Cara Mudah Memasang SSL/ TLS HTTPS di Website WordPress

Cara Mudah Memasang SSL/ TLS HTTPS di Website WordPress

Memasang SSL/ TLS dan HTTPS ke website merupakan salah satu cara yang bisa kita tempuh untuk mengoptimalkan website. Pasalnya, dengan label gembok di samping URL kita, pengunjung akan yakin mereka telah mengakses website yang aman.

Selain itu, tanpa menggunakan sertifikat SSL/ TLS, pengunjung potensial bisa tidak jadi berkunjung ke website kita. Ini terjadi lantaran adanya peringatan dari browser bahwa situs yang kita tuju tidak aman. Akibatnya, audiens akan memencet tombol kembali dan mengakses situs lain. Tentu saja kita tidak ingin ini terjadi, bukan?

Apa itu SSL/ TLS?

SSL Certificate - Web Security

SSL (Secure Socket Layer) adalah teknologi yang berfungsi menciptakan koneksi yang lebih aman antara browser dan website. Situs yang memasang SSL akan memiliki ‘sertifikat’ sehingga informasi pribadi pengguna akan tersimpan dengan aman saat proses transfer data berlangsung.

Sedangkan TLS (Transport Layer Security) adalah protokol kriptografi pengganti dari SSL, yang dirancang memberikan keamanan komunikasi yang lebih baik melalui jaringan server.

Saat ini teknologi SSL sudah tergantikan oleh TLS untuk mengamankan privasi data. Kendati demikian, banyak orang sudah terlanjur familiar dengan istilah SSL. Sehingga sampai sekarang, istilah SSL tetap lebih banyak digunakan oleh individu dan perusahaan.

Kenyataannya, fitur enkripsi yang tersedia saat ini adalah TLS, yang merupakan teknologi terbaru dan terupgrade dari SSL.

Website yang memasang sertifikat SSL bisa kita kenali dengan mudah melalui simbol gembok yang tampil di kolom browser saat kita mengaksesnya.

Apa itu HTTPS?

Ada SSL/ TLS, ada juga HTTPS. Saat kita memasang sertifikat SSL ke website, kita harus mengkonfigurasikannya untuk mengirimkan data melalui protokol yang aman, yaitu Hypertext Transfer Protocol Secure (HTTPS).

Setiap situs sejatinya menggunakan protokol HTTP atau HTTPS yagn berada di depan URL nya, termasuk situs Panda Gila.

Situs dengan label HTTPS

Cara kerja HTTPS hampir sama seperti HTTP. Bedanya, HTTPS mempunyai standar keamanan yang lebih tinggi. Saat kita berkunjung ke situs yang menggunakan HTTPS, kita berada dalam situs dengan keamanan berlapis dalam hal transfer informasi data pribadi. Agar HTTPS ini dapat berfungsi dengan baik, website wajib memasang SSL/ TLS.

Jika kita mencoba mengakses situs dengan mengetikkan HTTPS, tapi situs tidak memasang SSL/ TLS, maka pesan error akan muncul.

Artinya, SSL/ TLS dan HTTPS adalah satu paket yang saling melengkapi. Jika menggunakan hanya salah satunya saja, maka informasi yang dikirimkan user ke website tidak akan aman. Maka dari itu, setelah membeli sertifikat SSL dan memasangnya di website, lanjutkan dengan konfigurasi website dengan HTTPS.

Apa Akibatnya Jika Situs Tidak Memasang SSL/ TLS?

SSL vs Non SSL

SSL/ TLS penting untuk keamanan website. Namun jika Anda mengabaikan hal ini, ada beberapa akibat atau dampak negatif dari tidak memasang SSL.

Antara lain adalah :

  • Setiap calon pengunjung potensial akan mendapatkan peringatan dari Google bahwa mereka akan mengakses situs tidak aman. Akibatnya, calon pengunjung berpotensi untuk meninggalkan situs Anda sebelum berhasil mengaksesnya.
  • Dari poin pertama tersebut, tentu saja pengunjung website akan jauh lebih menurun.
  • Jika hal ini dibiarkan secara terus menerus, peringkat website di hasil pencarian Google juga akan semakin menurun.
  • Jika situs Anda adalah toko online, calon pengunjung akan takut untuk melakukan transaksi di situs Anda. Akibatnya omset website akan terus mengalami penurunan.

Manfaat SSL/ TLS untuk Website

Saat akan membeli produk di internet atau bahkan sekedar browsing berburu informasi saja, keamanan adalah yang utama. Tentu saja kita ingin melindungi diri dari berbagai modus cyber crime, bukan?

Maka dari itu, menggunakan SSL di website sangat lah penting. Berikut adalah beberapa manfaat dari kita menggunakan SSL :

  • Jaminan keamanan data
    Saat menjalankan website yang menawarkan suatu produk, jasa atau layanan, dan terutama klien yang harus mendaftarkan atau memberikan informasi pribadi, penting untuk meyakinkan pengunjung bahwa informasi yang mereka berikan aman. Sertifikat SSL memberikan jaminan keamanan tersebut.
  • Meningkatkan kepercayaan terhadap sebuah brand atau website
    Tanpa peringatan keamanan, tentu saja website Anda adalah situs yang aman untuk pengguna kunjungi.
  • Optimasi SEO On Page
    Menggunakan SSL/ TLS di website juga merupakan salah satu bentuk optimasi SEO On Page. SEO adalah fondasi penting untuk sebuah website. Dengan menggunakan SSL, Anda bisa mengoptimalkan performa situs sehingga peringkatnya lebih baik di mesin pencari.

Cara Menerbitkan Sertifikat SSL/ TLS

Sudah mantap untuk pasang SSL/ TLS di website? Panda harap sih begitu… Karena memang properti ini sangat penting untuk website.

Di bagian ini, Panda membagikan cara mendapatkan SSL Certificate, langkah persiapan, hingga memasang SSL/ TLS di website WordPress. Mari kita simak lebih lanjut!

A. Mendapatkan Sertifikat SSL

Cukup mudah untuk mendapatkan SSL Certificate. Anda bisa memberi sertifikat ini dari penyedia SSL. Atau bahkan menggunakan SSL gratisan yang disediakan layanan hosting Anda.

Saat ini banyak perusahaan hosting yang menawarkan SSL gratis ke dalam paket hosting mereka. Anda juga bisa membeli sertifikat SSL yang harganya relatif terjangkau dari berbagai provider, seperti GeoTrust, SYmantec, Rapid SSL, Thawte, dan Comodo.

B. Cara Instal & Menerbitkan SSL Certificate dan HTTPs di cPanel

Berikut adalah langkah- langkah untuk menginstal SSL di cPanel :

B.1 Generate Private Key

  1. Temukan icon menu SSL/TLS Manager yang terletak di menu security, dan masuk ke menu tersebut.
    Menu SSL/ TLS di cPanel Hosting
  2. Di bawah Private Keys, pilih Generate, view, upload, or delete your private keys. Private Keys ini Anda butuhkan untuk mendeskripsikan informasi melalui koneksi SSL.
    SSL/ TLS Manager
  3. Di bagian Generate a New Private Key, pilih ukuran key yang diinginkan. Disini Panda menyarankan Key Size 2,048. Untuk bagian deskripsi adalah opsional. Anda boleh menuliskan deskripsi singkat tentang private key atau menuliskan nama domain, lalu klik Generate.
    Generate Private Key di SSL
  4. Setelah berhasil, Anda akan mendapat konfirmasi kalau private key berhasil dibuat. Anda akan menggunakan key ini untuk langkah selanjutnya.

B.2 Generate CSR

Kembali ke bagian awal dari laman SSL/ TLS, selanjutnya Anda perlu meng-generate a Certificate Signing Request (CSR) atau Permintaan Penandatanganan Sertifikat Baru.

  1. Kembali ke bagian awal (no. 1 di Generate Private Key), klik opsi Generate, view, or delete SSL certificate signing requests di bagian bawah CSR.
    SSL/ TLS Manager
  2. Di bawah CSR, pilih private key Anda dari menu Key.
  3. Jika key yang Anda buat tadi tidak muncul, pilih opsi Generate a new 2,048 bit key untuk menghasilkan key baru. Anda juga bisa menambahkan private key baru di bagian Private key seperti di segmen B.1
    Cara Generate CSR SSL Certificate
  4. Masukkan nama domain ke dalam kotak teks Domain. Perlu dicatat, nama domain ini adalah nama domain dimana sertifikat SSL akan dipasang.
  5. Masukkan informasi lanjutan sesuai kolom tersedia, lalu klik Generate.
    Mengisi semua field kolom untuk membuat CSR
  6. Anda sudah berhasil membuat CSR Anda. Copy semua isi data dalam kotak Encoded Certificate Signing Request. Kode ini nanti akan Anda berikan ke penerbit SSL/ TLS untuk menghasilkan sertifikat SSL.
    Copy Encoded CSR untuk menghaslkan SSL Certificate

B.3 Upload Sertifikat SSL di cPanel

  1. Kembali ke bagian awal (no. 1 di Generate Private Key), klik opsi Generate, view, upload or delete SSL certificates di bagian bawah Certificates.
    SSL/ TLS Manager
  2. Paste sertifikat SSL di di dalam kotak teks, dan Simpan Sertifikat. Done, sertifikat SSL Anda berhasil diunggah.

Anda juga bisa melihat sertifikat SSL baru Anda tampil di bagian Certificate on Server.
Melihat Certificate SSL yang sudah terbit

B.4 Mengaktifkan SSL Sertifikat untuk Website

  1. Kembali ke bagian awal (no. 1 di Generate Private Key), klik opsi Install & Manages SSL for Your Site , lalu pilih Manages SSL sites.
  2. Pilih domain yang sebelumnya terinstall sertifikat SSL, dan klik Autofill by Domain, lalu klik Install Certificate.
  3. Anda berhasil menginstal sertifikat SSL HTTPS di server hosting. Dengan begitu domain situs Anda kini menjadi lebih aman.

Memasang Sertifikat SSL/ TLS di Website WordPress

Setelah berhasil mempunyai sertifikat SSL untuk website Anda, langkah selanjutnya adalah menginstalnya ke website. Disini ada dua metode yang bisa kita gunakan :

A. Cara Setting SSL/ TLS dan HTTPS Menggunakan 301 Redirect

Jika ini adalah website yang baru, prosesnya terbilang cukup mudah dan sederhana. Namun jika ini adalah website lama, proses sedikit lebih kompleks dan integrasi membutuhkan waktu.

Berikut adalah langkah- langkahnya :

1. Update URL ke HTTPS

Masuk ke dashboard admin WordPress Anda, lalu buka tab Setting > General. Perbarui URL website Anda ke versi HTTPS di bagian WordPress Address dan Site Address. Simpan pengaturan.

Pembaruan HTTPS di WordPress

2. Membuat Redirect 301 Melalui htaccess.

Saat melakukan perubahan HTTP ke HTTPS, sebagian user masih menyimpan URL lama dari website, dan terhubung ke seluruh website. Untuk itu, penting untuk membuat redirect URL agar semua user bisa mengakses versi HTTPS dari website Anda.

Cara yang bisa Anda tempuh adalah dengan menggunakan 301 redirect. Tipe redirect ini akan menginformasikan kepada mesin pencari bahwa situs telah berpindah secara permanen dari satu alamat ke alamat lainnya.

Anda bisa mengaktifkan redirect ini dengan cara mengedit file .htaccess yang mengontrol interaksi server dengan WordPress dan juga URL nya. .htaccess bisa diakses menggunakan tool File Transfer Protocol (FTP) seperti FileZilla atau masuk ke cPanel dan membuka folder public_html.

Setelah menemukan file tersebut, buka dan edit, lalu tambahkan baris kode berikut :

RewriteEngine On
RewriteCond %{SERVER_PORT} 80
RewriteRule ^(.*)$ https://www.situsanda.com/$1 [R,L] }

Jangan lupa untuk mengganti situsanda.com dengan alamat website Anda. Simpan perubahan.

Setelah itu, HTTPS sudah bekerja di semua URL situs Anda. Siapapun yang masih mengakses laman web Anda di versi HTTP, mereka akan teralihkan ke versi website yang sudah terpasang dengan HTTPS.

B. Cara Setting SSL/TLS dengan Plugin WordPress

Plugin Really Simple SSL

Jika Anda memilih tidak ingin ribet dengan file WordPress, maka ada cara mudah untuk enforce penggunaan HTTPS di website. Cara nya adalah dengan menggunakan plugin WordPress.

Metode kedua ini lebih mudah, namun tetap mengandung resiko. Misalnya saat terjadi masalah kompatibilitas dengan plugin lain, plugin SSL bisa berhenti berfungsi dan website akan berkendala sampai Anda mengatasi error tersebut. Maka dari itu, penting untuk memilih plugin yang berkualitas.

Salah plugin populer dan Panda rekomendasi untuk memasang SSL adalah Really Simple SSL. Persis seperti namanya, konfigurasi plugin ini sangat mudah.

Setelah menginstal dan mengaktifkannya, plugin ini akan melakukan scanning sertifikat SSL WordPress. Saat plugin berhasil menemukan sertifikat SSL, HTTPS akan aktif di seluruh situs hanya dalam sekali klik. Caranya adalah dengan buka tab Settings > SSL di dashboard, dan klik opsi Reload over HTTPS. Selesai!

Selain plugin ini, alternatif plugin yang bisa Anda gunakan antara lain Force HTTPS dan WordPress HTTPS (SSL).

Masalah yang Sering Terjadi Saat Memasang SSL/TLS di Website

Saat SSL berhasil terpasang, ada kemungkinan terjadi error WordPress di beberapa kasus. Kasus yang sering terjadi antara lain :

1. Beberapa Aset Tidak Termuat dengan HTTPS

Setelah HTTPS akses, ada beberapa aset yang mungkin tidak loading dengan baik. Ini bisa terjadi karena WordPress masih memuatnya dengan protokol HTTP, bukan HTTPS. Dalam istilah teknis, ini terjadi karena mixed content.

Jangan panik, ada cara untuk mengatasi masalah ini. Sama seperti cara memasang sertifikat di WordPress, ada dua cara yang bisa Anda gunakan. Yaitu manual dengan menambah kode di .htaccess dan menggunakan plugin.

Untuk cara manual, buka kembali file .htaccess Anda di direktori public_html atau via FTP. Cari kode yang Anda tambahkan sebelumnya di atas, yang kurang lebih seperti ini :

RewriteEngine On
RewriteCond %{SERVER_PORT} 80
RewriteRule ^(.*)$ https://www.situsanda.com/$1 [R,L] }

Ganti kode tersebut dengan kode baru yang lebih lengkap dan detail, seperti berikut :

RewriteEngine On
RewriteCond %{SERVER_PORT} !^443$
RewriteRule (.*) https://%{HTTP_HOST}%{REQUEST_URI} [R=301,L] RewriteBase /
RewriteRule ^index\.php$ – [L] RewriteCond %{REQUEST_FILENAME} !-f
RewriteCond %{REQUEST_FILENAME} !-d
RewriteRule . /index.php [L]

Kode ini akan bekerja untuk memaksa semua trafik agar bisa termuat ke dalam HTTPS. Kode ini juga menambahkan rule untuk aset WordPress agar bisa mengatur semua file yang tidak bisa berfungsi sebelumnya. Simpan perubahan, dan cek kembali apakah error sudah teratasi.

Sedangkan via plugin, Anda tidak perlu melakukan editing .htaccess secara manual. Di plugin Really Simple SSL, plugin bisa menscan website dan menemukan file yang tidak termuat dengan HTTPS.

Untuk memperbaiki masalah auto mixed content, perbaiki ini dengan cara masuk ke tab Setting plugin > SSL, dan centang Auto replace mixed content. Dengan begitu, file- file yang tadinya error karena masih konflik HTTP dan HTTPS bisa teratasi.

2. Error Berasal dari Plugin Caching WordPress

Saat menginstal dan mengaktifkan plugin caching WordPress, ada kemungkinan browser mencoba memuat laman versi cache dari website Anda di HTTPS. Proses ini bisa mengakibatkan error. Untuk mengatasinya, Anda bisa melakukan pembersihan cache WordPress melalui plugin yang Anda gunakan.

Setelah cache dibersihkan, loading website Anda kembali normal karena server akan mengakses versi terbaru yang sudah di HTTPS.

Kesimpulan

Di awal kemunculannya, kehadiran SSL/ TLS dan HTTPS memang hanya untuk website bisnis saja. Pasalnya, dalam website bisnis terjadi pertukaran data sensitif yang bersifat transaksional.

Namun, penggunaan sertifikat keamanan ini menjadi semakin penting saat ini, untuk semua jenis website. Salah satunya karena Google sendiri secara halus ‘mewajibkan’ para pemilik website untuk menggunakan SSL. Karena dengan menggunakan sertifikat SSL/TLS, artinya akses pengguna terlindungi dan aman.

Mau tidak mau, pemilik website kini harus menggunakan SSL/TLS. Jika tidak, peringatan akses dari Google akan menggagalkan orang- orang untuk masuk ke website Anda. Tentu ini akan sangat merugikan.

Kabar baiknya, banyak provider hosting, termasuk hosting- hosting terbaik Indonesia banyak menawarkan SSL gratis untuk setiap pembelian paket hosting. Dengan begitu, semakin mudah untuk memasang SSL/TLS di website Anda.

Semoga informasi yang Panda bagikan tentang cara memasang SSL/TLS di website WordPress ini bermanfaat untuk pembaca.

Penyebab Bounce Rate di Website Tinggi dan Cara Mengatasinya

Penyebab Bounce Rate di Website Tinggi dan Cara Mengatasinya

Bounce rate yang tinggi memang menjadi masalah serius yang perlu segera webmaster tangani. Saking seriusnya, banyak yang menyebut kalau bounce rate tinggi menjadi salah satu sumber kegagalan dalam kegiatan bisnis dan pemasaran melalui website.

Istilah bounce rate mungkin terdengar asing bagi pemula. Tapi jika Anda sudah terbiasa mengelola situs, kata ini pasti sangat familiar. Bounce rate tinggi bahkan selalu menjadi momok yang menakutkan.

Pengertian Bounce Rate

Seperti Panda lansir dari Google Analytics, bounce rate adalah persentase pengunjung yang langsung meninggalkan website usah membuka satu halaman website.

Sedangkan menurut Yoast, bounce rate merupakan keadaan dimana pengunjung hanya membuka satu laman website tanpa melakukan tindakan lanjutan apapun. Mereka tidak membuka halaman lain, tidak menekan tombol berbagi sosial, internal link, tombol menu, atau tombol CTA di halaman.

Ringkasnya, bounce rate adalah persentase pengunjung yang meninggalkan halaman website setelah hanya melihat satu halaman saja, tanpa melihat halaman lain di website yang sama.

Bounce Rate untuk Mengukur Kesuksesan Sebuah Campaign

Apa yang terjadi jika orang masuk ke website kita lalu pergi begitu saja? Padahal landing page yang kita siapkan tentu saja untuk mendorong tindakan pelanggan. Semakin banyak pengunjung yang bounce, tentu semakin tidak baik.

Pada umumnya, kualitas website yang sangat bagus mempunyai bounce rate kurang dari 40%. Dalam angka ini, artinya dari 100 kunjungan website, terdapat sekitar 60 pengunjung yang melakukan interaksi lanjutan saat membuka situs. Sebaliknya, kualitas website menjadi buruk apabila bounce rate lebih dari 70%.

Untuk mengetahui nilai bounce rate ini, Anda bisa menggunakan Google Analytics untuk mengukur performa bounce rate dari setiap sumber trafik dan landing page.

Penyebab Bounce Rate Tinggi pada Website dan Solusinya

Ada beberapa alasan mengapa website mempunyai bounce rate yang tinggi. Di artikel kali ini, Panda akan mengulas beberapa alasan tersebut dan cara mengatasinya.

1. Kualitas Konten yang Buruk

Salah satu alasan mengapa bounce rate di website tinggi adalah sajian konten yang tidak berkualitas.  Jika konten yang Anda tampilkan tidak berkualitas, pengunjung akan meninggalkan website Anda dalam waktu singkat.

Sebaliknya, jika konten yang Anda sajikan berkualitas, pengunjung akan betah tinggal di website dan bahkan melihat laman lain di website Anda.

Solusi Mengatasi Bounce Rate Karena Kualitas Konten yang Buruk :

Tak ada tawar menawar, Anda perlu meningkatkan kualitas konten Anda. Pertama- tama, pastikan konten Anda relevan, menarik, dan informatif sesuai kebutuhan audiens. Kedua, gunakan judul dan deskripsi yang menarik perhatian pengunjung.

Ketiga, pastikan konten ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami dan mengalir dengan baik. Kemudian yang keempat, gunakan gambar dan video agar konten Anda terlihat lebih interaktif dan memperjelas isi konten.

2. Website Tidak Mobile-Friendly

Mobile friendly jelas bukan sesuatu yang baru. Dan tentu saja, ini adalah harga mati. Pasalnya, banyak pengunjung yang kini mengakses website melalui tablet dan smartphone.

Jika website Anda tidak mobile friendly, tentu pengunjung akan kesulitan dalam menavigasi laman website. Akibatnya, pengunjung akan meninggalkan laman web Anda dalam waktu singkat.

Solusi Mengatasi Bounce Rate Karena Tidak Mobile Friendly : 

Solusinya adalah membuat website Anda menjadi mobile-friendly. Gunakan desain website responsive atau tema bawaan yang mobile-friendly akan menjadi solusi untuk mengatasi masalah bounce rate Anda.

3. Kecepatan Muat Halaman yang Lambat

Penyebab website lambat dan cara mengatasinya

Bukan rahasia lagi, website dengan kecepatan muat halaman yang lambat adalah salah satu biang kerok bounce rate tinggi. Bahkan sejak 2021, algoritma penilaian Google juga semakin melibatkan kecepatan loading halaman, yaitu core web vitals.

Dengan perubahan ini, Google memberi sinyal pada webmaster bahwa kecepatan website benar- benar sangat penting untuk pengguna internet. Karena kecepatan internet semakin lama semakin tinggi, orang- orang cenderung semakin tidak sabar dalam menunggu waktu muat laman.

Solusi Menurunkan Bounce Rate Karena Halaman yang Lambat : 

Tentu saja, Anda perlu meningkatkan kecepatan muat halaman. Tiga hal utama yang bisa Anda lakukan antara lain : 

  • Optimalkan gambar dan video di website 
  • Gunakan cache browser 
  • Pilih web hosting yang cepat dan handal
  • Lakukan optimasi jumlah script dan plugin pada website

Anda juga bisa membaca artikel Panda : 10+ Cara Ampuh Mengatasi Halaman Website Lambat  untuk membaca tips yang lebih lengkap.

4. Desain dan Navigasi Website yang Buruk

Selanjutnya, penyebab bounce rate tinggi adalah karena desain website yang tidak menarik. Akibatnya, begitu pengunjung masuk, mereka merasa kesulitan dalam menjelajah dan merasa tidak nyaman. Alhasil, mereka pilih meninggalkan website dalam waktu singkat.

Solusi Memperbaiki Bounce Rate Karena Desain & Navigasi Website yang Buruk :

Agar pengunjung nyaman dan betah, cobalah untuk memperbaiki desain dan navigasi website. Beberapa tips yang dapat Anda terapkan : 

  • Gunakan desain website yang menarik dan profesional.
  • Pastikan navigasi mudah dipahami dan digunakan pengunjung.
  • Buat tautan yang jelas dan mudah diakses pengunjung.

5. Melupakan User Interface

Saat menyiapkan website, pastikan Anda melihat dari sisi pengguna. Karena pada akhirnya, Anda ingin pengguna lebih lama tinggal di website Anda dan lebih banyak berinteraksi.

Namun karena kesalahan visual desain, pengunjung bisa jadi tidak betah untuk berlama- lama. Font, gambar, atau tata letak mungkin terdengar sepele. Tapi siapa sangka, sangat berdampak pada pengalaman pengguna.

Tips Memperbaiki User Interface

Untuk menghindari masalah bounce rate karena user interface, cobalah menerapkan prinsip- prinsip user interface sebagai panduan. Gunakan warna dan font yang serasi agar mudah dibaca. Perhatikan juga penempatan tata letak yang lebih nyaman dari sisi pengguna.

6. Iklan yang Mengganggu

Untuk beberapa jenis website, iklan adalah bagian penting karena berkaitan dengan penghasilan. Namun tentu banyaknya jumlah iklan perlu dipertimbangkan. Jangan terlalu banyak agar tidak mengganggu pengunjung.

Iklan yang terlalu banyak akan mengganggu sehingga bounce rate menjadi tinggi. Iklan yang tidak tepat juga kerap membuat loading web semakin lambat dan menghalangi akses konten pengunjung.

Solusi Menurunkan Bounce Rate Karena Iklan yang Mengganggu : 

Cobalah untuk membatasi jumlah iklan di website. Selanjutnya, letakkan iklan di posisi strategis yang tidak menghalangi akses ke konten utama. Hindari meletakkan iklan di posisi yang bisa mengganggu pengunjung.

7. Tidak Punya CTA yang Jelas

Contoh call to action yang menarik

Tombol Call to Action adalah elemen penting dalam website. Tombol ini memberi dorongan pada pengunjung untuk mengetahui tindakan yang perlu mereka lakukan usai melihat sebuah laman website.

Tanpa CTA yang jelas, pengunjung akan bingung dan meninggalkan laman dalam waktu singkat. Atau jika tidak bingung, pengunjung memang merasa kalau tidak ada hal lain yang bisa dieksplor lebih lanjut.

Solusi Mengatasi Bounce Rate karena Faktor CTA

Untuk mengatasi kebingungan pengunjung dan mengarahkan mereka bertindak lebih lanjut, buatlah CTA yang jelas dan menarik. CTA harus memberitahu pengunjung tindakan apa yang harus mereka ambil. Apakah itu mengisi formulir, membeli produk, atau menghubungi perusahaan. Pastikan CTA ini mudah diakses dan menarik perhatian pengunjung.

Untuk lebih lanjutnya, Anda juga bisa membaca artikel Panda sebelumnya tentang cara membuat CTA di website yang efektif. Dengan trik ini, bounce rate akan lebih menurun dan tindakan pengunjung lebih optimal.

8. Halaman Error 404

Apa yang terjadi kalau pengunjung mengakses laman web, tapi justru peringatan error 404 yang muncul? Tentu saja pengunjung akan kecewa dan bergegas meninggalkan laman web Anda.

Dalam sekejap pengunjung langsung merasa kalau website Anda tidak menyediakan apa yang sedang mereka butuhkan.

Mengatasi Bounce Rate karena Faktor Error 404

Laman error 404 bisa terjadi karena beberapa faktor. Untuk itu, Anda perlu melakukan pengecekan secara berkala untuk memastikan tidak ada laman error di web. Namun jika memang ada halaman error, Anda perlu memberi informasi yang jelas kesalahan apa yang terjadi.

Selain itu, Anda perlu merancang laman error yang sesuai dengan desain website. Halaman error juga perlu memuat informasi yang jelas tentang kesalahan yang terjadi dan memberi opsi untuk kembali ke laman sebelumnya atau laman utama.

Dengan mengatasi error 404 dengan tepat, maka bounce rate di website bisa lebih berkurang lagi.

9. Topik Konten Tidak Relevan

Kembali berkaitan dengan konten, trafik kunjungan yang tinggi juga bisa menyebabkan bounce rate tinggi. Pemicunya adalah konten yang kita buat ternyata tidak relevan dengan produk yang kita tawarkan, atau tidak nyambung dengan niche website.

Misalnya saja niche website kita adalah fashion, namun justru banyak mengulas resep makanan. Atau niche kita adalah konten bola, tapi tiba- tiba muncul konten- konten politik. Alhasil, pengunjung jadi malas untuk berlama- lama.

Solusi menurunkan bounce rate karena topik yang tidak relevan :

Kuncinya tentu saja kembali sesuai niche website. Memang ada beberapa website yang sifatnya konten campuran atau gado- gado. Namun jika sedari awal kita sudah mantap dengan niche tertentu, maka kita wajib konsisten.

Perkayalah konten website kita dengan konten- konten satu niche yang lengkap, informatif dan dapat diandalkan. Dengan begitu, pengunjung akan betah berlama- lama di website kita.

Kesimpulan

Bounce rate yang tinggi adalah masalah serius untuk trafik dan konversi. Untuk bisa mengatasi masalah ini, penting untuk mengetahui apa saja penyebab bounce rate di website tinggi.

Penyebab ini mulai dari kualitas konten yang buruk, loading halaman yang lambat, desain dan navigasi buruk, hingga tampilan yang tidak mobile friendly. Dalam artikel Panda ini, ada banyak cara yang bisa kita terapkan untuk memperbaiki masalah ini.

Dengan mengetahui penyebab dan mengatasi permasalahannya, bounce rate dapat kita optimalkan. Harapannya tentu saja, trafik menjadi lebih optimal dalam menghasilkan konversi yang kita inginkan.

Semoga bermanfaat!

Mengenal Bounce Rate & 10 Cara Efektif Menurunkan Bounce Rate di Website

Mengenal Bounce Rate & 10 Cara Efektif Menurunkan Bounce Rate di Website

Bounce rate bukan istilah baru untuk para webmaster. Terutama dalam Google Analytics, Bounce rate merupakan salah satu metrik yang penting untuk kita perhatikan. Mempunyai trafik tinggi dirasa bukan hal yang menyenangkan saat hal ini diikuti dengan bounce rate yang tinggi.

Karena saat metrik ini terlihat tinggi, itu artinya pengunjung- pengunjung yang masuk hanya membuka satu halaman dan tidak tertarik menelusuri halaman lain di website kita. Untuk itu, bukan sekedar memahami pengertian bounce rate tapi juga langkah optimasi untuk menurunkan angka persentase bounce (pantulan) ini.

Apa itu Bounce Rate?

Menurut laman Google Analytics, bounce rate (rasio pantulan) merupakan persentase pengunjung yang langsung meninggalkan website usai mereka membuka satu halaman di website.

Sedangkan menurut Yoast, bounce rate adalah keadaan dimana pengunjung hanya membuka satu halaman website tanpa melakukan tindakan lanjutan apapun. Mereka tidak beralih ke halaman lain, tidak menekan tombol menu, tombol berbagi sosial, internal link, atau CTA (Call to Action) di halaman.

Secara sederhana, bounce rate juga bisa kita artikan sebagai persentase pengunjung yang masuk ke website, lalu pergi begitu saja tanpa membuka halaman lain atau melakukan interaksi apapun di website.

Ibarat sebuah event pameran, kita bisa menganalogikan halaman website ini sebagai salah satu stand produk di pameran tersebut. Ada banyak pengunjung yang datang, tapi mereka hanya melihat- lihat, tanpa ada ketertarikan terhadap produk dan stand.

Tentu saja menyenangkan melihat ada pengunjung. Tapi bukankah cukup menyedihkan jika pengunjung ini tidak berinteraksi lebih lanjut? Jika kita tidak melakukan apa- apa, maka usaha kita dalam melakukan promosi akan menjadi sia- sia.

Bounce Rate Tinggi Mengindikasikan Masalah di Website

Bounce Rate atau rasio pantulan yang tinggi mengindikasikan adanya masalah di website. Ada beberapa masalah yang menjadi penyebab bounce rate di website tinggi.

Beberapa kemungkinan masalah ini antara lain :

  • Kualitas halaman website yang kurang optimal sehingga pengunjung enggan untuk berinteraksi lebih jauh.
  • Pengunjung website bukan merupakan target audiens.
  • Pengunjung telah menemukan informasi yang mereka cari di website dan bagi mereka itu sudah cukup.
  • Visitor website juga membuka website kompetitor dan menemukan hal- hal yang lebih menarik di website kompetitor. Baik itu tampilan, isi konten dan tidak menutup kemungkinan perbandingan harga untuk website ecommerce.

Untuk mengukur performa bounce rate, setiap industri umumnya mempunyai bench mark yang berbeda. Berikut adalah benchmark rasio pentalan berdasarkan kategori website menurut Backlink.io :

Benchmark rasio pantulan menurut Backlink.io
Benchmark rasio pantulan menurut Backlink.io/ via Backlink.io

Rumus Menghitung Bounce Rate

Penghitungan bounce rate sendiri menggunakan rasio single page visit (kunjungan halaman tunggal) terhadap semua trafik yang masuk. Berikut adalah rumus untuk menghitung Bounce Rate :

(Jumlah Pengunjung Single Page/ Jumlah Total Kunjungan) x 100%

Perhatikan contoh kasus berikut ini :

Dalam satu bulan blog Anda mempunyai pengunjung sebanyak 8000 visitor. Dari sekian pengunjung ini, ada 3000 pengunjung yang hanya membuka satu halaman saja.

Maka perhitungan bounce rate nya adalah : (3000/8000) x 100% = 37,5%

Cara Menghitung Bounce Rate di Website dengan Google Analytics

Mengetahui rumus menghitung bounce rate bukan berarti Anda perlu menghitungkan secara manual. Karena penghitungan rasio pentalan ini dapat dengan mudah Anda lakukan dan analisa lewat Google Analytics.

Google Analytics adalah tool yang sangat powerful dan lengkap dalam menganalisa performa website. Dengan tool ini, Anda bisa memantau trafik, lama pengunjung berada di website, rasio pentalan, dan lebih banyak metrik lainnya.

Untuk mengecek bounce rate dengan Google Analytics, berikut adalah langkah- langkahnya :

  • Login ke dashboard Google Analytics website Anda
  • Klik Behavior, pilih Overview
  • Di laman ini Anda dapat melihat ringkasan Bounce Rate secara keseluruhan.
Cara cek bounce rate keseluruhan di Google Analytics

Untuk mengetahui bounce rate dari masing- masing halaman, scroll ke bawah dan pilih ‘view full report’. Di sini Anda bisa melihat performa rasio pantulan dari masing- masing laman, seperti berikut ini :

Cara cek bounce rate per halaman di Google Analytics

10 Cara Efektif Menurunkan Angka Bounce Rate di Website 

Setelah mengetahui fungsi dari bounce rate untuk website, kita saatnya melakukan optimasi untuk menurunkan rasio pantulan ini. Goal nya adalah meningkatkan interaksi pengunjung di halaman agar rasio pantulan menjadi lebih kecil dan goal yang kita raih dari setiap laman berjalan optimal.

Berikut adalah beberapa cara optimasi yang bisa kita lakukan untuk menurunkan angka bounce rate :

1. Meningkatkan Kualitas Konten

Konten yang berkualitas adalah salah satu pemicu pengunjung betah membaca konten website sampai selesai, dan tertarik melakukan tindakan lainnya. Pastikan konten tersusun dengan rapi, berbobot dan pengunjung mudah membacanya.

Karena jika tidak, pengunjung akan dengan mudah beralih ke website lain dengan konten serupa yang lebih rapi dan enak dibaca. Suka atau tidak, selalu ada banyak, ratusan bahkan ribuan website yang membahas konten serupa dengan situs kita. Jika kita tidak mengemas konten kita sebaik mungkin, mudah saja bagi mereka untuk beralih ke situs lain.

Lantas, apa saja yang perlu kita lakukan untuk meningkatkan kualitas konten ?

1.1 Bagi Artikel Menjadi Paragraf Pendek

Paragraf- paragraf pendek memungkinkan pengguna untuk membaca dengan cepat dan mudah. Terlebih, pengguna internet masa kita lebih suka bacaan yang ringan. Saat melihat paragraf panjang, pembaca akan kesulitan mencerna inti dari setiap paragraf.

1.2 Gunakan Subheading dengan Tepat

Heading tag memudahkan pengunjung dalam membaca dan menemukan poin- poin penting dalam artikel. Misalnya saja dalam artikel ini, Panda membagikan konten ke dalam beberapa sub heading. Mulai dari Apa itu Bounce Rate, Bounce Rate Tinggi mengindikasikan…., dan seterusnya.

Kendati begitu, jangan sampai salah dalam mengimplementasikan Sub Heading ini. Anda bisa membaca artikel Panda sebelumnya : Cara Menggunakan Heading Tag H1 H2 H3 – H6 Agar SEO Friendly untuk mendapat insight tambahan.

Tips dalam menggunakan heading tag

1.3 Konten Visual yang Menarik

Agar tidak jenuh, tambahan konten visual yang menarik di artikel Anda. Baik itu goto, gambar ilustrasi, video atau infografis.

Selain membuat konten lebih menarik, media ini akan membantu pembaca untuk lebih mudah memahami konten. Sebaliknya, jika tidak, pembaca mudah bosan dan merasa konten Anda ‘berat’ karena hanya melihat teks dari awal sampai penghujung artikel.

2. Ciptakan Alur Cerita yang Menarik

Selain tersusun rapi dan mudah dibaca, poin selanjutnya untuk menurunkan rasio pentalan adalah alur cerita yang menarik. Alur cerita menarik bisa menjadi daya tarik untuk pengunjung untuk bisa menikmati konten di website.

Strategi yang bisa Anda terapkan adalah membuat alur cerita dengan gaya storytelling (narasi). Buat pengunjung merasa relate dengan konten Anda dengan menggunakan kata ganti orang kedua sesuai dengan gaya bahasa. Misalnya saja kamu, Anda, lo, dan yang lainnya, sesuai jenis audiens.

Dengan alur seperti ini, artikel akan terasa lebih interaktif dan pengunjung terdorong untuk terlibat dengan konten Anda.

Selain itu, cobalah menempatkan diri di posisi pembaca. Buat konten yang bisa menjawab pertanyaan pembaca dan memberikan solusi dari masalah yang mereka hadapi. Dengan begitu, pengunjung akan merasa bahwa konten Anda memang konten yang tepat untuk mereka.

3. Optimalkan Speed Loading Halaman

Kecepatan loading halaman adalah salah satu faktor penting yang membuat pengunjung betah di website. Bahkan sejak awal, kecepatan loading berperan untuk membuat mereka benar- benar masuk ke halaman Anda atau tidak.

Untuk itu, bukan hanya menyajikan halaman yang menarik saja, tapi kecepatan halaman website saat diakses juga harus diperhatikan. Anda bisa membaca artikel Panda : 20+ Cara Ampuh Mempercepat Loading Website untuk mengoptimalkan loading halaman.

4. Tidak Menggunakan Popup Berlebihan

Contoh CTA di bagian pop up

Penggunaan popup untuk website memang masih menjadi perdebatan. Di satu sisi, popup dapat mengoptimalkan perolehan leads melalui subscriber form. Di sisi lain, banyak pengunjung yang tidak menyukai pop up.

Riset sendiri mengungkap jika 70 persen pengunjung web merasa kalau popup yang berlebihan dan tidak relevan ini sangat menjengkelkan. Jalan tengahnya, Anda tetap bisa menggunakan popup, namun tidak berlebihan dan tetap mengutamakan kenyamanan pengunjung.

Tips dalam menerapkan popup di website :

  • Hindari menyajikan popup yang muncul setiap beberapa menit sekali saat pengunjung membaca konten.
  • Hindari penggunaan popup yang tidak relevan dengan konten.

5. Pemilihan Topik yang Relevan

Jika website Anda memperoleh trafik dari kata kunci yang tidak ada kaitannya dengan produk dan layanan di website, bounce rate kemungkinan akan tinggi.

Untuk itu, strategi content marketing Anda perlu melibatkan riset keyword dengan indikator tertentu. Selain volume pencarian yang tinggi, penting untuk mempertimbangkan tingkat relevansinya dengan produk.

Misalnya saja Anda menjual produk herbal, namun di artikel menulis tentang kue kekinian ala artis. Anda mungkin mendapatkan trafik yang tinggi untuk beberapa saat, namun mengakibatkan bounce rate yang tinggi dan kontribusi ke goal juga rendah.

6. Menggunakan CTA (Call to Action) yang Jelas

Contoh penempatan CTA di bagian bawah

Setelah konten yang berkualitas, jangan lupa untuk menyisipkan Call to Action (CTA) yang jelas di laman konten Anda. Selain mengurangi rasio pentalan, tentu saja tujuannya adalah mendorong pengunjung untuk melakukan tindakan yang kita inginkan.

Misalnya saja CTA “Download Sekarang” untuk mengarahkan pengunjung ke laman unduhan. Atau CTA mendorong pembelian “Beli Sekarang” untuk mengarahkan pengunjung agar melakukan pemesanan segera.

7. Desain Website Mobile Friendly

Sejak beberapa tahun terakhir ini, perangkat mobile adalah yang paling banyak digunakan pengguna internet untuk mengakses konten website. Bahkan menurut data Google, 94 persen pengguna internet di Indonesia mengakses internet melalui perangkat mobile.

Dengan semakin banyaknya pengguna perangkat mobile, penting untuk menggunakan tema website responsive/ mobile friendly. Saat ini semakin banyak tema WordPress yang didesain mobile friendly.

Dengan website yang mobile friendly, pengunjung akan semakin betah berada di website. Web Anda juga lebih disukai oleh mesin pencari karena pengalaman pengguna yang lebih berkualitas.

8. Atur Link Menjadi “Open in New Tab”

Dalam satu artikel, Anda bisa saja meletakkan beberapa tautan sekaligus, baik itu tautan internal maupun eksternal. WordPress sendiri mengatur pembaca untuk membuka link ini di tab yang sama seperti halaman yang terbuka.

Sayangnya, hal ini bisa merusak pengalaman pembaca karena mereka masih belum tuntas dengan konten pertama. Karena belum tuntas ini, mereka akhirnya perlu menekan tombol back untuk kembali ke halaman pertama.

Jika di artikel tersebut mengandung lima tautan, maka banyak pembaca perlu menekan tombol back berkali- kali untuk kembali ke halaman awal. Hal ini tentu melelahkan untuk pembaca dan merugikan karena bisa meningkatkan exit rate dan bounce rate.

Untuk itu, Anda bisa mengarahkan pengunjung web ke tab baru saat mereka mengklik tautan di laman Anda. Dengan begitu, mereka tidak perlu menekan tombol back berkali- kali untuk kembali ke halaman awal.

Bagaimana caranya? Anda bisa menggunakan bantuan plugin WP External Link untuk mengatur link terbuka di new tab.

9. Tingkatkan Kredibilitas

Dalam mengakses sumber bacaan di internet, pembaca tentunya ingin mendapatkan informasi dari sumber yang kredibel. Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk menunjukkan dan meningkatkan kredibilitas.

Beberapa cara yang bisa kita lakukan ini misalnya :

  • Menggunakan tema WordPress profesional.
  • Penggunaan domain TLD (Top Level Domain).
  • Menampilkan kredensial penulis website di artikel (contohnya seperti di artikel Panda ini)

10. Membuat Konten Sesuai Search Intent

Situasinya kurang lebih seperti ini, Anda mengetikkan sebuah keyword di Google dan mengklik salah satu laman di hasil pencarian. Tentu saja, Anda punya ekspektasi kalau konten tersebut sesuai dengan yang Anda cari.

Namun ternyata setelah membukanya, konten website jauh dari ekspektasi. Tanpa ambil pusing, tentu Anda akan langsung kembali ke laman pencarian untuk menemukan konten yang sesuai maksud dan keinginan (search intent).

Situasi ini adalah gambaran mengapa search intent menjadi salah satu komponen penentu tinggi rendahnya bounce rate di website. Pembaca akan langsung meninggalkan website saat mengetahui kalau konten website tidak sesuai harapan.

Kebalikannya, jika konten sesuai ekspektasi, mereka akan membacanya sampai selesai dan melakukan tindakan lain di website. Rasio pantulan pun akan terjaga.

Untuk bisa membuat konten sesuai search intent pengunjung, penting untuk memahami macam- macam search intent terlebih dulu. Secara umum, keyword berdasarkan search intent terdiri dari empat, yaitu informational, navigational, commercial investigation, dan transactional.

10.1 Informational Keyword

Yaitu jenis kata kunci yang mengantarkan pembaca ke konten yang memberikan penjelasan lengkap tentang sebuah topik. Keyword ini biasanya identik dengan konten bertema “Cara”, “Tutorial”, atau “Panduan”.

Misalnya saat kita mengetik “Cara Membuat Landing Page”, tentu ekspektasi pembaca adalah mendapat artikel yang memandu untuk membuat landing page dari awal sampai akhir.

10.2 Navigational Keyword

Yaitu kata kunci yang biasanya langsung mengarah ke merk tertentu. Misalnya saat seseorang mengetaik “Facebook” atau “Instagram”, tujuannya adalah untuk masuk ke website resmi merek tersebut.

Mereka bukan sedang mencari sejarah merek ini.

10.3 Commercial Investigation Keyword

Yaitu kata kunci yang pengunjung gunakan untuk mencari informasi tentang perbandingan produk dari beberapa merek.

Misalnya saja kata kunci “laptop gaming terbaik” atau “smartphone gaming terbaik”. Tujuan dari pencarian kata kunci tersebut adalah untuk melakukan perbandingan kelebihan dan kekurangan dari masing- masing merek.

10.4 Transactional Keyword

Yaitu kata kunci yang pengunjung gunakan saat mereka sudah siap di fase pembelian atau transaksi. Pengunjung biasanya menggunakan kata kunci transaksional seperti murah, jasa atau beli.

Misalnya saja “beli domain”, “jasa pembuatan website murah”, atau “beli smartphone Oppo”.

Kesimpulan

Secara sederhana kita dapat mengartikan bounce rate sebagai persentase pengunjung yang masuk ke website, lalu pergi begitu saja tanpa membuka halaman lain atau interaksi apapun di website.

Bounce Rate atau rasio pantulan merupakan salah satu metrik penting dalam mengukur performa website. Semakin tinggi bounce rate website, maka ini bisa mengindikasikan masalah tertentu di sebuah website. Untuk itu, penting bagi kita melakukan beberapa langkah optimasi untuk menurunkan bounce rate ini.

Beberapa upaya yang bisa kita lakukan misalnya mengoptimalkan kualitas konten, meningkatkan kecepatan website, membuat konten sesuai search intent, dan lain sebagainya. Dengan berbagai upaya ini, kita berharap pengunjung lebih betah untuk berselancar di website dan melakukan interaksi lanjutan.

Demikian pembahasan tentang apa itu bounce rate, fungsi, cara mengecek rasio serta cara ampuh menurunkan bounce rate di website. Selamat mempraktekkan! 🙂

Cara Mengubah Gambar Menjadi Otomatis WebP di WordPress

Cara Mengubah Gambar Menjadi Otomatis WebP di WordPress

Mengubah gambar menjadi format WebP memang menjadi salah satu langkah optimasi gambar di website, termasuk di WordPress. Dengan menggunakan format WebP, gambar menjadi lebih ringan dan berdampak pada peningkatan kecepatan website.

Format gambar WebP ini sendiri mulai dikembangkan sejak 30 September 2010. Namun format gambar ini memang masih kalah dari ekstensi lain seperti JPEG, PNG, dan GIF. Salah satu alasannya, karena tidak semua perangkat mendukung format gambar ini.

Bahkan, secara default WordPress tidak mendukung format gambar berekstensi .webp. Jika mengunggahnya, Anda akan mendapat pesan error  “Sorry, this file type is not permitted for security reasons”.

Lantas bagaimana cara mengubah gambar menjadi format WebP di WordPress? Simak ulasan Panda lebih lanjut ya!

Apa itu Format Gambar WebP?

Mengenal apa itu format gambar WebP, kelebihan dan kekurangan

Gambar WebP adalah format gambar generasi baru yang dikembangkan Google menggunakan metode kompresi lossy dan lossless. Dengan metode kompresi ini, ukuran gambar bisa menjadi lebih kecil dengan tetap mempertahankan kualitas gambar aslinya.

Gambar dengan format WebP terbukti mempunyai kemampuan kompresi yang lebih optimal dari pendahulunya, yaitu PNG dan JPEG. Gambar lossless WebP rata- rata berukuran 26% lebih kecil dari PNG. Sedangkan gambar lossy WebP berukuran 25-34% lebih kecil dari gambar JPEG.

Kendati begitu, meski ukuran gambar WebP lebih kecil, namun kualitasnya hampir sama dengan format JPEG dan PNG.

Cara Upload Gambar WebP di WordPress Tanpa Plugin

Agar bisa mengunggah file gambar dengan format WebP, kita perlu menambah daftar gambar yang diizinkan oleh WordPress. Caranya yaitu dengan menambahkan kode berikut ini di file functions.php.

Untuk bisa mengaksesnya, Anda perlu masuk ke menu WordPress di Appearance > Editor > Functions.php. Selanjutnya, tambahkan kode berikut di baris paling bawah : 

//** *Enable upload for webp image files.*/
function webp_upload_mimes($existing_mimes) {
    $existing_mimes['webp'] = 'image/webp';
        return $existing_mimes;
        }
        add_filter('mime_types', 'webp_upload_mimes');
        //** * Enable preview / thumbnail for webp image files.*/
        function webp_is_displayable($result, $path) {
            if ($result === false) {
                    $displayable_image_types = array( IMAGETYPE_WEBP );
                            $info = @getimagesize( $path );
        if (empty($info)) {
                    $result = false;
                            } elseif (!in_array($info[2], $displayable_image_types)) {
                                        $result = false;
                                                } else {
                                                            $result = true;
                                                                    }
                                                                        }
    return $result;
    }
    add_filter('file_is_displayable_image', 'webp_is_displayable', 10, 2);

Tips! Untuk keamanan tema, sebaiknya gunakan Child Theme WordPress saat melakukan perubahan di kode tema.

Dengan menambahkan kode di atas, kini library WordPress Anda sudah mendukung upload gambar dengan format WebP.

Cara Mengubah Format Gambar JPEG/PNG ke WebP di WordPress

Seperti yang Panda sebutkan sebelumnya, secara default WordPRess memang tidak mendukung ekstensi gambar WebP. Untuk itu, kita perlu melakukan konfigurasi tambahan agar Media Library WordPress mendukung ekstensi ini, seperti cara di atas.

Selain mengunggah gambar WebP ke WordPRess secara langsung dengan cara di atas. Anda bisa juga menggunakan plugin untuk mengkonversi gambar JPEG/PNG ke format WebP. Selain itu, beberapa plugin juga menyediakan gambar asli sebagai cadangan jika browser pengunjung itdak mendukung WebP.

Cara kerja plugin ini kurang lebih sebagai berikut :

  • Gambar JPEG/PNG akan dikonversi ke WebP dan menggunakan versi WebP ke pengunjung yang menjelajah dengan browser yang sudah mendukung gambar WebP (Chrome, Firefox, dsb).
  • Gambar akan tampil dengan format gambar asli ke pengunjung yang menjelajah dengan browser yang tidak mendukung WebP (Safar dan browser lain yang belum mendukung).

Dengan cara ini, artinya semua orang bisa melihat gambar Anda dengan pengalaman pengguna terbaik.

Berikut adalah beberapa rekomendasi plugin WordPress untuk menampilkan gambar WebP terbaik yang bisa Anda gunakan :

1. Mengubah Gambar WebP dengan Plugin Imagify

Imagify adalah plugin optimasi gambar yang populer dari pengembang yang sama dengan WP Rocket. Imagify bekerja secara otomatis mengubah ukuran gambar yang diunggah dan membantu mengkonversinya ke format WebP, lalu menyajikannya ke pengunjung dengan browser yang didukung.

Untuk menggunakan Imagify, sobat Panda perlu menginstall dan mengaktifkannya terlebih dulu. Setelah aktif, kunjungi menu Setting >> Imagify dan mulai lakukan konfigurasi API dengan mengklik tombol ‘Create a Free API Key”.

Cara create API Key di Imagify

Setelah proses pembuatan kunci API selesai, Anda bisa scroll ke bagian Optimization, lanjutkan dengan :

Setting Optimization di Imagify
  • Centang opsi Create webp versions of images
  • Centang opsi Display images in webp format
  • Pilih opsi menggunakan tag picture

2. Webp Express

Plugin selanjutnya yang dapat Anda gunakan untuk mengubah gambar menjadi WebP di WordPress adalah plugin WebP Express. Setelah menginstal dan mengaktifkannya, berikut langkah- langkah yang perlu Anda terapkan : 

  • Masuk ke pengaturan plugin dengan buka menu Setting >> WebP Express
  • Kemudian gunakan pengaturan berikut ini di bagian ‘General’ :
    • Operation mode : CDN friendly
    • Scope : ‘Upload only’
    • Destination folder : ‘Mingled’
    • Lainnya biarkan seperti default.
      Cara setting WebP Express di section General untuk Mengubah Gambar WebP di WordPress
  • Selanjutnya di bagian Conversion, gunakan pengaturan berikut :
    • WebP encoding : Lossy
    • Quality for lossy : Fixed quality & update angkanya ke 60 (semakin kecil angka, artinya ukuran file dan kualitasnya semakin menurun)
    • WebP encoding : Lossless
    • Quality for lossless: Apply preprocessing & update angkanya ke 60
      Cara setting WebP Express di section Conversion
  • Di bagian terakhir, centang opsi Alter HTML.
    Cara setting WebP Express di section Alter HTML
  • Di bagian bawah klik Save settings and force for new .htaccess rules.


Setelah selesai melakukan pengaturan ini, maka setiap gambar yang tampil oleh website merupakan gambar hasil konversi. Meski begitu, gambar asli akan tetap tersimpan di direktori.

3. Optimole

Optimole merupakan plugin optimasi gambar WordPress yang bekerja menyajikan gambar melalui CDN dengan dukungan Amazon CloudFront.

Plugin ini bisa menyajikan gambar adaptif real-time dimana optimasi gambar akan disajikan sesuai kebutuhan pengunjung. Misalnya, pengunjung yang menjelajah lewat layar kecil akan mengakses gambar beresolusi lebih rendah daripada seseorang yang menjelajah dengan layar retina.

Selain itu, Optimole juga menyajikan gambar WebP untuk pengunjung dengan browser yang mendukungnya.

Untuk menggunakan plugin ini, setelah menginstal, Anda perlu mengaktifkan API key nya secara gratis dengan mendaftarkan email Anda. Pengaturan WebP ini akan aktif secara default, jadi pengguna tidak perlu mengaktifkan secara manual.

Sedangkan untuk konfigurasi lainnya, misalnya pengaturan level kompresi, Anda bisa masuk ke pengaturan Media >> Optimole >> Settings dan mengaturnya sesuai kebutuhan.

Setting konfigurasi di plugin Optimole

Optimal dapat digunakan gratis secara terbatas untuk 5000 pengunjung per bulan. Selanjutnya, Anda bisa upgrade ke paket berbayar mulai dari $19 per bulan untuk 25.000 pengunjung.

Kesimpulan

Ada banyak cara yang bisa Anda lakukan untuk optimasi situs WordPress Anda agar berkinerja optimal. Salah satunya adalah optimasi gambar karena file ini mempunyai ukuran yang cenderung besar dari rata- rata ukuran file halaman.

Dengan melakukan optimasi gambar, Anda dapat mengurangi ukuran gambar, menghemat bandwidth dan pada akhirnya mempercepat loading website. Mengubah gambar menjadi WebP di website WordPress adalah salah satu metode yang bisa Anda tempuh untuk optimasi gambar ini.

WebP merupakan format gambar generasi terbaru yang menawarkan ukuran 25-34% lebih kecil dari format gambar JPEG & PNG melalui metode kompresinya. Dengan perbandingan ini, ada banyak webmaster yang mulai menggunakan gambar WebP di website mereka.

Secara default WordPress memang belum mendukung format gambar WebP. Kendati begitu, ada trik yang bisa Anda gunakan untuk mengunggah file gambar dengan format WebP melalui penambahan kode di functions.php. Atau bisa juga dengan mengubah gambar WebP secara otomatis di WordPress dengan bantuan beberapa plugin di atas.

Dengan deretan cara di atas, kini Anda bisa menggunakan gambar WebP di situs WordPress dengan mudah dan nyaman. Metode mana yang Anda pilih?

Cara Mudah Menghubungkan Domain dan Server Hosting

Cara Mudah Menghubungkan Domain dan Server Hosting

Menghubungkan domain ke server hosting adalah langkah selanjutnya yang kita lakukan setelah berhasil membeli domain. Langkah ini disebut sebagai pengaturan domain di DNS atau konfigurasi DNS (Domain Name Server).

Ada kalanya webmaster membeli domain dan hosting di tempat yang berbeda- beda. Tidak masalah, karena penyatuan keduanya tetap mudah dilakukan melalui name server.

Nah di artikel kali ini, Panda akan secara khusus membahas tentang cara mengkaitkan nama domain ke server hosting. Mari kita simak lebih lanjut!

Persyaratan Menghubungkan Domain ke Hosting

Sebelum kita mulai langkah- langkahnya, ada beberapa hal yang perlu kita ketahui dan perhatikan lebih dulu. Hal tersebut, yaitu :

1. Sudah Mempunyai Nama Domain

Pastikan nama domain Anda sudah siap. Biasanya orang berburu artikel cara menghubungkan domain dan hosting setelah mereka selesai membeli domain. Tujuannya tentu, mengaitkan keduanya agar website bisa live.

2. Sudah Mempunyai Akun Web Hosting

Web Hosting adalah sebuah tempat dimana semua file dan data website tersimpan, bisa diakses dan dikelola melalui jaringan internet. File dan data website ini meliputi script, aplikasi, database, gambar, email, dan video.

Hosting nantinya akan menampung file- file website yang akan diakses melalui nama domain tadi. Tentunya, Anda harus memastikan sudah melakukan konfigurasi yang tepat agar keduanya dapat terhubung.

Hosting kita gunakan dengan sistem sewa, yaitu membayar ke perusahaan provider hosting. Ada banyak jenis- jenis hosting yang bisa menjadi pilihan kita. Baik itu hosting terbaik Indonesia, maupun luar negeri.

Cara Mengarahkan Domain ke Nameserver Hosting

Menghubungkan domain ke server hosting memang hal teknis. Namun percayalah, hal ini cukup mudah dilakukan. Secara garis besar, step nya pun hanya terbagi ke dalam dua, yaitu :

  • Mengubah DNS (Domain Name Server) di domain untuk mengarah ke web hosting.
  • Menyiapkan web hosting untuk menjadi ‘rumah’ bagi domain Anda.

Simak lebih detailnya berikut ini ya :

A. Mencari Tahu Nameserver Hosting Web

Sebelum mengarahkan nama domain, langkah pertama adalah sudah mengetahui nameserver yang digunakan web hosting. Cara termudah untuk mendapatkan informasi ini adalah di email yang hosting kirimkan saat pertama kali mendaftar.

Cara mudah kedua untuk menemukan nameserver adalah dengan mengakses Client Area dari web hosting. Di pengaturan hosting Hawkhost.com misalnya, Anda bisa mengintip server nama domain di bagian Client Area > My Products & Services > Product Details.
Informasi Nameserver di Client Area Hosting

Jika kesulitan untuk menemukannya, Anda juga bisa meminta bantuan layanan hosting untuk mendapatkan informasi.

Simpan dan catat lebih dulu data nameserver ini. Anda perlu untuk menyalinnya di konfigurasi DNS nanti.

B. Mengubah DNS/ Name Server di Domain agar Mengarah ke Web Hosting

Setelah mempunyai domain, Anda bisa masuk ke website penyedia nama domain untuk melihat informasi domain Anda. Disini Anda akan mencari fitur untuk mengatur atau mengubah nameserver domain Anda.

Pada umumnya setiap domain bisa mempunyai peletakan menu yang berbeda- beda ya. Artinya, di provider yang Anda gunakan, bisa jadi mempunyai tampilan yang berbeda dari contoh gambar yang menjadi referensi Panda ini.

Untuk contoh ini Panda menggunakan penyedia domain Name.com.

Tujuan dari langkah ini sendiri adalah untuk memberi tahu domain agar mengarah ke layanan web hosting yang Anda gunakan. Sederhananya, mengubah DNS atau Name Server (NS) dari domain agar saat orang- orang mengakses domain, mereka bisa mengakses data informasi di server hosting.

Selanjutnya, ikuti langkah- langkah berikut ini :

  1. Masuk ke bagian Domain Saya atau Domain Manager.
    Menu MyDomain di Name.com
  2. Pilih domain yang akan Anda ubah pengaturan name server nya. Bisa langsung klik di nama domain atau centang di kotak nama domain, dan tap Manage/ Atur.
  3. Di menu Domain, temukan sub menu Nameserver, dan klik ‘Manage Nameserver’ 
    Domain detail untuk manage nameserver domain
  4. Edit nameserver dan update sesuai name server di penyedia layanan hosting
    Update nameserver untuk menghubungkan domain ke server hosting
  5. Pilih Update atau Simpan.

C. Konfigurasi Hosting untuk Domain Kedua di Website (Add-On Domain)

Jika domain yang Anda setting ini adalah domain kedua, alias bukan domain utama, maka membutuhkan konfigurasi tambahan di layanan web hosting. Addon Domain ini sendieir artinya adalah domain baru yang ditambahkan ke hosting dan mempunyai Uniform Resource Locator (URL) yang berbeda dari domain utama.

Konsep dari Addon Domain ini sendiri adalah menghadirkan multiple domain atau website di dalam akun web hosting yang sama. Penggunaan resource (space dan bandwidth) dari domain addon akan berbagi dengan domain utama.

Berikut adalah langkah lanjutan jika Anda mengarahkan addon domain ke hosting :

  • Login ke cPanel web hosting dengan akun Anda.
  • Setelah berhasil login, cari sub menu Addon Domain di bawah menu Domain, atau Ctrl+F dan ketik Addon Domain
    Menu Addon Domain di cPanel
  • Isi nama domain yang akan Anda hubungkan ke hosting, dan untuk document root, bisa diisi dengan /public_html/namadomainbaru. WARNING, jangan sampai hanya mengisi /public_html ya, karena ini akan menimpa data domain utama Anda.
    Konfigurasi domain di Addon Domain
  • Setelah semua field terisi, tap Add Domain.

Setelah berhasil menambahkan addon domain, Anda akan melihat domain ini berada di daftar Addon Domain seperti di gambar berikut :

Penambahan Addon Domain Berhasil

Selesai! Cukup mudah, bukan?

Propagasi Domain Membutuhkan Waktu

Sudah berhasil mengarahkan nameserver sesuai dengan informasi di hosting, kok website masih belum bisa live? Sabar, jangan panik. Propagasi domain memang membutuhkan waktu.

Propagasi domain artinya waktu yang domain butuhkan untuk tersambung dengan server hosting setelah proses konfigurasi tadi. Secara default, propagasi domain memakan waktu 1×24 jam atau 1×48 jam.

Kendati begitu, di beberapa provider domain dan hosting, proses ini bisa dalam hitungan kurang dari 6 jam.

Kesimpulan

Meskipun mengarahkan domain ke server web hosting ini terbilang tutorial teknis, tapi sebenarnya cukup mudah untuk kita praktekkan. Kuncinya hanya dua, sudah mempunyai data nameserver hosting, dan melakukan konfigurasi nameserver di penyedia domain.

Nameserver di hosting ini pun relatif sangat mudah ditemukan. Jika tidak mendapatkan informasi ini di email, Anda bisa mengaksesnya dari panel hosting atau Client Area. Namun jika masih tidak menemukannya (ini sangat jarang terjadi), Anda bisa meminta bantuan customer service dari provider hosting Anda.

Jika konfigurasi domain ini adalah untuk domain kedua dan seterusnya, alias addon domain, untuk di satu hosting, pastikan Anda mengikuti step C di tutorial di atas. Setelah itu, Anda tinggal menunggu proses propagasi domain selesai, dan taraaaa…. website Anda sudah live dan siap untuk dikelola lebih lanjut.

Semoga tutorial Panda kali ini tentang cara menghubungkan nama domain ke server hosting bermanfaat. Selamat mencoba ya, genks! 🙂