer loyalty, keduanya merupakan program yang bertujuan untuk mendorong loyalitas pelanggan. Keduanya mirip, tapi memiliki konsep yang berbeda.

Tidak jarang orang menggunakan kata- kata brand loyalty sebagai sinonim dari customer loyalty. Namun kini, dengan mengetahui perbedaan antara brand loyalty vs customer loyalty, semakin mudah untuk kita memahami cara kerjanya dan menerapkan strategi yang tepat.

Semoga bermanfaat!

Apa itu Prinsip Hukum Pareto? Formula Dahsyat untuk Mengoptimalkan Bisnis Anda

Apa itu Prinsip Hukum Pareto? Formula Dahsyat untuk Mengoptimalkan Bisnis Anda

Apakah Anda pernah mendengar tentang prinsip hukum Pareto? Dalam bidang bisnis, masing- masing individu mempunyai peran dan kontribusi masing- masing. Dari sekian banyak individu, ada yang mempunyai kontribusi besar, dan ada yang mempunyai kontribusi kecil.

Nah, pernahkah Anda memikirkan tentang seberapa besar perbandingan antara kedua sisi tersebut? Seorang ekonom kenamaan asal Italia telah mengamati bahwa perbandingan di antara keduanya hanya berkisar 80/20. Bagaimana bisa ya?

Ini lah yang akan menjadi pembahasan menarik Panda di artikel hukum Pareto ini.

Apa itu Prinsip Hukum Pareto?

Prinsip hukum pareto merupakan sebuah pemikiran dari seorang konsultan manajemen Joseph M. Juran yang menamakannya berdasar pakar ekonomi dari Italia, Vilfredo Pareto.

Pareto mengamati bahwa 80% persen tanah di Italia adalah milik dari 20% jumlah populasi. Dari hasil penelitiannya tersebut, Pareto kemudian mendefinisikan aturan 80/20. Jadi secara sederhana, pengertian dari hukum pareto ini adalah bahwa 80% konsekuensi merupakan 20% dari penyebab atau dorongan.

Sejarah Hukum Pareto

Sebelum mengenal tentang prinsip hukum ini lebih jauh, menarik rasanya untuk mengetahui sejarah terciptanya hukum ini.

Hukum Pareto atau The Pareto Principle mempunyai beberapa istilah yang berbeda. Ada yang menyebutnya dengan hukum 80/20 (80-20 rule), The Law of The Vital Few atau The Principle of Factor Sparsity.

Hukum ini adalah hasil sebuah pemikiran seorang konsultan manajemen bernama Joseph M. Juran. Nah, disini sering terjadi kesalahpahaman karena beberapa sumber menyebut bahwa Hukum Pareto ini dicetuskan oleh ekonom Italia, Vilfredo Pareto.

Lebih tepatnya adalah, konsep hukum ini pertama kali diungkap oleh Joseph M. Juran. Namun, konsep ini memang berdasarkan hasil penelitian Vilfredo Pareto pada tahun 1896. Saat itu Pareto tengah melakukan sebuah penelitian berjudul “Cours d’économie politique” di University of Lausanne.

Dari penelitian tersebut, Pareto mengungkap bahwa 80% luas tanah di Italia sebenarnya dimiliki hanya 20% dari warganya. Bukan hanya dalam tata kelola perkotaan, namun juga hasill bumi di wilayah setempat ternyata 80% hasil produk kacang lokal berasal hanya dari 20% total ladang tanaman kacang di tempat tersebut.

Penelitian ini kemudian menjadi dasar dari Hukum Pareto. Yaitu tentang sebuah hubungan matematis dimana 80% reaksi sebenarnya adalah hasil dari 20% tindakan yang dilakukan.

Beberapa waktu kemudian, Joseph M. Juran kemudian merangkumnya menjadi Hukum Pareto yang lebih bersifat universal. Ia sangat yakin bahwa konsep ini bisa diterapkan di semua bidang kehidupan manusia. Termasuk dalam hal ekonomi, sosial, budaya, dan lain- lain.

Cara Kerja Prinsip Pareto & Pengaruh 

Ilustrasi The Pareto Principle

The Pareto Principle atau Hukum Pareto menyatakan bahwa dari banyak kejadian (hasil), 80% dari efeknya berasal dari 20% penyebab. Dalam implementasinya, prinsip 80/20 ini bisa kita terapkan ke banyak sendi kehidupan.

Antara lain adalah sebagai berikut : 

  • 20% dari jumlah pelanggan menciptakan 80% pendapatan usaha
  • 20 persen dari total aplikasi menguras 80% daya smartphone
  • 20% dari pakaian akan digunakan untuk 80% aktivitas
  • 20% kinerja karyawan akan berkontribusi terhadap 80% kinerja perusahaan

Penerapan Hukum Pareto dalam Bisnis

Tidak sedikit yang menyebut prinsip ini lemah. Namun kenyataannya, justru semakin banyak fenomena dalam dunia bisnis yang menggunakan prinsip ini justru terlihat semakin solid. Tentu saja, bisnis menerapkan analisa lebih lanjut terkait hal ini.

Misalnya saja dalam sebuah perusahaan, 80% hasil penjualan merupakan kontribusi dari 20% pelanggan. Atau bisa juga 80% performa perusahaan merupakan kontribusi dari 20% karyawan.

Ini bisa diartikan bahwa penjualan perlu berfokus pada 20% konsumen tadi. Penting untuk mengapresiasi loyalitas mereka dan menjaga mereka agar terus menjadi pelanggan di perusahaan kita. Karena mereka lah yang membuat perusahaan semakin bertumbuh.

Contoh lain adalah saat bisnis berhasil menganalisa bahwa 80% keuntungan mereka berasal dari 20% produk yang mereka jual. Sementara sisanya, keuntungan 20% berasal dari 80% produk terjual lainnya.

Dengan menerapkan prinsip ini, pelaku bisnis bisa siaga untuk menjaga ketersediaan produk utama agar terus ada. Dengan begitu, 80% penjualan tetap bisa terjaga.

Manfaat Prinsip Hukum Pareto dalam Bisnis

Setelah memahami dasar- dasar Pareto ini, ada banyak hal yang bisa perusahaan manfaatkan untuk mengoptimalkan bisnis. Manfaat tersebut antara lain :

1. Meningkatkan Produktivitas

Prinsip Pareto sangat efektif dalam membantu perusahaan untuk menentukan fokus area pengalokasian sumber daya dan upaya efisiensi sebaik mungkin. Dengan prinsip ini, perusahaan bisa fokus pada 20% hal penting yang bertanggungjawab untuk mendorong terciptanya 80% hasil tadi.

Prinsip ini mengajarkan bahwa perusahaan tidak perlu membuang- buang waktu untuk hal- hal yang sepele. Fokuslah pada 20% yang memberikan nilai dan berdampak untuk jangka panjang.

2. Meningkatkan Keuntungan

Saat perusahaan mengidentifikasi area bisnis mana yang perlu difokuskan untuk hasil maksimal, perusahaan akan mengalami peningkatan keuntungan di banyak sektor. Perusahaan menjadi lebih efisien karena mereka mempersempit fokus dan mengoptimalkan sumber daya yang menghasilkan.

Saat perusahaan melakukan ini, profitabilitas atau keuntungan perusahaan akan menjadi semakin baik.

3. Memperluas Jangkauan Pemasaran

Perusahaan bisa meluaskan jangkauan pemasaran dan mengoptimalkan strategi agar pelanggan lebih mudah tertarik. Hal yang sama juga berlaku untuk iklan dan email marketing.

Saat mengirim email, kemungkinan besar audiens hanya memproses dan membaca 20% saja, terutama jika pesannya panjang. Maka, jadilah efektif!

4. Mengembangkan Layanan Konsumen

Layanan pelanggan yang berkualitas sangat penting. Dengan menerapkan prinsip pareto untuk meningkatkan kualitas layanan konsumen, perusahaan akan memahami bahwa 80% keluhan pelanggan berasal dari sekitar 20% produk perusahaan.

Dengan prinsip ini, perusahaan akan melakukan penanganan serius untuk mengatasi produk paling berpotensi bermasalah atau menangani komplain pelanggan.

5. Sebagai Alat Identifikasi Masalah

Produktivitas dan human error sering menjadi masalah yang ada di sebuah perusahaan. Dengan prinsip 20/80, Anda bisa mengidentifikasi alasan mengapa tim menjadi tidak produktif atau sering mengalami human error.

Pemimpin perusahaan bisa menggunakan prinsip 20/80 ini untuk menemukan 20% alasan mengapa tim menjadi tidak produktif. Dengan begitu, perusahaan bisa menyusun prioritas penanganan masalah produktivitas agar tidak mempengaruhi bisnis lebih jauh lagi.

Pemimpin juga mungkin akan menemukan pendekatan yang berbeda agar masalah bisa teratasi sesegera mungkin.

Prinsip Pareto sebagai Nilai Hidup Manusia

Bukan hanya dalam bisnis, kita sebenarnya bisa menerapkan prinsip Pareto ini dalam kehidupan sehari- hari. Tujuannya adalah untuk membentuk sistem kehidupan yang dinamis dan mengoptimalkan 20% sumber daya yang kita miliki untuk bisa mencapai 80% kesuksesan dalam hidup.

Menerapkan prinsip pareto akan mendorong kita untuk mempertajam intuisi untuk mencari apa saja 20% tindakan yang paling berkontribusi terhadap sebuah hasil. Seseorang akan menjadi lebih efektif karena pikirannya bisa fokus dalam menata 80% keberhasilannya. Bukankah itu sangat menyenangkan untuk diterapkan?

Online to Offline, Ini Dia Jenis Bisnis yang Laku Setiap Hari

Online to Offline, Ini Dia Jenis Bisnis yang Laku Setiap Hari

Saat mencoba sebuah bisnis, laris manis adalah harapan setiap orang. Dengan melakukan persiapan berupa riset dan merancang strategi, masing- masing punya ekspektasi tersendiri untuk bisnis yang dijalankan.

Memang, pasang surut sebenarnya adalah hal yang lumrah dalam berjualan. Namun jika tiba- tiba ada pertanyaan, apakah ada bisnis yang laku setiap hari dan selalu untung terus? Jawabannya “IYA”.

Tentu saja bukan laku tanpa alasan dan tanpa memikirkan strategi apapun. Namun, Anda dapat mencoba beberapa peluang bisnis menarik dengan potensi laku setiap hari yang dibahas di artikel berikut.

Bisnis yang Laku Setiap Hari

Berdasarkan cara pemasarannya, bisnis dapat dibagi menjadi dua, yaitu bisnis online dan offline. Berkaitan dengan pertanyaan di atas, bisnis apa yang paling laku, dua- duanya punya potensi yang sama.

Kedua jenis bisnis ini bisa saling menguntungkan dan menarik minat calon konsumennya, tergantung dari apa yang dijual, siapa target marketnya, dan bagaimana cara menjualnya.

Kategori Bisnis Online

Untuk memulainya, kita akan mengintip jenis bisnis yang laku setiap hari melalui pemasaran online. Berikut ini adalah beberapa diantaranya :

1. Bisnis Dropship

Untuk Anda yang berkecimpung di dunia bisnis online, bisnis Dropship tentu bukan istilah asing. Dengan skema Dropship, kita bisa menjualkan produk milik orang lain tanpa harus mempersiapkan stok barang terlebih dulu dan tidak perlu pusing memikirkan proses pengiriman ke konsumen.

Alur bisnis dropship sangat sederhana, yaitu :

  • Kita bekerjasama dengan distributor atau agen produk untuk berjualan secara dropship
  • Anda memposting produk ke social media atau marketplace
  • Saat ada pesanan datang, Anda melakukan pembelian atas nama toko Anda ke si distributor
  • Distributor akan mengirimkan pesanan pembeli atas nama toko Anda

Sangat mudah, bukan?

Alur bisnis dropship sangat mudah untuk pemula

Keuntungan bisnis dropship :

  • Tidak perlu modal besar karena tidak harus membeli stok barang terlebih dulu dan menyiapkan tempat untuk penyimpanan barang.
  • Tidak perlu pusing mempersiapkan pengiriman atau packing produk
  • Bisa untuk sarana belajar mengembangkan bisnis ke tahap selanjutnya saat sudah mulai berkembang

Kekurangan bisnis dropship :

  • Karena menjadi pihak ketiga yang tidak stok barang secara langsung, maka perlu komunikasi yang intens dengan si distributor. Jika distributor tidak fast respon dalam menanggapi, maka akan menjadi masalah tersendiri untuk dropshipper
  • Biasanya keuntungan relatif kecil di awal berjualan

2. Bisnis Reseller

Bisnis reseller mirip dengan bisnis dropship, namun dengan konsep yang sedikit berbeda. Dengan menjadi reseller, Anda diharuskan membeli barang dalam jumlah tertentu untuk mendapatkan harga spesial untuk dijual lagi dengan keuntungan yang lebih menarik. Selain diperlukan modal di awal, Anda juga perlu memikirkan tempat menyimpan stok barang dan memikirkan bagaimana agar stok tersebut segera habis.

Sekilas bisnis reseller terasa lebih memberatkan dari bisnis dropship. Namun, justru ini lah alasan mengapa banyak yang menekuni bisnis reseller akhirnya menuai lebih banyak kisah sukses. Karena sudah terlanjur menyimpan stok, mau tidak mau mereka harus bekerja keras untuk menjualnya. Pokoknya harus terjual!

Keuntungan menjadi reseller ini sendiri adalah kita bisa mengontrol jumlah barang yang akan dijual dan terhindar dari resiko kehabisan stok dari supplier. Kita juga bisa menilai langsung kualitas produk untuk improvement bisnis kita kedepannya nanti.

Kelemahannya, kita harus mempersiapkan modal yang kuat lebih dulu di awal berjualan. Kita juga lebih rentan dengan resiko rugi jika tidak mampu menjual produk dengan baik.

3. Menjual Jasa dan Keahlian

Punya keahlian tertentu yang bisa dijual secara online? Anda bisa memulainya sekarang juga! Di era serba online ini, masing- masing orang punya kesempatan baik untuk menjual keahlian yang dimilikinya secara online.

Berikut ini adalah beberapa keahlian dan jasa yang sering ditawarkan secara online :

  • Jasa membuat website (web developer)
  • Jasa desain & logo
  • Menulis artikel (content writing)
  • Jasa membuat konten media sosial (social media management)
  • Jasa membuat aplikasi (developer iOS & Android
Punya keahlian menggambar? Jual keahlian Anda!
Punya keahlian menggambar? Jual keahlian Anda!

Cara memulainya sederhana, cobalah untuk riset beberapa media online yang memungkinkan Anda mempromosikan keahlian. Salah satu yang bisa Anda coba adalah menjual keahlian di situs freelancer terbaik di Indonesia.

Setelah mendaftar dan mengisi profil, Anda dapat mulai mempromosikan keahlian Anda, memberikan portofolio, dan memasang tarif jasa. Pastikan Anda sudah melakukan riset kompetitor di situs tersebut untuk mengetahui harga umum yang ditawarkan ya!

4. Menjadi YouTuber

Apakah menjadi YouTuber termasuk melakukan bisnis? Ya, bisa dibilang begitu. Karena dalam proses ini, Anda perlu melakukan riset ide konten yang menarik, membuat konten, dan memikirkan strategi untuk menjual konten Anda.

Jika serangkaian ini tidak tepat, maka Anda tidak akan bisa bersaing dengan banyaknya YouTuber di luar sana. Layak untuk dicoba, bukan?

Di era milenial seperti sekarang ini, menjadi YouTuber sukses adalah profesi impian banyak orang. Tidak heran, semakin hari semakin banyak orang yang tertarik untuk menjadi seorang YouTuber hits. Apakah Anda salah satunya?

5. Blogger Profesional

Sama seperti YouTuber, menjadi seorang blogger profesional juga menjadi salah satu bisnis menarik yang bisa ditekuni oleh siapa saja. Seorang blogger menghasilkan uang dari iklan yang tayang di website mereka.

Maka dari itu, seorang blogger harus cerdik dalam membangun konten di website nya agar bisa mendatangkan banyak pengunjung dan meningkatkan jumlah tayang iklan di situsnya.

Untuk mendapatkan hal ini, ada banyak hal yang seorang blogger perlu lakukan. Mulai dari menyediakan konten yang menarik dan bermanfaat, melakukan optimasi SEO terbaik untuk mendatangkan pengunjung, hingga menayangkan iklan di situs webnya.

Darimana seorang blogger bisa mendapatkan penghasilan? Bisa dari berbagai sumber berikut ini :

  • Iklan PPC (Google Adsense, Taboola, dan lain- lain)
  • Iklan mandiri (iklan dari advertiser yang menghubungi langsung)
  • Menjual produk melalui blog (Software, theme blog, ebook, dan lain- lain)
  • Menjual produk dari bisnis afiliasi melalui blog
  • Menulis review berbayar

6. Membangun Website Toko Online Sendiri

Zyro website builder membantu menciptakan website instan

Memang, Anda bisa berjualan online dengan mudah di media sosial dan marketplace. Namun, untuk mencapai tujuan jangka panjang dan goal yang lebih besar, mempunyai website toko online sendiri adalah yang terbaik.

Membangun website toko online sendiri artinya Anda mempersiapkan manajemen produk dan pemesanan yang lebih tertata. Bisa jadi, Anda juga sudah mempunyai tim terampil yang siap mendukung toko online Anda.

Jika kekhawatiran terbesar Anda adalah tidak bisa cara membuat website toko online sendiri, menggunakan website builder bisa menjadi jawaban Anda. Website builder, seperti Zyro, memudahkan siapapun untuk membangun website toko online secara instan.

Kategori Bisnis Offline

Selain bisnis online, bisnis offline yang laku setiap hari juga banyak jenisnya. Untuk Anda yang kurang begitu tertarik dengan kategori bisnis online, Anda bisa mencoba beberapa jenis bisnis yang bisa dilakukan secara offline berikut ini :

1. Kuliner

Bukan hanya populer sebagai bisnis yang laku setiap hari, bisnis kuliner juga sering disebut sebagai bisnis yang bisa sustain sepanjang masa. Mengapa?

Karena makanan akan selalu menjadi hal yang dicari orang setiap harinya. Yang perlu Anda pertimbangkan adalah pentingnya memilih jenis kuliner yang cocok dengan Anda dan sesuai dengan kebutuhan pasar.

kuliner,bisnis,bisinis kuliner

Misalnya saja Anda suka camilan dan tertarik untuk memulai jenis bisnis ini. Maka Anda dapat mencoba berjualan cemilan hits dan kekinian dengan bermodalkan warung tenda atau menyewa spot di depan minimarket yang ramai.

Pertimbangkan juga apakah Anda juga perlu membangun brand sendiri atau membeli bisnis waralaba saja.

2. Bisnis Warung Kopi

Warung kopi memang sedang hits. Bahkan dalam konsep sederhana sekalipun, seperti warung kopi di pinggir jalan atau area perkampungan yang cukup ramai, warung kopi bisa menghasilkan keuntungan yang lumayan.

Terlebih lagi, modal untuk memulai bisnis ini sangat kecil. Anda bisa memulainya dengan modal sebesar Rp 500.000 saja.

Jika Anda sudah punya modal lebih, tidak ada salahnya untuk mencoba membangun brand bisnis kopi yang lebih mumpuni seperti yang sedang hits di kalangan anak muda saat ini.

Dengan konsep yang menarik dan tidak sekedar ikut- ikutan, bisnis kopi Anda tentu punya potensi besar untuk berkembang lebih pesat lagi.

3. Bisnis Barbershop

Bisnis barbershop menjanjikan di perkotaan

Bisnis barbershop berkembang dengan sangat pesat beberapa tahun terakhir ini. Bisa dibilang, yang mereka jual sebenarnya bukan jasa potong rambut semata, namun sebuah konsep pelayanan yang eksklusif dan menarik saat orang sedang memangkas rambut mereka.

Bisnis barbershop biasanya menyasar ke pria menengah ke atas di perkotaan. Jika dulu mereka biasa memotong rambut ke salon, kini mereka dapat memangkas rambut mereka di barbershop favorit mereka. Yang menarik, bisnis barbershop kini juga menyasar ke target market anak- anak.

K
ini jenis bisnis ini dikelola dengan sangat profesional. Bahkan untuk menjadi seorang hair stylist dulu, mereka diharuskan untuk belajar dan bersertifikasi. Ini juga menjadi salah satu alasan mengapa bisnis barbershop bertumbuh dengan sistem franchise atau waralaba.

Salah satu contohnya adalah Giovani Barbershop yang membuka peluang waralaba barbershop profesional dan menguntungkan. Untuk mengenal lebih lanjut tentang konsep waralaba barbershop ini, Anda dapat mengintipnya di halaman franchise barbershop.

Menarik sekali, bukan?

4. Bisnis Laundry

Sama seperti bisnis barbershop, bisnis laundry tumbuh subur di perkotaan. Yang menarik, bisnis ini sendiri seakan menjadi kebutuhan penting untuk masyarakat modern di berbagai jenjang masyarakat.

Mulai dari anak kuliah di perantauan, hingga orang- orang perkantoran dengan rutinitas super sibuk. Kesibukan dan ketidakmauan untuk repot ini lah yang menjadi peluang besar dalam bisnis laundry.

Dengan dukungan layanan yang baik, harga kompetitif dan lokasi strategis, bisnis ini pasti laris manis.

Kesimpulan

Dari artikel ini, kita punya gambaran banyaknya variasi bisnis menarik yang layak untuk kita coba, bukan?

Selain daftar ini, Anda juga bisa cek 10 jenis bisnis online lainnya untuk ide bisnis yang laku setiap hari lainnya.

Yang perlu dicatat, bisnis yang laku setiap hari bukan berarti bisnis yang membuat Anda cepat kaya. Biar bagaimanapun, setiap hal itu berproses. Dengan terus belajar dan menjalani prosesnya, kelak Anda akan menikmati proses dari bisnis yang Anda tekuni.

Value Proposition : Pengertian, Contoh dan Cara Membuatnya

Value Proposition : Pengertian, Contoh dan Cara Membuatnya

Customer value proposition adalah salah satu elemen penting dalam bisnis yang tidak boleh terlewatkan. Value proposition adalah sebuah dorongan agar pelanggan memilih produk dan layanan kita daripada yang lain.

Menurut Wordstream, value proposition atau proposisi nilai adalah elemen terpenting dari sebuah proses pemesanan. Melalui value yang perusahaan sampaikan ini, pelanggan lebih mudah mengenali kelebihan produk dan akhirnya menjatuhkan pilihan.

Proposisi nilai ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan dari pelanggan. Salah satu contoh proposisi nilai yang baik adalah manfaat yang bisa menyelesaikan permasalahan pelanggan.

Di artikel kali ini, Panda akan mengulas secara lebih lengkap tentang apa itu value proposition, manfaat dan cara membuatnya. Mari kita simak bersama! 🙂

Pengertian Customer Value Proposition

Menurut Investopedia, value proposition atau proposisi nilai  adalah suatu nilai yang perusahaan janjikan untuk diberikan kepada pelanggan saat mereka membeli atau menggunakan produk dan layanan mereka.

Untuk mengoptimalkan konversi penjualan, perusahaan harus membuat value proposisi yang meyakinkan sekaligus bisa dipertanggungjawabkan agar calon pelanggan tidak ragu dalam menggunakan produknya.

Sedangkan menurut CFI, value proposition adalah cara ampuh untuk mendorong penjualan dan juga meningkatkan customer loyalty. Value proposition bukan sekedar tagline, meski keduanya sekilas mirip.

Sebaliknya, value proposition dibuat dengan pernyataan yang lebih singkat dan jelas mengenai manfaat yang pelanggan peroleh saat menggunakan produk. Sedangkan tagline memang idealnya dikemas semenarik mungkin dengan kalimat lugas agar mudah dikenal pelanggan.

Tagline jarang menyampaikan manfaat dari produk secara jelas. Sedangkan value proposition harus bisa menunjukkan manfaat agar pelanggan tertarik mencoba sebuah produk.

Itulah mengapa value proposition ini biasanya diletakkan di beranda website. Dengan begitu, saat pelanggan mengakses website Anda, mereka dapat dengan mudah menemukan dorongan untuk segera menyelesaikan transaksi di situs Anda.

Secara sederhana, proposisi nilai bisa merupakan harga yang murah, pengiriman tepat waktu, kualitas produk dan layanan, pembayaran fleksibel dan lain sebagainya.

Kriteria Umum dalam Value Proposisi

Sebelum membuat value proposition, penting untuk kita memahami apa saja kriteria umum atau unsur- unsur dalam value proposition ini :

Buyer Persona

Buyer persona adalah representasi atau gambaran dari pelanggan rata- rata yang kita miliki, yang bisa kita peroleh dari riset yang mendalam. Dengan mengenali mereka, akan mudah untuk kita merumuskan customer value proposition.

Cara membuat buyer persona
Infografis Buyer Persona/ via Slidesgo

Pain

yaitu pengalaman negatif dan resiko yang calon pelanggan alami berkaitan dengan produk dan layanan serupa. Kita perlu mengenali bagaimana produk dan layanan yang kita berikan bisa mengurangi pain mereka.

Gains

adalah keuntungan yang pelanggan harapkan. Kira- kira apa saja yang bisa membuat pelanggan puas dengan produk dan layanan kita? Apakah ada hal- hal lain yang bisa meningkatkan value pelanggan?

Produk dan Layanan

Produk apa yang kita tawarkan pada calon pelanggan? Apakah produk tersebut adalah jawaban atas masalah yang calon pelanggan kita hadapi?

Selain itu, kita perlu mengenali juga fitur yang dimiliki oleh produk dan layanan kita, serta apa saja unique selling point (USP) yang dimiliki.

USP produk dan layanan harus dapat menciptakan gains dan mengurangi pains, serta menciptakan value untuk calon pelanggan. Jika tidak akan mudah untuk mereka berpindah ke merek yang lain.

Penetapan Harga

Strategi harga bisa mempengaruhi nilai penawaran Anda kepada pelanggan. Anda perlu memperhatikan apakah harga produk terlalu tinggi, atau bahkan terlalu rendah untuk segmen pasar yang kita bidik.

Kita perlu menyesuaikan harga dengan produk, segmen pasar, dan tentu saja mengamati kompetitor dengan pasar yang sama.

Value Map

Value adalah nilai dari produk yang kita tawarkan. Ini bisa mempunyai makna yang luas dalam pemasaran dan melibatkan banyak hal.

Misalnya saja, ada value tertentu yang membuat seorang wanita rela membelanjakan jutaan rupiah hanya untuk item fashion tertentu. Item fashion ini mungkin terlihat sama seperti merek lain dengan harga yang jauh di bawahnya. Mengapa ini bisa terjadi?

Salah satunya tentu karena kekuatan dari value brand itu sendiri.

Elemen dalam Value Proposition

Dari gambaran yang Panda berikan di atas, bisa kita ketahui bahwa value proposisi adalah pesan singkat berisi penjelasan atau dorongan mengapa pelanggan harus menggunakan produk atau layanan kita.

Agar pesan ini sampai dengan tepat ke pelanggan, kita harus memikirkan baik- baik pesan apa yang akan kita tulis agar pelanggan segera mencoba produk dan layanan yang kita berikan.

Sebelum mulai membuat value proposition ini, Anda perlu untuk mengenali tiga elemen penting yang perlu ada di proposisi nilai ini :

  • Kelebihan yang bisa brand tawarkan kepada pelanggan saat menggunakan produk
  • Manfaat yang pelanggan peroleh saat menggunakan produk
  • Alasan mengapa pelanggan harus memilih produk dan yang membedakan dari pesaing

Agar proposisi nilai ini menarik perhatian pelanggan, maka tiga hal tersebut perlu untuk Anda sertakan.

Cara Membuat Value Proposition

Nah, ini mungkin bagian yang paling Anda tunggu- tunggu. Mari kita simak bersama langkah- langkah dalam membuat value proposition ini :

1. Ketahui Visi dan Misi Perusahaan

Untuk membuat proposisi nilai yang efektif, Anda perlu mengidentifikasi visi dan misi perusahaan lebih dulu. Ketahui apa sebenarnya alasan dari berdirinya perusahaan, dan apa tujuan bisnis saat ini dan di masa depan.

Dengan mengenali visi dan misi, akan lebih mudah menciptakan customer value proposition (CVP) yang kuat, sesuai dengan identitas perusahaan.

2. Analisa Target Market

Value proposisi tidak bisa kita buat tanpa mengenali target market atau segmen bisnis kita. Jadi langkah pertama yang harus kita lakukan adalah menganalisa target audiens kita lebih dulu, baru beranjak ke langkah selanjutnya.

3. Need & Want untuk Pain Reliever

Menggali need & want berkaitan erat dengan pain relievers. Pain relievers adalah tentang bagaimana produk dan layanan yang kita tawarkan bisa menyelesaikan pengalaman negatif atau resiko yang pernah dialami oleh pelanggan.

Need & want bisa dikombinasikan untuk mengobati pengalaman negatif pelanggan tersebut.

4. Benefit Produk dan Layanan (Gain Creators)

Fitur penting, tapi jangan sampai lupa untuk menonjolkan keunggulan dan manfaat produk. Produk yang mempunyai banyak manfaat dapat bernilai lebih tinggi, begitu juga sebaliknya.

5 Apa yang Membuat Anda Berbeda dari Pesaing

Kita tidak pernah sendiri dalam persaingan. Bahkan, kita akan menemukan banyak pesaing dengan target dan segmen yang sama persis.

Saat pelanggan menemukan produk kita, bersamaan dengan itu mereka juga mendapatkan banyak opsi lain dari pesaing. Tentu kita harus membuat diri kita tampak berbeda dan lebih baik di mata calon pelanggan. 

6. Layanan Purna Jual

Bukan hanya menjual produk, tapi Anda perlu menerapkan layanan purna jual (after sales) yang baik untuk pelanggan. Pelanggan yang sudah membeli adalah aset. Jangan biarkan mereka pergi dengan mudah setelah Anda bersusah payah mengakuisisi mereka.

Beberapa yang bisa Anda terapkan antara lain :

Untuk mempermudah membuat value proposition ini, Anda bisa menggunakan metode canvas seperti contoh berikut ini :

Canvas Customer Value Proposition
Canvas Customer Value Proposition

Contoh Hasil Value Proposition

Sudah mantap untuk membuatnya tapi masih perlu insight tambahan? Berikut ini adalah beberapa value proposition yang dapat Anda tiru :

Harga Terbaik

Jika memang bisnis Anda berorientasi pada harga terjangkau karena berhasil menekan biaya produksi, harga terbaik atau terjangkau bisa menjadi proposisi nilai untuk bisnis Anda.

Dengan nilai ini, target pasar menengah ke bawah yang lebih sensitif terhadap harga pasar dapat Anda rangkul dengan maksimal.

Garansi Asli

Keberanian mengklaim garansi keaslian menunjukkan bahwa bisnis Anda mementingkan kualitas produk untuk jaminan kepuasan pelanggan. Jika produk Anda termasuk dalam niche kecantikan dan kesehatan, bisa juga mencantumkan label BPOM.

Contoh Customer Value Proposition

Review Terpercaya

Sama seperti garansi asli, review terpercaya menunjukkan kualitas brand Anda yang bukan kaleng- kaleng. Pelanggan akan yakin untuk bertransaksi dengan brand Anda karena faktor social proof ini.

Same Day Delivery

Apakah Anda menjual produk handmade atau produk by moment?

Jika iya, layanan same day delivery akan meningkatkan value dari brand Anda.

Customer Service 24 Jam

Produk dengan orientasi layanan yang berkualitas juga akan membuat pelanggan yakin untuk mencoba dan loyal dengan brand Anda. Mereka tidak akan begitu panik jika tiba- tiba ada kendala teknis karena customer service mudah dihubungi.

Gratis Ongkir

Apakah Anda menerapkan gratis ongkos kirim dalam gain creator Anda? Jika iya, gratis ongkir bisa menjadi salah satu proposisi nilai Anda.

Kesimpulan

Value proposition adalah bagian penting dari bisnis. Dengan ‘menjual value’ kepada pelanggan, akan lebih mudah mendorong mereka yang sudah melihat produk kita untuk memantapkan diri dalam membuat keputusan pembelian.

Selain mengenal CVP ini, jangan lupa juga untuk mengenali Customer Lifetime Value (CLV) untuk semakin mengoptimalkan bisnis Anda.

Sebagai penutup, berikut ini adalah resume FAQ yang dari artikel ini :

Apa itu value proposition?

Value proposition atau proposisi nilai adalah suatu nilai yang perusahaan janjikan untuk diberikan kepada pelanggan saat menggunakan produk dan layanan mereka.

Bagaimana cara membuat value proposition yang baik?

Ada beberapa langkah untuk membuat value proposition. Dimulai dari mengetahui visi dan misi perusahaan, analisa target market, menggali need & want, benefit produk dan layanan, riset kompetitor dan juga layanan purna jual.

Apa itu Customer Lifetime Value ( CLV ) dan Mengapa Penting untuk Bisnis?

Apa itu Customer Lifetime Value ( CLV ) dan Mengapa Penting untuk Bisnis?

Customer Lifetime Value, yang biasa disingkat CLV atau kadang CLTV adalah metrik penting dalam sebuah bisnis. Pebisnis perlu berhitung dan membuat keputusan tepat untuk bisa memperkirakan nilai dari pelanggan dalam bisnis.

Keputusan tepat dalam bisnis tentu harus berdasarkan data yang objektif. Misalnya saja untuk urusan analisa pelanggan, salah satu sumber datanya berasal dari CLV ini. Melalui CLV, pebisnis dapat menghitung lama waktu perkiraan untuk bisa balik modal hingga menghasilkan profit.

Untuk mengetahui lebih jelas tentang apa itu CLV alias Customer Lifetime Value, Panda akan mengupasnya secara lengkap di artikel berikut ini.

Pengertian Customer Lifetime Value ( CLV )

Customer Lifetime Value ( CLV atau CLTV) adalah prediksi total nilai seorang pelanggan terhadap suatu perusahaan selama jangka waktu hubungan bisnis di antara keduanya. Singkatnya, ini adalah rata- rata total pendapat yang pebisnis harapkan dari pelanggan tersebut.

Dalam terjemahan singkat, customer lifetime value bermakna nilai seumur hidup pelanggan. Nilai “seumur hidup” ini bisa mempunyai angka yang berbeda- beda di setiap perusahaan dan ditentukan oleh banyak faktor. Mulai dari jenis produk yang perusahaan jual, serta bagaimana cara pelanggan mengonsumsinya.

Untuk lebih mudahnya, CLV adalah angka rata- rata yang customer belanjakan. Data CLV ini nantinya akan dibandingkan dengan proyeksi perkembangan bisnis. Jika nilainya tidak memenuhi angka yang diharapkan, perusahaan harus memperbaiki strateginya agar tidak kolaps.

Seorang customer yang sering membeli produk dari bisnis kita, ia akan mempunyai nilai CVL tinggi. Maka dari itu, jika sebuah bisnis ingin bertahan lama dan terus berkembang, ia harus mampu mempertahankan tipe customer loyal seperti ini.

Sebagai gambaran, perhatikan grafik berikut ini :

Grafik Customer Lifetime Value ( CLV )
Graphic by : peeranalytics

Dalam banyak perusahaan, jumlah pelanggan dengan nilai CLV paling tinggi mempunyai persentase yang sama dengan jumlah pelanggan CLV paling rendah. Sedangkan pelanggan dengan nilai CLV medium biasanya paling mendominasi jumlahnya.

Untuk menjaga jenis customer CLV medium dan CLV tinggi ini, bisnis harus mampu mempertahankan pelanggan loyalnya. Perusahaan harus berhasil menjaga kepercayaan pelanggan dan membuat mereka senang untuk membeli lagi dari Anda.

Manfaat Menghitung Customer Lifetime Value (CLV)

Metrik CLV memuat data penting untuk evaluasi bisnis. Metrik ini akan mempermudah pemilik untuk menciptakan program terbaik sesuai dengan daya beli konsumen dan juga tingkat loyalitasnya.

Dari data metrik CLV ini, pebisnis nanti dapat memanfaatkannya untuk :

  • Memperkirakan biaya yang harus dikeluarkan untuk mengakuisisi customer 
  • Membuat strategi promosi yang efektif
  • Mempertahankan dan meningkatkan loyalitas pelanggan
  • Melakukan breakdown customer ke dalam kategori loyal untuk memberikan insentif atau reward yang meningkatkan kepuasan pelanggan tersebut
  • Menganalisa produk terlaris dari customer dengan nilai CLV tertinggi
  • Mengoptimalkan produk paling profitable
  • Menganalisa karakteristik dan demografi customer dengan nilai CLV tertinggi

Pada akhirnya, dengan menggabungkan semua manfaat CLV di atas, pebisnis dapat melakukan evaluasi kekurangan pada bisnisnya, lalu membuat kebijakan terbaik untuk mengoptimalkan profit perusahaan.

Cara Menghitung Customer Lifetime Value

Agar bisa menghitung CLV, Anda perlu menghitung rata- rata nilai belanja pelanggan, dan mengalikan nya dengan tingkat frekuensi pembelian rata- rata untuk menentukan nilai dari pelanggan tersebut.

Selanjutnya, setelah menghitung umur rata- rata pelanggan, Anda bisa menggunakannya dengan nilai pelanggan untuk menentukan lifetime value- nya. Formula ini adalah rumus dasar dalam menghitung CLV.

Penjelasan dari rumus :

Rumus menghitung Customer Lifetime Value (CLV)
Rumus dasar menghitung Customer Lifetime Value (CLV)/ via CleverTap
  • Average Value of Sale = Rata- rata nilai transaksi pelanggan
  • Number of Transaction = Jumlah transaksi dalam satu tahun
  • Retention Time Period = Waktu retensi, yaitu adalah durasi hubungan bisnis antara pelanggan dan perusahaan. 

Contohnya adalah berikut ini :

Hero mempunyai bisnis toko hadiah. Produk di tokonya ini berkisar antara Rp 75.000 – Rp 500.000. Pelanggan bernama Elok selalu membeli produk hadiah Rp 275.000 untuk klien nya dua kali dalam sebulan, selama tiga tahun.

Maka untuk menghitung Customer Lifetime Value pelanggan bernama Elok adalah :

CLV = Rata- rata nilai transaksi x Jumlah transaksi dalam satu tahun x Waktu Retensi
= Rp 275.000 x 24 x 3 = Rp 19.800.000

Dari contoh ini, maka CLV pelanggan bernama Elok ini adalah Rp 19.800.000 dalam bisnis Anda.

Sebagai catatan, angka CLV ini adalah sebuah prediksi dasar. Prediksi ini bisa Anda pertajam lagi dengan menambahkan faktor penunjang lainnya.

Misalnya saja, banyak perusahaan memodifikasi rumus dasar ini dengan menambahkan faktor penting lain, seperti margin keuntungan dan biaya retensi. Biaya retensi artinya biaya yang perusahaan keluarkan untuk mempertahankan pelanggan.

Untuk memodifikasi rumus dasar CLV, perusahaan harus mengidentifikasi lebih dulu sejauh mana kebutuhan analisa yang mereka butuhkan.

Cara Meningkatkan CLV

eConsultancy mengungkap bahwa tingkat konversi perusahaan untuk ke pelanggan yang sudah ada adalah 60-70%, sedangkan ke pelanggan baru sekitar 5-20%. Artinya, setiap pebisnis harus memaksimalkan basis pelanggan mereka yang miliki, dan tidak hanya fokus mencari pelanggan baru.

Kuncinya adalah dengan meningkatkan customer lifetime value ini. Dengan mempertahankan pelanggan loyal, bisnis bisa terus bertahan dan mengalami peningkatkan.

Bagaimana caranya?

Ada beberapa cara untuk meningkatkan CLV ini, yaitu :

1. Berinvestasi dalam Pengalaman Pelanggan

Pengalaman pelanggan ini terdiri dari hubungan antara perusahaan dan pelanggan. Termasuk di dalamnya adalah :

  • Excellent service
  • Penanganan komplain pelanggan
  • Kemudahan pemesanan dan informasi di berbagai channel pembelian (website, email, media sosial, dan yang lainnya)
  • Penggunaan produk
  • After sales service (layanan purna beli)

Meningkatkan pengalaman pelanggan ini termasuk ke dalam proses memantau, mendengarkan, dan membuat perubahan yang membuat pelanggan merasa nyaman, dihargai dan mendapatkan solusi atas kebutuhannya.

Memperhatikan hal- hal dasar ini akan membuat pelanggan cenderung menjadi customer loyal dalam jangka panjang.

2. Membuat Loyalty Program

Loyalty program atau program loyalitas adalah aktivitas untuk memberikan insentif kepada pelanggan loyal dengan memberikan diskon atau keuntungan lain sebagai reward. Misalnya saja sistem grading membership atau poin yang dapat ditukar dengan reward tertentu.

Loyalty program sejatinya memang bukan solusi terbaik agar pelanggan membeli lagi. Namun saat direncanakan dan dijalankan dengan baik, program loyalitas bisa memberikan hasil yang luar biasa.

3. Kenali Pelanggan Terbaik Anda

Dengan mengoptimalkan pengalaman pelanggan dan merancang loyalty program, Anda kini mengenali siapa saja yang masuk ke daftar pelanggan terbaik Anda.

Selanjutnya, Anda bisa menjaga hubungan baik dengan daftar pelanggan ini dan memberikan penawaran khusus untuk mengakui dan mempertahankan loyalitas mereka. Misalnya saja upgrade membership, diskon VIP atau ide layanan eksklusif lainnya.

4. Complaint Management yang Berkualitas

Seberapa baik bisnis Anda menangani keluhan pelanggan. Pernahkah Anda mendengar tentang komplain pelanggan yang berubah menjadi customer loyal karena merasa keluhannya ditangani dengan baik?

Ya, complaint management yang berkualitas bisa berkontribusi terhadap CLV. Dalam waktu retensi, komplain sering menjadi komponen yang tak bisa bisnis hindari.

Jika penanganan komplain buruk, pelanggan lama yang kecewa pasti akan dengan mudah beralih ke kompetitor. Sebaliknya, jika penanganan komplain baik, pelanggan akan tetap setia dengan Anda. Ini bukan hanya berlaku untuk pelanggan lama saja sebenarnya, tapi juga pelanggan baru.

Ulasan mengenai penanganan komplain juga pernah Panda ulas sebelumnya di artikel : Cara Menangani Komplain Pelanggan dengan Cerdas dan Tepat.

5. Optimalkan UpSell dan Cross Sell

Customer akan menyukai penawaran- penawaran unik dan inovatif dari brand langganan mereka. Terlebih jika penawaran unik ternyata bisa mengakomodir kebutuhan baru mereka.

Ada kalanya juga pelanggan hanya membeli produk yang sama terus karena malas mencoba atau bahkan tidak menyadarinya itu ada dalam bisnis Anda. Dengan membuat penawaran UpSelling dan Cross Selling, Anda dapat meningkatkan rata- rata transaksi dan nilai beli pelanggan Anda.

Kesimpulan

CLV atau Customer Lifetime Value adalah metrik penting dalam bisnis. Dengan melakukan tracking dan analisis CLV, ada banyak hal dalam bisnis yang bisa Anda optimalkan.

Anda akan mengenali berapa banyak pelanggan dengan CLV rendah, CLV medium, dan CLV tinggi. Jika CLV rendah terlalu mendominasi, ada banyak hal yang perlu Anda segera perbaiki.

Selain itu, jangan lupa untuk mempertahankan deretan pelanggan dengan CLV medium dan tinggi. Berikan treatment spesial kepada mereka untuk terus menjadi pelanggan setia Anda.

Sebagai penutup, Panda akan memberikan sedikit resume terkait artikel Pengertian Customer Lifetime Value (CLV) ini :

Apa yang dimaksud dengan Customer Lifetime Value (CLV)?

Customer Lifetime Value atau CLV adalah metrik untuk memprediksi total nilai seorang pelanggan terhadap suatu perusahaan selama jangka waktu hubungan bisnis di antara keduanya.

Bagaimana cara menghitung CLV?

Rumus dasar untuk menghitung CLV adalah rata- rata nilai belanja pelanggan dikalikan dengan tingkat frekuensi pembelian rata- rata selama setahun dikalikan waktu retensi. Perusahaan bisa memodifikasi rumus dasar ini dengan menambahkan faktor penting lain, seperti margin keuntungan dan biaya retensi.


Sudahkah Anda tahu berapa nilai CLV dari bisnis Anda sekarang?